BAB I
PENDAHULUAN
Dalam bahasa Arab sejarah disebut “Tarikh” artinya
ketentuan masa. Selain itu juga kata tarikh dipakai dalam arti “perhitungan
tahun”. Dalam bahasa Inggris disebut “history” yang berarti the development of
everything in time (perkembangan segala sesuatu dalam suatu masa).
Peradaban Islam adalah terjemahan dari kata Arab
al-Hadharah al-Islamiyyah kata kata Arab ini sering juga diterjemahkan kedalam
bahasa Indonesia.
Dengan kebudayaan Islam. “kebudayaan” dalam bahasa Arah adalah al-tsaqafah.
Dalam perkembangan ilmu antropologi istilah kebudayaan dan peradaban itu
dibedakan. Kebudayaan itu adalah sebuah bentuk ungkapan tentang semangat
mendalam suatu masyarakat. Sedangkan manifestasi-manifestasi kemajuan mekanis
dan teknologis lebih berkaitan dengan peradaban. Kebudayaan lebih banyak
direflesikan dalam seni, sastra, relegi dan moral, peradaban terefleksikan
dalam politik, ekonomi dan teknologi.
Kemajuan barat pada mulanya bersumber dari peradaban
Islam yang masuk ke Eropa melalui Spanyol. H.A.R. Gibb di dalam bukunya
“Lohither Islam” menyatakan Islam is indeed much more thand a system of
theology it is a complete civilzation. (Islam sesungguhnya lebih dari sekedar
dari agama, ia adalah suatu peradaban yang sempurna). Karena yang menjadi pokok
kekuatan dan sebab timbulnya kebudayaan adalah agama Islam, kebudayaan yang ditimbulkannya
dinamakan kebudayaan/peradaban Islam.
Dalam makalah ini akan di bahas segi pertumbuhan dan
perkembangan peradaban Islam pada masa Bani Umayyah di Spanyol. Pada masa ini Islam
mencapai pada masa keemasannya di Spanyol. Di Spanyol Islam merupakan pusat
peradaban Islam yang sangat penting.
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Pertumbuhan
Islam di Spanyol (Andalusia)
Spanyol diduduki umat Islam pada zaman Khalifah Al-WAlid
(705-715), salah seorang khalifah dari Bani Umayyahyang berpusat di Damaskus
sebelum penaklukan Spanyol, umat Islam telah menguasai Afrika Utara dan
menjadikannya salah satu provinsi dari dinasti Bani Umayyah. Penaklukan atas
daerah Afrika Utara itu dari pertama kali dikalahkan sampai menjadi salah satu
provinsi khalifah Bani Umayyah memakan waktu selama 53 tahun, yaitu mulai tahun
30 H (masa pemerintahan Muawiyah Ibn Abi Sufyan). Sampai tahun 83 H (masa
pemerintahan Al-Walid).
Kekuatan islam bergerak ke spanyol setelah dating
permohonan dari para pengungsi Andalusia yang
berada di afrika utara. Selain itu pangeran julian (penguasa ceuta)
juga mengajukan permintaan langsunng kepada musa ibn nushair agar menyelamatkan
Andalusia dari kekejaman raja Roderick, Raja
Visighot. Hal ini sebenarnya juga pernah dimohonkan julian kepada uqbah ketika
ia diangkat kembali sebagai panglima perang pada masa yazid I.[1]
Sebelum dikalahkan dan kemudian dikuasai Islam, di
kawasan ini terdapat kantong-kantong yang menjadi basis-basis kekuasaan
kerajaan Romawi, yaitu kerajaan Gothik. Kerajaan ini sering menghasud agar
membuat kerusakan dan menentang kekuasaan Islam. Setelah kawasan ini
betul-betul dapat dikuasai, umat Islam mulai memutuskan perhatianya untuk
menaklukan Spanyol. Dengan demikian Afrika Utara menjadi batu loncatan bagi
kaum muslimin dalam penaklukan wilayah Spanyol.
