Pecinta Rasulullah
Makam Syekh Abdul Qadir Al Jailani
Marga Arab Hadramaut
Desember 15th, 2008 by pecintarasulullahSecara umum penggolongan Marga Arab Hadramaut itu dikategorikan dalam 4 golongan:
- Alawiyin (golongan yang mengaku keturunan Rasulullah via keturunan Ahmad bin Isa (AlMuhajir))
- Qabili / Qabail / Qabayl (golongan yang memegang senjata)
- Masaikh / Dhaif (gologang pedagang / petani / rakyat kebanyakan)
- Abid (golongan pembantu / hamba sahaya)
Latar Belakang
Alkisah, golongan Alawiyin karena desakan politik di persia (iran) terpaksa hijrah mencari penghidupan yang lebih baik ke daerah Hadramaut. Disana mereka menyampaikan kepada beberapa muqaddam (kepada suku) mengenai maksud untuk tinggal di Hadramaut dan juga menerangkan jati diri mereka (sebagai turunan Rasulullah). Sebelum secara resmi mereka diterima, muqaddam disaat itu mengirim utusan ke Hejaz untuk mengecek mengenai keberadaan mereka (terutama status turunan Rasul). Namun, setelah beberapa waktu, ada satu keluarga di Hadramout tersebut yang langsung menerima golongan Alawiyin ini untuk tinggal tanpa menunggu kepulangan utusan yang dikirim dan penerimaan secara resmi. Selanjutnya keluarga ini dikenal dengan nama keluarga Bafadhal, yaitu “golongan yang menerima”
Di bawah ini adalah daftar nama marga orang Arab keturunan Yaman (suku Arab Hadramaut):
A
- Abbad, Abdul Aziz, Abudan, Aglag, Al Abd Baqi, Al Aidid, Al Ali Al Hajj, Al Amri, Al Amudi, Al As, Al As-Safi, Al Ba Abud, Al Ba Faraj, Al Ba Harun, Al Ba Raqbah, Al Baar, Al Bagdadi, Al Baiti, Al Bakri, Al Bal Faqih, Al Barak, Al Bargi, Al Barhim, Al Batati, Al Bawahab, Al Bin Jindan, Al Bin Sahal, Al Bin Semit, Al Bin Yahya, Al Bukkar, Al Fad’aq, Al Falugah, Al Gadri, Al Hadi, Al Hadi, Al Halagi, Al Hasani, Al Hasyim, Al Hilabi, Al Hinduan, Al Huraibi, Al Aydrus, Al Jabri, Al Jaidi, Al Jailani, Al Junaid, Al Kalali, Al Kalilah, Al Katiri, Al Khamis, Al Khatib, Al Kherid, Al Madhir, Al Mahdali, Al Mahfuzh, Al Matrif, Al Maula Dawilah, Al Maula Khailah, Al Munawwar, Al Musawa, Al Mutahhar, Al Qadri, Al Qaiti, Al Qannas, Al Rubaki, Al Waini, Al Yafi’ie, Al Yamani, AlMathori, AlMukarom, Ambadar, Arfan, Argubi, Askar, Assa’di, Assaili, Asy Syarfi, Attamimi, Attuwi, Azzagladi,al Dames
B
- Ba Abdullah, Ba Attiiyah, Ba Atwa, Ba Awath, Ba Dekuk, Ba’ Dib, Ba Faqih, Ba Sendit, Ba Siul, Ba Sya’ib Bin Ma’tuf Bin Suit, Ba Syaiban, Ba Tebah, Ba Zouw, Ba’asyir, Babadan, Babten, Badegel, Badeges, Ba’dokh, Bafana, Bafadual, Bagaramah, Bagarib, Bagges, Bagoats, Bahafdullah, Bahaj, Bahalwan, Bahanan, Baharmus, Baharthah, Bahfen, Bahmid, Bahroh, Bachrak, Bahsen, Bahwal, Bahweres, Baisa, Bajabir, Bajened, Bajerei, Bajrei, Bajruk, Bakarman, Baksir, Baktal, Baktir, Bal Afif, Baladraf, Balahjam, Balasga, Balaswad, Balfas, Baljun, Balweel, Bamakundu, Bamasri, Bamasak , Bamatraf, Bamatrus, Bamazro, Bamu’min, Banaemun, Banafe, Bana’mah, Banser, Baraba, Baraja, Barakwan, Barasy, Barawas, Bareyek, Baridwan, Barjib, Baruk, Basalamah, Basalim, Basalmah, Basgefan, Bashay, Ba’sin, Baslum, Basmeleh, Basofi, Basumbul, Baswel, Baswer, Basyarahil, Batarfi, Bathef, Bathog, Ba’Tuk, Bawazier, Baweel, Bayahayya, Bayasut, Bazandokh, Bazargan, Bazeid, Billahwal, Bin