Dalam proses penaklukan wilayah Spanyol ada tiga
pahlawan Islam yang dapat dikatakan paling berjasa memimpin satuan-satuan
pasukan kesana, mereka adalah Tharif ibn Malik, Thariq ibn Ziyad dan Musa ibn
Nushair. Tharif dapat disebut sebagai perintis atau penyelidik. Ia menyeberangi
selat yang berada antara Maroko dan benua Eropa itu dengan satu pasukan perang
500 orang diantaranya tentara berkuda, mereka memiliki 4 buah kapal yang
disediakan oleh Julian. Dalam penyerbuan itu Tharif tidak memperdapati
perlawanan yang berarti, dia menang dan kembali ke Afrika Utara membawa harta
rampasan yang tidak sedikit jumlahnya. Didorong oleh kemnangan Tharif dan
kemelut yang terjadi dalam tubuh kerajaan Visigothic yang berkuasa di Spanyol
pada saat itu, Musa ibn Nushair pada tahun 711 M mengirim pasukan ke Spanyol
sebanyak 7000 orang dibawah pimpinan Thariq ibn Ziyad.
Pahlawan Thariq inilah yang yang masyhur karena membakar
perahunya seketika sampai di pantai Andalusia
di suatu bukit yang kemudian diberi nama yaitu Jabal Thariq (Qibraltar).[2]
Dibakarnya perahu supaya jangan ingat hendak pulang bila telah sampai ke negeri
musuh dikenal juga sebagai penakluk Spanyol karena pasukannya lebih besar dan
hasilnya lebih nyata.[3] Pasukannya terdiri dari sebagian besar suku
Barbar yang didukung oleh Musa ibn Nushair dan sebagian lagi orang Arab yang
dikirim oleh khalifah Al-Walid. Dalam pertempuran di suatu tempat yang bernama
Bakkah, Raja Roderick dapat dikalahkan. Dari situ Thariq dan pasukannya terus
menaklukan kota Toledo
(ibu kota
kerajaan Goth saat itu).
Jumlah pasukan Thariq saat itu seluruhnya 12.000 orang.
Dan belum sebanding dengan pasuka Gothick yang lebih besar, 100.000 orang. Musa
ibn Nushair membantu perjuangan Thatiq dengan pasukan yang besar, keduanya
berhasil menguasai seluruh kota penting di
Spanyol, termasuk bagian utaranya mulai dari Saragosa sampai Navarre. Gelombang kedua terbesar
dari penyerbuan kaum Muslimin yang geraknya dimulai pada abad ke-8 M ini, telah
menjangkau seluruh Spanyol dan melebar jauh menjangkau Prancis tengah dan
bagian penting dari Italia.
Kemenangan-kemenangan yang dicapai umat Islam nampak
begitu mudah. Hal itu tidak bias dipisahkan dari adanya faktor eksternal dan
internal yang menguntungkan.[4]
Setelah menjadi bagian dari wilayah islam, spanyol
diperintah oleh wali-wali yang diangkat langsung oleh pemerintahan pusat bani
umayyah I di damaskus, sebagai bentuk pengakuan keberhasilan mereka.[5]
B.
Perkembangan
Islam di Spanyol
Sejarah panjang yang dilalui umat Islam di spanyol itu
dapat dibagi menjadi enam periode, yaitu:
1.
Periode
pertama (711-755 M)
Periode ini, Spanyol berada di bawah
pemerintahan para wali yang yang diangkat oleh khalifah Bani Umayyah yang berpusat
di Damaskus, pada periode ini stabilitas politik negeri Spanyol belum tercapai
secara sempurna, gangguan-gangguan masih terjadi, baik datang dari dalam maupun
dari luar. antara lain berupa perselisihan diantara elit penguasa, terutama
akibat perbedaan etnis dan golongan. Disamping itu, terdapat perbedaan
pandangan antara khalifah di Damaskus dan gubernur Aprika Utara yang berpusat
di Kairalian. Masing-masing mereka mengaku merekalah yang paling berhak
menguasai daerah Spanyol ini. Oleh karena itu, terjadi 20 kali pergantian wali
(gubernur) Spanyol dalam waktu yang sangat singkat.
Gangguan dari luar datang dari
sisa-sisa musuh Islam di Spanyol yang bertepat tinggal di daerah pegunungan yang
memang tidak pernah tunduk kepada pemerintahan Islam gerakan ini terus
memperkuat diri. Setelah berjuang lebih dari 500 tahun, akhirnya mereka mampu
mengusir Islam dari bumi Spanyol.
Karena seringnya terjadi konflik
internal dan berperang menghadapi musuh dari luar, maka dalam periode ini Islam
Spanyol belum memasuki kegiatan pembangunan di bidang peradaban dan kebudayaan.
Periode ini berakhir dengan datangnya Abd al- Rahman al- Dakhil ke Spanyol pada
tahun 130 H / 755 M.
2.
Periode ke
2 (755-912 M)
Pada periode ini, Spannyol berada di
bawah pemerintahan seseorang yang bergelar Amir (panglima/gubernur) tetapi
tidak tunduk kepada pusat pemerintahan Islam, yang ketika itu dipegang oleh
khalifah Abbasiyah di Baghdad. Amir pertama adalah Abdurrahman I yang memasuki
Spanyol tahun 138 H/755 M, dan diberi gelar Al-Dakhil yang masu ke Spanyol).
Dia adalah keturunan Bani Umayyah yang berhasil lolos dari kejaran Bani Abbas.
Selanjutnya dia berhasil mendirikan
dinasti Bani Umayyah di Spanyol. Penguasa-pengusa Spanyol di periode ini adalah
Abd al- Rahman al- Dakhil, Hisyam I, Hakam I, Abd al-Rahman al-Ausath, Muhammad
ibn al-Rahman Munzir ibn Muhammad dan Abdullah ibn Muhammad.
Periode ini umat Islam Spanyol mulai
memperoleh kemajuan-kemajuan , baik dalam bidang politik maupun bidang
peradaban. Abd al-Dakhil mendirikan mesjid Cordova dan sekolah-sekolah di kota besar Spanyol.
Hisyam berjasa dalam menegakkan hukum Islam, dan Hakam sebagai pembaharu dalam
bidang kemiliteran. Sedangkan Abd al-Rahman al-Ausath dikenal sebagai penguasa
yang cinta ilmu.[6]
Sekalipun demikian, berbagai ancaman
dan kerusuhan terjadi, pada abad ke-9 stabilitas Negara terganggu dengan
munculnya gerakan Kristen Fanatik yang mencari kesyahidan (Martyrdom). Gangguan
politik yang paling serius pada periode ini datang dari umat Islam sendiri.
3.
Periode
ke-3 (912- 1013 M)
Periode ini berlangsung mulai pada pemerintahan Abd al- Rahman III
yang bergelar “An-Nashir” sampai munculnya raja-raja kelompok-kelompok yang
bergelar dengan sebutan Muluk al-Thawaif. Pada periode ini Spanyol di perintah
oleh seorang penguasa dengan gelar khalifah-khalifah besar yang memerintah pada
periode ini ada tiga orang, yaitu Abd al- Rahman An-Nasir, (912-961) M. Hakam
II (961-976 M) dan Hisyam II (976-1009 M).
Pada periode ini umat Islam Spanyol
mmencapai puncak kejayaan dan kemajuan menyaingi kejayaan daulah Abbasiyah di
Baghdad. Abd al-Rahman mendirikan Universitas Cordova. Perpustakaannya memilki
koleksi ratusan ribu buku. Hakam juga seorang kolektor buku dan pendiri
perpustakaan.[7] Awal dari kehancuran khalifah Bani Umayyah di
Spanyol adalah ketika Hisyam naik tahta dalam usia 11 tahun. Oleh karena itu
kekuasaan aktual berada di tangan para pejabat. Pada taun 981 M, khalifah
menunjuk Ibn Abi Amir sebagai pemegang kekuasaan secara muthlak, atas
keberhasilannya ia mendapat gelar al-Manshur Billah. Digantikan anaknya
al-Muzaffar, setelah wafat pada tahun 1008 M, digantikan oleh adiknya yang
tidak mempunyai kualitas bagi jabatan itu. Dalam beberapa tahun saja Negara
yang tadinya makmur dilanda kekacauan dengan akhirnya kehancuran total. Pada
tahun 1009 M khalifah mengundurkan diri. Akhirnya pada tahun 1013 M dewan menteri
yang memerintah Cordova menghapuskan jabatah khalifah. Ketika itu Spanyol
terpecah dalam banyak sekali negara kecil yang berpusat di kota-kota tertentu.
4.