Abd Aziz, Bin Abd Samad, Bin Abdat, Bin Abri, Bin Addar, Bin Afif, Bin Ajaz, Bin Amri, Bin Amrun, Bin Anuz, Bin Bisir, Bin Bugri, Bin Coger, Bin Dawil, Bin Diab, Bin Duwais, Bin Faris, Bin Gannas, Bin Gasir, Bin Ghanim, Bin Ghozi, Bin Gozan, Bin Guddeh, Bin Guriyyib, Bin Hadzir, Bin Hafidz, Bin Halabi, Bin Hamid, Bin Hana, Bin Hatrash, Bin Hilabi,Bin Hizam, Bin Hud, Bin Humam, Bin Huwel, Bin Ibadi, Bin Isa, Bin Jaidi, Bin Jobah, Bin Juber, Bin Kartam, Bin Kartim, Bin Keleb, Bin Khalifa, Bin Khamis, Bin Khubran, Bin Mahri, Bin Mahfuzh, Bin Makki, Bin Maretan, Bin Marta, Bin Mattasy, Bin Mazham, Bin Muhammad, Bin Munif, Bin Mutahar, Bin Mutliq, Bin Nahdi, Bin Nahed, Bin Nub, Bin On, Bin Qarmus, Bin Sadi, Bin Said, Bin Sanad, Bin Seger, Bin Seif, Bin Syahbal, Bin Syaiban, Bin Syamil, Bin Syamlan, Bin Syirman, Bin Syuaib, Bin Tahar, Bin Ta’lab, Bin Sungkar, Bin Tebe, Bin Thahir, Bin Tsabit, Bin Ulus, Bin Usman, Bin Wizer, Bin Zagr, Bin Zaidan, Bin Zaidi, Bin Zimah, Bin Zoo, Bukkar,Badziher.
T
- Thalib
G
- Ghana’
H
- Haidrah, Hamde, Hamadah, Harhara, Hatrash, Hubeisy,Hayaze, Hasni, Humaid
J
- Jawas, Jibran, Jabli
K
- Karamah, Kurbi
M
- Magadh, Makarim, Marfadi, Martak, Mashabi, Mugezeh, Munabari, Mahdami,Machdan
N
- Nabhan
S
- Sallum, Shahabi, Shogun, Sungkar, Syaiban, Syammach, Syawik,Syagran.
U
- Ugbah, Ummayyer
Z
- Za’bal, Zaidan, jurhum, Zeban, Zubaidi
Marga-Marga Arab di Indonesia
Desember 15th, 2008 by pecintarasulullahDalam dunia islam, baik dari sunni mapun syiah, di arab maupun di luar arab, bertarikat ataupun tidak, dikenal dengan adanya golongan-golongan yang mengaku sebagai ahlul bayt, atau sebagai keturunan nabi. Dengan berbagai silsilah yang dinyatakan sebagai yang paling valid atau benar, mereka banyak yang diagung-agungkan oleh ummat. Dalam sejarah Hejaz, keturunan nabi ini hingga abad ke-20 memegang peranan penting dalam pemerintahan arab bahkan setelah keruntuhan Turki. Semenjak masa-masa sebelumnya mereka ini mendapat tempat khusus dimata penduduk Hejaz. Mereka dibaiat menjadi penguasa dan imam serta pelindung tanah suci,
Dalam tatanan Hejaz, mereka diberikan sebutan Syarif untuk laki-laki dan Syarifah untuk perempuan. Sedangkan diluar Hejaz, dari beberapa golongan ada yang memberikan title Sayyid dan Sayyidah, atau juga dengan sebutan Habaib, dan lain sebagainya untuk memberikan satu tanda bahwa mereka yang diberikan titlr ini dianggap masih memiliki kaitan darah dengan nabi Muhammad saw.
Rabithah Alawiyah :: dalam artikel onlinenya, menyatakan bahwa menurut Sayyid Muhammad Ahmad al-Syatri dalam bukunya Sirah al-Salaf Min Bani Alawi al-Husainiyyin, para salaf kaum âAlawi di Hadramaut dibagi menjadi empat tahap yang masing-masing tahap mempunyai gelar tersendiri. Gelar yang diberikan oleh masyarakat Hadramaut kepada tokoh-tokoh besar Alawiyin ialah :
IMAM (dari abad III H sampai abad VII H). Tahap ini ditandai perjuangan keras Ahmad al-Muhajir dan keluarganya untuk menghadapi kaum khariji. Menjelang akhir abad 12 keturunan Ahmad al-Muhajir tinggal beberapa orang saja. Pada tahap ini tokoh-tokohnya adalah Imam Ahmad al-Muhajir, Imam Ubaidillah, Imam Alwi bin Ubaidillah, Bashri, Jadid, Imam Salim bin Bashri.