Periode
ke-4 (1013-1086 M)
Pada periode in Spanyol terpecah
menjadi lebih dari 30 negara kecil di bawah pemerintahan raja-raja golongan a/ Al- Mulukuth –Thawaif yang
berpusat di kota seperti Seville,
Cordova, Toledo
dan sebagainya. Yang terbesar diantaranya adalah Abbadiyah di Seville, pada
periode ini umat Islam Spanyol kembali memasuki masa pertikaian Intern.
Ironisnya kalau terjadi perang saudara ada diantara pihak-pihak yang bertikai
itu ada yang meminta bantuan kepada raja-raja Kristen, melihat kelemahan dan
kekacauan yang menimpa keadaan politik Islam itu, untuk pertama kalinya orang-orang
Kristen mengambil inisiatif penyerangan. Meskipun kehidupan politik tidak
stabil, namun kehidupan entelektual terus berkembang pada periode ini.
5.
Periode
ke-5 (1086-1248 M)
Pada periode ini Spanyol Islam
meskipun sudah terpecah dalam beberapa Negara, tetapi terdapat suatu kekuatan
dominan, yaitu kekuasan dinasti Murabbithun (1086-1143 M) dan dinasti
Muwahhidun (1146-1235 M) dinasti
Murabbithun mulanya adalah sebuah gerakan agama
yang didirikan oleh Yusuf Ibn Tasyfin di Afrika Utara. Pada tahun 11 43
M kekuasan dinasti ini berakhir, baik di Afrika Utara maupun Spanyol dan
digantikan oleh dinasti Muwahiddun ibn Tumart (w. 1128). Dinasti ini datang ke
Spanyol dibawah pimpinan Abd al- Mun’im, untuk jangka beberapa decade, dinasti
ini banyak mengalami kemajuan, kekuatan-kekuatan Kristen dapat dipukul mundur.
Akan tetapi tidak lama setelah itu, Muwahiddun mengalami keambrukan. Pada tahun
1212 M, tentara Kristen mengalami kemenangan beasar di Las Navas di Toleso.
Kekalahan-kekalahan yang dialami Muwahiddun menyebabkan penguasaannya memilih
untuk meninggalkan Spanyol dan kembali ke Afrika Utara (tahun 1235 M ). Keadaan
Spanyol kembali runyam di bawah penguasa-penguasa kecil dalam kondisi ini umat
Islam tidak mampu bertahan dari serangan-serangan Kristen yang semakin besar.
Tahun 1238 M Cordova jatuh ketangan
penguasa Kristen dan Seville jatuh pada tahun
1248 M. Seluruh Spanyol kecuali Granada
lepas dari kekuasaan Islam.[8]
6.
Periode
ke-6 (1248-1492 M)
Pada periode ini, Islam hanya
berkuasa di daerah Granada, dibawah dinasti Bani Ahmar (1232-1492 M) peradaban
mengalami kemajuan seperti di zaman Abdurrahman An-Nasir, akan tetapi secara
politik dinasti ini hanya berkuasa diwilayah yang kecil. Kekuasaan Islam yang
merupakan pertahanan terakhir di Spanyol ini berakhir karena perselisihan
orang-orang istana dalam memperebutkan kekuasaan.
Dua penguasa Kristen (Ferdenand dan
Isabella) ingin merebut kekuasaan terakhir umat Islam di Spanyol. Abu Abdullah
yang naik tahta pada saat itu tidak kuasa menahan serangan-serangan orang-orang
Kristen tersebut dan pada akhirnya mengaku kalah. Ia menyerahkan menyerahkan
kekuasaan kepada Ferdinand dan Isabella kemudian hijrah ke Afrika Utara, pada
tahun 1942 M berakhirlah kekuasaan Islam di Spanyol. Umat Islam pada saat itu
dihadapkan pada dua pilihan, masuk Kristen atau pergi meninggalkan Spanyol.
Pada tahun 1609 M, boleh dikatakan tidak ada lagi umat Islam di daerah ini.[9]
C.
Kemajuan
peradaban
Umat Islam telah mencapai kejayaannya lebih dari 7 abad.
Banyak prestasi yang mereka peroleh, bahkan pengaruhnya membawa Eropa, dan
kemudian dunia, kepadsa kemajuan yang lebih kompleks.
1.
Kemajuan
Intelektual
a)
Filsafat
Tokoh pertama dalam sejarah filsafat
Arab-Spanyol adalah Abu Bakar Muhammad ibn al-Sayigh yang dikenal dengan Ibn
Bajjah, tokoh kedua adalah Ibn Thufail, produk asli Wadi Asy, sebuah dusun
kecil di sebelah timur Granada. Ia banyak menulis masalah kedokteran, Astronomi
dan Filsafat. Karya filsafatnya yang terkenal adalah Hay Ibn Yaqzhan.
Aristoteles yang bagian akhir abad ke-12 M menjadi saksi munculnya seorang
pengikut terbesar di gelanggang filsafat dalam Islam yaitu Ibnu Rusyd dari
Cordova.
b)
Sains
Ilmu-ilmu kedoktorean, musik,
astronomi, matematika, kimia dan lai-lain juga berkembang dengan baik. Abbas
ibn Parnas termasyhur dalam ilmu kimia dan astronomi, ialah orang pertama yang
menemukan pembuatan kaca dari batu. Ibrahim ibn Yahya al- Naqqash terkenal
dalam ilmu astronomi. Ahmad ibnu Abbas di Cordova adalah ahli dalam bidang
obat-obatan. Ummu al- Hasan binti Abu Ja’far dan saudara perempuan al-Hafizh
adalah seorang ahli kedokteran dari kalangan wanita.
Dalam bidan sejarah dan geografi
wilayah Islam bagian barat banyak melahirkan pemikir terkenal. Ibn Jubair dari Valencia
(1145-1228 M) menulis tentang negeri-negeri muslim Medeterania dan Sicilia dan
Ibn Batuthah dari tanggeir (1304-1377 M) mencapai samudera Pasai dan Cina. Ibn
Khatib (1317-1374 M) menyusun riwayat Granada,
sedangkan Ibn Khaldun dari Tunis
adalah perumus fisafat. Sejarah itulah sebagian nama-nama besar dalam bidang
sains.
c)
Fiqih
Dalam bidang fiqh Islam Spanyol terkenal
terkenal sebagai penganut mazhab Maliki, yang memperkenalkan mazhab ini adalah
Ziyad ibn Abd al-Rahman. Perkembangan selanjutnya di kembangkan oleh Ibn Yahya
yang menjadi Qadhi dimasa al-Hisyam ibn Abd al-Rahman. Diantara ahli-ahli fiqih
adalah Abu Bakar ibnu al-Quthiyah, Munzir ibn Sa’id, al-Baluthi dan Ibn Hazm
yang terkenal.
d)
Musik dan
kesenian
Dalam bidang musik dan seni sastra,
Spanyol Islam mencapai kecemerlangan dengan tokohnya al-Hasan ibn Nafi yang
dijuluki Zaryab.
e)
Bahasa dan
sastra
Bahasa Arab telah menjadi bahasa
administrasi dalam pemerintahan Islam di Spanyol. Hal itu dapat diterima oleh
orang-orang Islam dan yang non Islam. Bahkan penduduk asli Spanyol nenomor
duakan bahasa asli mereka. Juga banyak yang ahli dan mahir dalam bahasa Arab,
baik keterampilan berbicara maupun bahasa. Mereka itu antara lain: Ibnu
Sayyidih, Ibn Malik pengarang Al-Fiyah, Ibn Khuruf, Ibn Al-Hajj, Abu ali Al-Isybili,
Abu Al-Hasan Ibnu Usfur dan Abu Hayyan
Al-Gharnathi.
Karya sastra banyak bermunculan
seperti: Al-Iqd al-Farid karya Abd Rabbih. Al-Zakhirah fi Mahasin Ahl
al-Jazirah oleh Ibn Bassam, kitab al-Qalaid buah karya al-Fath Ibn Khaqan.
2.
Kemegahan
Pembangunan Fisik
Aspek-aspek pembangunan fisik yang mendapat perhatian
umat Islam sangat banyak. Dalam perdagangan, jalan-jalan dan pasar dibangun,
bidang pertanian pembangunan-pembangunan fisik yang paling menonjol adalah pembangunan
gedung-gedung dan taman-taman, pembangunan yang megah seperti Cordova, kota
al-Zahra, Istana Ja’fariyah di Saragosa, tembok Toledo, Istana al-Makmun,
mesjid Seville, dan istana al-Hamra di Granada.
3.