SYAIKH (dari abad VII H sampai abad XI H). Tahapan ini dimulai dengan munculnya Muhammad al-Faqih al-Muqaddam yang ditandai dengan berkembangnya tasawuf, bidang perekonomian dan mulai berkembangnya jumlah keturunan al-Muhajir. Pada masa ini terdapat beberapa tokoh besar seperti Muhammad al-Faqih al-Muqaddam sendiri. Ia lahir, dibesarkan dan wafat di Tarim.
HABIB (dari pertengahan abad XI sampai abad XIV). Tahap ini ditandai dengan mulai membanjirnya hijrah kaum âAlawi keluar Hadramaut. Dan di antara mereka ada yang mendirikan kerajaan atau kesultanan yang peninggalannya masih dapat disaksikan hingga kini, di antaranya kerajaan Alaydrus di Surrat (India), kesultanan al-Qadri di kepulauan Komoro dan Pontianak, al-Syahab di Siak dan Bafaqih di Filipina. Tokoh utama âAlawi masa ini adalah Habib Abdullah bin Alwi al-Haddad yang mempunyai daya pikir, daya ingat dan kemampuan menghafalnya yang luar biasa, juga terdapat Habib Abdurahman bin Abdullah Bilfaqih, Habib Muhsin bin Alwi al-Saqqaf, Habib Husain bin syaikh Abu Bakar bin Salim, Habib Hasan bin Soleh al-Bahar, Habib Ahmad bin Zein al-Habsyi.
SAYYID (mulai dari awal abad XIV ). Tahap ini ditandai kemunduran kecermelangan kaum âAlawi. Di antara para tokoh tahap ini ialah Imam Ali bin Muhammad al-Habsyi, Imam Ahmad bin Hasan al-Attas, Allamah Abu Bakar bin Abdurahman Syahab, Habib Muhammad bin Thahir al-Haddad, Habib Husain bin Hamid al-Muhdhar. Sejarawan Hadramaut Muhammad Bamuthrif mengatakan bahwa Alawiyin atau qabilah Baâalawi dianggap qabilah yang terbesar jumlahnya di Hadramaut dan yang paling banyak hijrah ke Asia dan Afrika. Qabilah Alawiyin di Hadramaut dianggap orang Yaman karena mereka tidak berkumpul kecuali di Yaman dan sebelumnya tidak terkenal di luar Yaman.
Jauh sebelum itu, yaitu pada abad-abad pertama hijriah julukan Alawi digunakan oleh setiap orang yang bernasab kepada Imam Ali bin Abi Thalib, baik nasab atau keturunan dalam arti yang sesungguhnya maupun dalam arti persahabatan akrab. Kemudian sebutan itu (Alawi) hanya khusus berlaku bagi anak cucu keturunan Imam al-Hasan dan Imam al-Husein. Dalam perjalanan waktu berabad-abad akhirnya sebutan Alawi hanya berlaku bagi anak cucu keturunan Imam Alwi bin Ubaidillah. Alwi adalah anak pertama dari cucu-cucu Imam Ahmad bin Isa yang lahir di Hadramaut. Keturunan Ahmad bin Isa yang menetap di Hadramaut ini dinamakan Alawiyin diambil dari nama cucu beliau Alwi bin Ubaidillah bin Ahmad bin Isa yang dimakamkan di kota Sumul.
Kaum Arab, terutama yang beragama islam telah sejak berabad lamanya melakukan perniagaan dengan berbagai negara didunia, yang selanjutnya menciptakan jalur-jalur perdagangan dan komunitas-komunitas Arab baru diberbagai negara. Dalam berbagai sejarah dinyatakan bahwa kaum Arab yang datang ke Indonesia merupakan koloni Arab dari daerah sekitar Yaman dan Persia. Namun, yang dinyatakan berperan paling penting dan ini diperlihatkan dengan jenis madhab yang ada di Indonesia, dimungkinkan adalah dari Hadramaut. Dan orang-orang Hadramaut ini diperkirakan telah sampai ke Indonesia semenjak abad pertengahan (abad ke-13) sesudah adanya huru-hara di Baghdad.