Faktor-faktor
pendukung kemajuan
Kemajuan Spanyol sangat didukung oleh pemimpin dan
penguasa yang kuat dan berwibawa, yang mampu mempersatukan kekuatan umat Islam.
Seperti Abd al-Rahman al-Dakhil, Abd al-Rahman al-Wasith dan Abd al-Rahman
An-Nasir.
Tolerasi beragama ditegakan oleh penguasa terhadap
penganut agam Kristen dan Yahudi, sebagian mereka ikut mewujudkan peradaban
Arab Islam di Spanyol untuk orang Kristen sebagaimana orang-orang Yahudi
disediakan hakim-hakim khusus yang menangani masalah sesuai dengan ajaran
mereka masing-masing.
D.
Penyebab
kemunduran dan kehancuran
1.
Konflik
Islam dan kristren
Para penguasa muslim tidak melakukan islamisasi secara sempurna. Mereka
sudah merasa puas dengan hanya menagih upeti dari kerajaan-kerajaan Kristen
taklukannya dan membiarkan mereka mempertahankan hokum dan adapt mereka,
termasuk posisi hierarki tradisional, asal tidak ada perlawanan bersenjata.[10]
2.
Tidak
adanya ideologi pemersatu
Kalau di tempat-tempat lain, para
mukallaf diperlakukan sebagai orang islam yang sederajat, di Spanyol,
sebagaimana politik yang dijalankan Bani Umayyah di Damaskus, orang-orang arab
tidak pernah menerima orang pribumi.setidaknya sampai abad ke-10, mereka mereka
memberi istilah ‘ibad dan muwalladun kepada para mukallaf itu, suatu ungkapan
yang dinilai merendahkan.
3.
Kesulitan
ekonomi
Di paruh kedua masa islam di Spanyol,
para penguasa membangun kota
dan mengembangkan ilmu pengetahuan dengan sangat serius, sehingga lalai membina
perekonomian.
4.
Tidak
jelasnya system peralihan kekuasaan
Hal ini menyebabkan perebutan
kekuasaan di antara ahli waris. Karena inilah kekuasaan Bani umayyah runtuh.
5.
Keterpencilan
Spanyol Islam bagaikan terpencil dari
dunia islam yang lain. Ia selalu berjuang sendirian, tanpa mendapatkan bantuan
kecuali Afrika Utara. Dengan demikian, tidak ada kekuatan alternative yang
mampu kebangkitan Kristen di sana.[11]
E.
Pengaruh
peradaban Spanyol Islam di Eropa
Kemajuan eropa yang terus berkembang hingga saat ini
banyak berhutang budi kepada khazanah ilmu pengetahuan islam. Spanyol merupakan
tempat yang paling utama bagi eropa menyerap peradaban Islam, baik dalam bentuk
hugungan politik, social, maupun perekonomian. Orang-orang eropa menyaksikan
kenyataan bahwa spanyol di bawah kekuasaan islam jauh meninggalkan
Negara-negara tetangganya eropa, terutama dalam bidang pemikiran dan sains di
samping bangunan fisik.[12]
Yang terpenting di antaranya adalah pemikiran ibnu rusy (1120-1198 M). ia
melepaskan belenggu taklid dan menganjurkan kebebasan berpikir. Demikian besar
nya di eropa, hingga di eropa timbul
gerakan Averroeisme (ibn Rusy-isme) yang menuntut kebebasan berpikir. Pihak
gereja menolak pemikiran rasional yang dibawa gerakan ini.
Berawal dari gerakan Averroeisme inilah di Eropa
kemudian lahir Reformasi pada abad ke -16 M dan rasionalisme pada abad ke-17 M.[13]
Spanyol merupakan tempat yang paling utama bagi Eropa
menyerap peradaban Islam, baik dalam bentuk bangunan politik sosial maupun
perekonomian dan peradaban antar negara. Pengaruh peradaban Islam termasuk di
dalamnya pemikiran Ibn Rusyd ke Eropa berawal dari banyaknya pemuda Kristen Eropa
yang belajar di universitas-universitas Islam di Spanyol, seperti Universitas
Cordova, Seville, Malaga,
Granada dan Salamanca. Selama belajar di Spanyol mereka
aktif menerjemahkan buku-buku karya ilmuan-ilmuan Muslim. Pusat penerjemahan
itu adalah Toledo.