Secara umum, tujuan awal kedatangan mereka adalah untuk berdagang sekaligus berdakwah, dan kemudian berangsur-angsur mulai menetap dan berkeluarga dengan masyarakat setempat. Dari mereka inilah kemudian muncul banyak tokoh dakwah yang termaktub dalam team Walisongo dan banyak tokoh dakwah islam hingga masa sekarang. Walaupun masih ada pendapat lain seperti menyebut dari Samarkand (Asia Tengah), Champa atau tempat lainnya, tampaknya itu semua adalah jalur penyebaran para Mubaligh dari Hadramawt yang sebagian besarnya adalah kaum Sayyid (Syarif). Beberapa buktinya (no 1 dan 2) adalah sebagian dari yang telah dikumpulkan oleh penulis Muhammad Al Baqir dalam Thariqah Menuju Kebahagiaan:
- L.W.C Van Den Berg dalam bukunya Le Hadramawt et Les Colonies Arabes dans lâArchipel Indien (1886) mengatakan:âAdapun hasil nyata dalam penyiaran agama Islam (ke Indonesia) adalah dari orang-orang Sayyid Syarif. Dengan perantaraan mereka agama Islam tersiar diantara raja-raja Hindu di Jawa dan lainnya. Selain dari mereka ini, walaupun ada juga suku-suku lain Hadramawt (yang bukan golongan Sayyid Syarif), tetapi mereka ini tidak meninggalkan pengaruh sebesar itu. Hal ini disebabkan mereka (yakni kaum Sayyid Syarif Hadramaut) adalah keturunan dari tokoh pembawa Islam (Nabi Muhammad SAW).â
- Dalam buku yang sama hal 192-204, Van Den Berg menulis:âPada abad XV, di Jawa sudah terdapat penduduk bangsa Arab atau keturunannya, yaitu sesudah masa kerajaan Majapahit yang kuat itu. Orang-orang Arab bercampul-gaul dengan penduduk, dan sebagian mereka mempuyai jabatan-jabatan tinggi. Mereka terikat dengan pergaulan dan kekeluargaan tingkat atasan. Rupanya pembesar-pembesar Hindu di kepulauan Hindia telah terpengaruh oleh sifat-sifat keahlian Arab, oleh karena sebagian besar mereka berketurunan pendiri Islam (Nabi Muhammad SAW). Orang-orang Arab Hadramawt membawa kepada orang-orang Hindu pikiran baru yang diteruskan oleh peranakan-peranakan Arab mengikuti jejak nenek moyangnya.” Perhatikanlah tulisan Van Den Berg ini yang spesifik menyebut abad XV, yang merupakan abad spesifik kedatangan dan / atau kelahiran sebagian besar Wali Songo di pulau Jawa. Abad XV ini jauh lebih awal dari abad XVIII yang merupakan kedatangan kaum Hadramawt gelombang berikutnya yaitu mereka yang sekarang kita kenal bermarga Assegaf, Al Habsyi, Al Hadad, Alaydrus, Alatas, Al Jufri, Syihab, Syahab dan banyak marga hadramawt lainnya.
- Hingga saat ini Umat Islam di Hadramawt bermadzhab Syafiâie sama seperti mayoritas di Ceylon, pesisir India Barat (Gujarat dan Malabar), Malaysia dan Indonesia. Sedangkan Uzbekistan dan seluruh Asia Tengah, kemudian Pakistan dan India pedalaman (non-pesisir) mayoritasnya bermadzhab Hanafi.
- Bahasa para pedagang Muslim yang datang ke Asia Tenggara (utamanya Malaka dan Nusantara) dinamakan bahasa Malay (Melayu) karena para pedagang dan Mubaligh yang datang di abad 14-15 sebagian besar datang dari pesisir India Barat yaitu Gujarat dan Malabar, yang mana orang-orang Malabar (sekarang termasuk neg. bagian Kerala) mempunyai bahasa Malayalam, walaupun asal-usul mereka adalah keturunan dari Hadramawt mengingat kesamaan madzhab Syafiâie yang sangat spesifik dengan pengamalan tasawuf dan penghormatan kepada Ahlul Bait. Satu kitab fiqh mazhab Syafiâie yang sangat popular di Indonesia Fathul Muin pengarangnya bahkan Zainuddin Al Malabary (berasal dari tanah Malabar), satu kitab fiqh yang sangat unik karena juga memasukkan pendapat kaum Sufi, bukan hanya pendapat kaum Fuqaha.
- Satu bukti yang sangat akurat adalah kesamaan Madzhab Syafi’ie dengan corak tasawuf dan pengutamaan Ahlul Bait yang sangat kental seperti kewajiban mengadakan Mawlid, membaca Diba & Barzanji, membaca beragam Sholawat Nabi, membaca doa Nur Nubuwwah (yang juga berisi doa keutamaan tentang cucu Rasul, Hasan dan Husayn) dan banyak amalan lainnya hanya terdapat di Hadramawt, Mesir, Gujarat, Malabar, Ceylon, Sulu & Mindanao, Malaysia dan Indonesia. Pengecualian mungkin hanya terhadap kaum Kurdistan di segitiga perbatasan Iraq, Turki dan Iran, yang mana mereka juga bermadzhab Syafiâie dengan corak Tasawuf yang sangat kuat dan mengutamakan ahlul bait (Kitab Mawlid Barzanji dan Manaqib Syekh Abdul Qadir Jilani adalah karya Ulama mereka Syekh Jaâfar Barzanji) tapi tinggal di daerah pedalaman dan pegunungan, bukan pesisir seperti lainnya. Analisis sejarah diatas menandakan agama Islam dari madzhab dan corak ini sebagian besarnya disebarkan melalui jalur pelayaran dan perdagangan dan berasal dari satu sumber yaitu Hadramawt, karena Hadramawt adalah sumber pertama dalam sejarah Islam yang menggabungkan fiqh Syafi’ie dengan pengamalan tasawuf dan pengutamaan ahlul bait.
- Di abad 15 Raja-raja Jawa (yang berkerabat dengan Walisongo) seperti Raden Patah dan Pati Unus sama-sama menggunakan gelar Alam Akbar, yang mana di abad 14 di Gujarat sudah dikenal keluarga besar Jamaluddin Akbar cucu keluarga besar Datuk Azhimat Khan (Abdullah Khan) putra Abdul Malik putra Alwi putra Muhammad Shahib Mirbath Ulama besar Hadramawt Abad 13M. Keluarga besar ini sudah sangat terkenal sebagai Mubaligh Musafir yang berdakwah jauh hingga pelosok Asia Tenggara dan mempunyai putra-putra dan cucu-cucu yang banyak menggunakan nama Akbar, seperti Zainal Akbar, Ibrahim Akbar, Ali Akbar, Nuralam Akbar dan banyak lainnya.
Keturunan Arab Hadramawt di Indonesia, seperti negara asalnya Yaman, terdiri 2 kelompok besar yaitu kelompok Alawi (Sayyidi) keturunan Rasul SAW (terutama melalui jalur Husayn bin Ali) dan Qabili yaitu kelompok diluar kaum Sayyid.Nama-nama marga/keluarga keturunan Arab Hadramaut dan Arab lainnya yang terdapat di Indonesia, yang paling banyak diantaranya adalah:
- Abud (Qabil) - AbdulAzis (Qabil) - Addibani (Qabil) - Afiff - Alatas (Sayyid) - Alaydrus (Sayyid) - Albar (Sayyid) - Algadrie (Sayyid) - Alhabsyi (Sayyid) - AlHamid - AlHadar - AlHadad (Sayyid) - AlJufri (Sayyid) - Alkatiri (Qabil) - Assegaff (Sayyid) - Attamimi -AlMuhazir
- Ba’asyir (Qabil) - Baaqil (Sayyid) - Bachrak (Qabil) - Badjubier (Qabil) - Bafadhal - Bahasuan (Qabil) - Baraja (Syekh) - Basyaib (Qabil) - Basyeiban (Sayyid) - Baswedan (Qabil) - Baridwan - Bawazier (Sayyid) - BinSechbubakar (Sayyid)
- Haneman
- Jamalullail (Sayyid)
- Kawileh (Qabil)
- Maula Dawileh (Sayyid) - Maula Heleh/Maula Helah (Sayyid)
- Nahdi (Qabil)
- Shahab (Sayyid) - Shihab (Sayyid) - Sungkar (Qabil)
- Thalib
- Bahafdullah (Qabil)
Nama-nama marga/keluarga keturunan Arab Hadramaut dan Arab lainnya yang terdapat di Indonesia:
1 Al Baar | 21 Al Aidid | 41 Bin Hud | |||
2 Al Jufri | 22 Al Fadâaq | 42 Baâdokh | |||
3 Al Jamalullail | 23 Al Ba Faraj | 43 Alhasni | |||
4 Al Junaid | 24 Ba Faqih | 44 Barakwan | |||
5 Al Bin Jindan | 25 Al Bal Faqih | 45 Al Mahdali | |||
6 Al Jailani | 26 Al Qadri | 46 Al Hinduan | |||
7 Al Hamid | 27 Al- Kaff | 47 Al Baiti | |||
8 Al Hadad | 28 Al- Muhdhar | 48 Bin Syuaib | |||
9 Al Kherid | 29 Al Musawa | 49 Basyaiban | |||
10 Al Maula Khailah | 30 Al Mutahhar | ||||
11 Al Maula Dawilah | 31 Al Munawwar | ||||
12 Al Ba Raqbah | 32 Al Hadi | ||||
13 Al Assegaf | 33 Al Ba Harun | ||||
14 Al Bin Semit | 34 Al Hasyim | ||||
15 Al Bin Sahal | 35 Al Haddar | ||||
16 Al Syihabuddin | 36 Al Bin Yahya | ||||
17 Al As- Safi | 37 Bin Syekh Abubakar | ||||
18 Al Ba Abud | 38 Bin Thahir | ||||
19 Al Ba Aqil | 39 Bin Shihab | ||||
20 Al Idrus | 40 Bin Hafidz | ||||
1 Abbad | 41 Assaâdi | 81 Bakarman | 121 Ba Syaâib | 161 Bin Hilabi | 201 Bin Syirman |
2 Abudan | 42 Asy Syarfi | 82 Baktir | 122 Basyarahil | 162 Bin Humam | 202 Bin Tahar |
3 Aglag | 43 Attamimi | 83 Baladraf | 123 Batarfi | 163 Bin Huwel | 203 Bin Taâlab |
4 Al Abd Baqi | 44 Attuwi | 84 Bal Afif | 124 Ba Tebah | 164 Bin Ibadi | 204 Bin Tebe |
5 Al Ali Al Hajj | 45 Azzagladi | 85 Balahjam | 125 Bathog | 165 Bin Isa | 205 Bin Tsabit |
6 Al Amri | 46 Ba Abdullah | 86 Balasga | 126 BaâTuk | 166 Bin Jaidi | 206 Bin Ulus |
7 Al Amudi | 47 Baâasyir | 87 Balaswad | 127 Ba Syaiban | 167 Bin Jobah | 207 Bin Usman |
8 Al As | 48 Ba Attiiyah | 88 Balfas | 128 Baweel | 168 Bin Juber | 208 Bin Wizer |