Setelah pulang ke negerinya, mereka mendirikan sekolah dan universitas.
Universitas pertama di Eropa adalah Universitas Paris yang didirikan pada tahun 1231 M, tiga
puluh tahun setelah wafat nya Ibn Rusyd.
Selanjutnya berdiri universitas-universitas lain yang berjumlah 18 buah
an universitas. Di dalam universitas-universitas itu, ilmu yang mereka peroleh
dari universitas-universitas islam diajarkan, seperti ilmu kedokteran, ilmu
pasti dan filsafat. Pemikiran filsafat yang paling banyak di pelajari adalah
pemikiran Ibnu sina, al-Farabi, dan Ibn Rusyd.[14]
Pengaruh ilmu pengetahuan islam terhadap Eropa yang sudah
berlangsung sejak abad ke-12 M itu menimbulkan gerakan kebangkitan kembali
(renaissaince) pusaka Yunani di Eropa pada abad ke-14 M. Berkembangnya
pemikiran Yunani di Eropa ini adalah melalui terjemahan-terjemahan Arab yang
dipelajari kemudian diterjemahkan kembali ke dalam bahasa latin.[15]
Walaupun Islam akhirnya terusir dari negeri Spanyol
dengan cara sangat kejam, tetapi ia telah membidani gerakan-gerakan penting di
Eropa. Gerakan-gerakan itu adalah: kebangkitan kembali kebudayaan Yunani klasik
(renaissance) pada abad ke-14 M yang bermula di Italia, gerakan reformasi pada
abad ke-16 M, Rasionalisme pada abad ke-17 M dan pencerahan (aufklaerung) pada abad ke 18 M.[16]
BAB III
PENUTUP
Simpulan
A.
Pertumbuhan
Islam di Spanyol
Dalam proses penaklukan Spanyol terdapat tiga pahlawan
Islam yang dapat dikatakan paling berjasa memimpim satuan-satuan pasukan Islam.
Mereka adalah Tharif ibn Malik, Thariq ibn Ziyad dan Musa Ibn Nusair.
B.
Perkembangan
Islam di Spanyol
Sejarah panjang umat IUslam di spanyol itu dapat dibagi
menjadi menjadi enem periode, yaitu:
1.
Periode
pertama (711-755 M)
Spanyol berada di bawah pemerintahan
para wali yang berpusat di Damaskus. Pada periode ini stabilitas politik negeri
ini belum tercapai secara sempurna, gangguan musuh terjadi baik datang dari
dalam maupun dari luar.
2.
Periode
kedua (755-912 M)
Spanyol berada dibawah pemerintahan
seseorang yang bergelar Amir (panglima/ gubernur) tetap tidak tunduk kepada
pemerintahan Islam, yang ketika itu dipegang oleh khalifah Abbasiyah di
Baghdad. Amir pertama adalah Abdurrahman I yang memasuki Spanyol pada tahun 138
H /755 M dan diberi gelar Ad-Dakhil (yang masuk ke Spanyol).
3.
Periode
ketiga 9912-1013 M)
Periode ini berlangsung mulai dari
pemerintahan Abd al-Rahman III yang bergelar “an-Nasir” sampai munculnya
raja-raja dan kelompok-kelompok yang dikenal dan sebutan Muluk Al-Tawai’f. Pada
periode ini Spanyol diperintah oleh seorang penguasa dengan gelar
khalifah-khalifah besar yang memerintah pada periode ini ada tiga orang yaitu
Abd al-Rahman al-Nasir (912-961 M), dan Hisyam II (976-1009 M).
4.
Periode
keempat (1013-1086 M)
Spanyol terpecah menjadi lebih dari
30 negeri kecil dibawah pemerintahan raja-raja atau golongan-golongan (al-Mulukuth-Thawaif)
yang berpusat di kota seperti Seville,
Cordova, Toledo
dan sebagainya.
5.
Periode
kelima (1086-1248 M)
Spanyol Islam meskipun terpecah dalam
beberapa Negara, tetapi terdapat suatu kekuatan yang dominan, yaitu kekuasaan
dinasti Murabbithun (1086-1143 M) dan dinasti Muwahhidun (1146-1235 M).
6.
Periode
keenem (1248-1492 M)
Islam hanya berkuasa di daerah Granada, dibawah dinasti
Bani Ahmar (1232-1492).