9 Al Bagdadi | 49 Ba Awath | 89 Baljun | 129 Bayahayya | 169 Bin Kartam | 209 Bin Zaidi |
10 Al Bakri | 50 Ba Atwa | 90 Balweel | 130 Bayasut | 170 Bin Kartim | 210 Bin Zaidan |
11 Al Barak | 51 Babadan | 91 Bamakundu | 131 Bazandokh | 171 Bin Keleb | 211 Bin Zimah |
12 Al Barhim | 52 Babten | 92 Bamasri | 132 Bazargan | 172 Bin Khalifa | 212 Bin Zoo |
13 Al Batati | 53 Badegel | 93 Bamatraf | 133 Ba Zouw | 173 Bin Khamis | 213 Bajrei |
14 Al Bawahab | 54 Ba Dekuk | 94 Bamatrus | 134 Bazeid | 174 Bin Kuwer | 214 Bukra |
15 Al Bargi | 55 Baâ Dib | 95 Bamazro | 135 Bin Abdat | 175 Bin Mahri | 215 Gahedan |
16 Al Bukkar | 56 Bafadal | 96 Bamuâmin | 136 Bin Abd Aziz | 176 Bin Makki | 216 Haidrah |
17 Al Falugah | 57 Bafana | 97 Bana’mah | 137 BinAbdsamad | 177 Bin Maretan | 217 Hamde |
18 Al Gadri | 58 Bagarib | 98 Banafe | 138 Bin Abri | 178 Bin Marta | 218 Harhara |
19 Al Hadi | 59 Bagaramah | 99 Banser | 139 Bin Addar | 179 Bin Mattasy | 219 Hubeisy |
20 Al Halagi | 60 Bagges | 100 Baraba | 140 Bin Afif | 180 Bin Makhfudz | 220 Jawas |
21 Al Hilabi | 61 Bagoats | 101 Baraja | 141 Bin Ajaz | 181 Bin Mazham | 221 Jibran |
22 Al Jabri | 62 Ba | 102 Barasy | 142 Bin Amri | 182 Bin Muhammad | 222 Karamah |
23 Al Kalali | 63 Bahalwan | 103 Barawas | 143 Bin Amrun | 183 Bin Munif | 223 Kurbi |
24 Al Kalilah | 64 Baharmus | 104 Bareyek | 144 Bin Anus | 184 Bin Mutahar | 224 Magadh |
25 Al Katiri | 65 Bahanan | 105 Baridwan | 145 Bin Bisir | 185 Bin Mutliq | 225 Makarim |
26 Al Khamis | 66 Bahrok | 106 Baruk | 146 Bin Bugri | 186 Bin Nahdi | 226 Marfadi |
27 Al Khatib | 67 Bajruk | 107 Basalamah | 147 Bin Dawil | 187 Bin Nahed | 227 Mashabi |
28 Al Matrif | 68 Baksir | 108 Basalmah | 148 Bin Diab | 188 Bin Nub | 228 Mugezeh |
29 AlMathori | 69 Baktal | 109 Basalim | 149 Bin Faris | 189 Bin On | 229 Munabari |
30 AlMukarom | 70 Banaemun | 110 Ba Sendit | 150 Bin Gannas | 190 Bin Qarmus | 230 Nabhan |
31 Al Qaiti | 71 Baharthah | 111 Basgefan | 151 Bin Gasir | 191 Bin Said | 231 Sallum |
32 Al Qannas | 72 Bahfen | 112 Bashay | 152 Bin Ghanim | 192 Bin Sadi | 232 Shahabi |
33 Al Rubaki | 73 Bahmid | 113 Baâsin | 153 Bin Ghozi | 193 Bin Sanad | 233 Shobun |
34 Al Waini | 74 Bahroh | 114 Ba Siul | 154 Bin Gozan | 194 Bin Seger | 234 Syawik |
35 Al Yamani | 75 Bahsen | 115 Basmeleh | 155 Bin Guddeh | 195 Bin Seif | 235 Ugbah |
36 Ambadar | 76 Bahweres | 116 Basofi | 156 Bin Guriyyib | 196 Bin Sungkar | 236 Ummayyer |
37 Arfan | 77 Baisa | 117 Basumbul | 157 Bin Hadzir | 197 Bin Syahbal | 237 Zaâbal |
38 Argubi | 78 Bajabir | 118 Baswedan | 158 Bin Halabi | 198 Bin Syaiban | 238 Zarhum |
39 Assaili | 79 Bajened | 119 Baswel | 159 Bin Hamid | 199 Bin Syamil | 239 Zubaidi |
40 Askar | 80 Bajerei | 120 Baswer | 160 Bin Hana | 200 Bin Syamlan | 240 |
Bin Maâtuf Bin Suit Bin Duwais amhar syamlan faluga Bin muhammad gasir dahdah syeban
Inilah kiranya ringkasan sejarah penyebaran kaum arab di dunia, terutama di Indonesia. Termasuk juga klasifikasi bebeapa gelar dari keturunan nabi yang dipakai oleh beberapa golongan, serta data beberapa ratus marga arab yang ada di Indonesia.Apabila ada kesalahan dan kekurangan, dimohon adanya koreksi dan informasi masukan tambahan dari para pembaca, sehingga wacana ini semakin valid dan komplit. Silahkan dianalisis secara objektif dan mendalam, semoga berguna. Amin. Terimakasih.
Tags: sayyid, syekh, syaikh, syarif, sayid, alawi, nabi, marga, suku, arab, indonesia, jawa, walisongo, al baar, al as- safi, al ba harun, al jufri, al ba abud, al hasyim, al jamalullail, al ba aqil, al haddar, al junaid, al idrus, al bin yahya, al bin jindan, al aidid, bin syekh abubakar, al jailani, al fadâaq, bin thahir, al hamid, al ba faraj, bin shihab, al hadad, ba faqih, bin hafidz, al kherid, al bal faqih, bin hud, al maula khailah, al qadri, baâdokh, al maula dawilah, al- kaff, alhasni, al ba raqbah, al- muhdhar, barakwan, al assegaf, al musawa, al mahdali, al bin semit, al mutahhar, al hinduan, al bin sahal, al munawwar, al baiti, al syihabuddin, al hadi, bin syuaib, basyaiban, qabil, hadramaut, yaman, ahlul bayt
Pustaka
Desember 15th, 2008 by pecintarasulullahIsi dari blog ini diambil dari
http://www.albayyinat.net
http://baalawi.simplyhaddad.com/
http://kisahwali.blogspot.com/
http://id.wikipedia.org
Alawiyyin
Desember 15th, 2008 by pecintarasulullahAlawiyyin adalah sebutan bagi kaum atau sekelompok orang yang memiliki pertalian darah dengan Rasulullah SAW. Sebutan lain untuk alawiyyin adalah ba’alwi. Ba’Alawi ialah gelar yang diberi kepada mereka yang memiliki keturunan dari Alawi bin Ubaidullah bin Ahmad bin Isa Al-Muhajir.
Ahmad bin Isa Al-Muhajir telah meninggalkan Basrah di Iraq bersama keluarga dan pengikut-pengikutnya pada tahun 317H/929M untuk berhijrah ke Hadhramaut di Yaman Selatan. Cucu Ahmad bin Isa yang bernama Alawi, merupakan orang pertama yang dilahirkan di Hadramaut. Oleh itu anak-cucu Alawi digelar Ba ‘Alawi, yang bermakna Keturunan Alawi. Panggilan Ba ‘Alawi juga ialah bertujuan memisahkan kumpulan keluarga ini daripada cabang-cabang keluarga yang lain yang berketurunan daripada Nabi Muhammad. Ba ‘Alawi juga dikenali dengan kata-nama Saiyid (Sadah bagi bilangan lebih daripada seorang). Keluarga yang bermula di Hadhramaut ini, telah berkembang dan membiak, dan pada hari ini ramai di antara mereka menetap disegenap pelusuk Nusantara, India dan Afrika.
bukan saiyid tetapi adalah sayid yang bermakna tuan atau sejenisnya,dan juga banyak dikenal dengan sebutan HABIB. dan kalangan saiyid atau habib ini mempunyai nasab atau silsilah keturunan yang langsung sampai kepada datuknya rasul saw.karena banyak yang mengatas namakan sayid atau habib tetapi mereka tidak mempunyai nasab atau silsilah yang sampai kepada rasul saw. karena rasul sangat marah dan benci apabila ada yang mengaku-ngaku keturunan tetapi kenyataannya bukan.
Habib adalah panggilan khas kepada seorang sayyid dari Hadhramaut yang bernasab kepada Imam Ali Zainal Abidin bin Al-Husain bin Ali. Kesahihan nasab Alawi di pelihara oleh Rabithah Alawiyyin di Jakarta Selatan. Di kalangan saadah Alawiyyin ada yang telah berhijrah pada abad-abad 16 dan 17 Masehi umpamanya bahkan lebih awal lagi ke India dan Indonesia. Daftar nasab mereka mungkin tidak di catat bahkan mungkin hilang sama sekali.