C.
Adapun
kemajuan Intelektualnya
-
Filsafat
-
Sains
-
Fiqih
-
Musik dan
kesenian
-
Bahasa
dean sastra.
D.
Penyebeb
kehancuran dan kemunduran
-
Konflik
Islam dan Kristen
-
Tidak
adanya ideologi pemersatu
-
Kesulitan
ekonomi
-
Tidak
jelasnya sistem peralihan kekuasaan
-
Keterpencilan
-
Pengaruh
peradaban Spanyol Islam di Eropa.
DAFTAR PUSTAKA
-
Ahmad,
Zainal Abidin. Riwayat Hidup Ibnu Rusyd, Jakarta: Bulan Bintang, 1975
-
Abel,
Armand. Spanyol: perpecahan dalam negeri, dalam GustavE.von grunebaum
(Ed), Islam: Kesatuan dan keseragaman, jakarta: yayasan Perkhidmatan, 1983
-
Asrahah,
Hanun. Sejarah Pendidikan Islam. Cet.1. Jakarta: logos, 1999.
-
Bertens,
K. Ringkasan Sejarah Filsafat, Yogyakarta:
Kanisius,1986, cetakan kelima.
-
Fa’al,
M.Fahsin. Sejarah Kekuasaan Islam. Jakarta
barat: CV Artha Rivera, 2008
-
Hamka. Sejarah
Umat Islam. Jakarta:
Bulan Bintang, 1951
-
Hitti,
Philip K. History of the arab, London : Macmillan Press,
1970
-
Poeradisastra,
S. I. Sumbangan Islam kepada Ilmu dan Peradaban Modern, Jakarta: P3M, 1986, cetakan ke dua
-
Thohir,
Ajid. Perkembangan Peradaban Di Kawasan Dunia Islam, PT Raja Grafindo
Persada, 2004
-
Syalabi,
Ahmad. Sejarah dan Kebudayaan Islam 2. Cet. 3. Jakarta: Al-Husna Zikra,
1995.
-
Yatim,
Badri. Sejarah Peradaban Islam, Ed. 1. cet. 7. Jakarta: Raja Grapindo Persada, 1998.
[1] Fahsin M. faal, Sejarah Kekuasaan Islam, (Jakarta barat: CV Artha Rivera, 2008) hlm.
140
[2] Hamka, Sejarah Umat Islam, (Jakarta: Bulan Bintang, 1951),
h. 89
[3] Badri Yatim, Sejarah Peradaban Islam. Ed. 1. cet-7 (Jakarta:
Raja Grapindo Persada 1998), h. 89
[4] Badri Yatim, ibid., h. 91
[5] Ajid Thohir, Perkembangan Peradaban Di Kawasan Dunia Islam, (Jakarta: PT Raja Grafindo
Persada, 2004). Hlm.58
[6] Ahmad Syalabi. Sejarah dan Kebudayaan Islam 2. Cet. 3. (Jakarta:
Al-Husna Zikra, 1995), h. 41-50
[7] Badri Yatim, op.cit., h. 97.
[8] Ahmad Syalabi, op.cit., h. 76.
[9] Harun Nasution, Islam Ditinjau Dari Berbagai Aspeknya, Jilid
1 (Jakarta: UI Prees, 1985), cet-5, h. 62.
[10] Armand Abel, Spanyol: perpecahan dalam negeri, dalam GustavE.von
grunebaum (Ed), Islam: Kesatuan dan keseragaman, (jakarta: yayasan Perkhidmatan, 1983), hlm
243.
[11] Badri Yatim, loc.cit., h. 108
[12] Philip K. Hitti, History of the arab, (London : Macmillan Press,
1970) hlm.530
[13] S. I. Poeradisastra, Sumbangan Islam kepada Ilmu dan Peradaban
Modern, ( Jakarta: P3M, 1986, cetakan ke dua) hlm 67.
[14] Zainal Abidin ahmad, Riwayat Hidup Ibnu Rusyd, (Jakarta: Bulan
Bintang, 1975), hlm 149
[15] K. Bertens, Ringkasan Sejarah Filsafat, (Yogyakarta: Kanisius,1986,
cetakan kelima), hlm. 32
[16] S. I. Poeradisastra, op.cit.,hlm 77.
No comments:
Post a Comment