Membongkar Kesesatan Ahmadiyah
Desember 15th, 2008 by pecintarasulullahÂ
Dawam Rahardjo Dibiayai Ahmadiyah?.
Kematian Mirza Ghulam Ahmad yang Menjijikkan.
Ahmadiyah Jago Berbohong.
Pengakuan Palsu Bertahap.
Ahmadiyah Mengkafirkan Muslimin.
Lebih Berbahaya dari Bandar Narkoba .
http://www.swaramuslim.net/more.php?id=1966_0_1_0_M
Sehari pasca penyerbuan terhadap Pusat Jemaat Ahmadiyah di Parung,
Bogor, 15 Juli lalu, Johan Effendi mantan petinggi Depag yang juga anggota
resmi Ahmadiyah, mengadakan jumpa pers di PBNU. Jumpa pers yang diliput
oleh sebagian besar media teve itu, antara lain dihadiri oleh Dawam
Rahardjo, Ulil, Musdah Mulia, dan sebagainya.
Dawam Rahardjo petinggi ormas Muhamamdiyah era Amien Rais dan Syafii
Maarif, tampil bak pahlawan kesiangan membela Ahmadiyah.
Kalimat-kalimat yang meluncur dari mulutnya, tidak saja menggelontorkan
pembelaan terhadap Ahmadiyah dengan alasan hak asasi manusia, tetapi
juga ia mengeluarkan pernyataan yang sangat kampungan, yaitu ?? kalau
ada gerakan anti Islam, maka saya akan ikut?,? sebagaimana bisa dilihat
dari berbagai tayangan media televisi yang menayangkan jumpa pers
tersebut.
Selama ini Dawam dijuluki sebagai tokoh Islam, petinggi Muhammadiyah, dan
petinggi ICMI (Ikatan Cendekiawan Muslim Indonesia).
Bagaimana mungkin seseorang yang berlabel sangat Islam itu bisa
menyatakan akan ikut gerakan anti Islam? Ini menunjukkan bahwa selama ini
ia cuma cari makan melalui Islam.
Mengapa Dawam begitu gigih tampil sebagai pembela Ahmadiyah.
Pengalaman Hartono Ahmad Jaiz penulis buku Aliran dan Paham Sesat di
Indonesia dapat menjelaskan hal ini.
Ketika saya bersama Haryadi (mantan anggota Jemaat Ahmadiyah), Farid
Okbah (Dai dari Al-Irsyad), dan Abu Yazid (dari Persis) masuk ke kampus
Mubarok Parung Bogor saat Thahir Ahmad ada di sana, dengan maksud ingin
bertamu mengunjungi salah seorang teman Ahmad Haryadi, kami justru
ditangkap. Ketika pihak keamanan Ahmadiyah sedang mengusut teman-
teman saya yang bertamu tapi ditangkap ini, saya
berbincang-bincang dengan sebagian dari mereka. Ketika itu, saya tanyakan,
kenapa Dawam Rahardjo datang ke London mengundang Thahir Ahmad ke
Indonesia?
Dijawab, karena Ahmadiyah membiayai Dawam Rahardjo.?
Pantaslah, di saat ada desakan dari umat Islam sekitar kampus Mubarok
Pusat Ahmadiyah agar Ahmadiyah dan kampusnya dibubarkan, maka Dawam
Rahardjo menjadi pahlawan? kesiangan. Dawam mengecam MUI, FPI, dan
LPPI. Masih kurang puas, Dawam pun menulis di Koran Indo Pos, berjudul
Teror Terhadap Ahmadiyah.Dawam tampak gusar, dengan dalih HAM (Hak
asasi manusia) maka dia tudingkan telunjuknya yang sudah menua renta itu
dengan berteriak bahwa FPI (Front Pembela Islam) dan LPPI (Lembaga
Penelitian dan Pengkajian Islam) berada di balik teror itu.
Sebagaimana diketahui, setelah terjadi pengepungan massa umat Islam
terhadap Pusat Ahmadiyah di Kampus Mubarok di Parung Bogor Jawa Barat
ba?da Jum?at 15 Juli 2005 (8 Jumadil Akhir 1426 H), berakhir dengan
keputusan Pemda Bogor untuk menutup pusat aliran sesat Ahmadiyah itu,
dan orang-orang Ahmadiyah di dalamnya dievakuasi dengan 4 bus dan 4
truk polisi.
Munas ke-2 MUI tahun 1980 memfatwakan bahwa Ahmadiyah adalah di luar
Islam, sesat menyesatkan. Diperkuat pula oleh adanya surat edaran Dirjen
Bimas Islam dan Urusan haji Departemen Agama, agar ulama menjelaskan
sesatnya Ahmadiyah.
Ahmadiyah Qadian menyusup dan datang ke Indonesia sejak 1925 ?
sedangkan Ahmadiyah Lahore hadir empat tahun kemudian (1929) ?
semula digandeng oleh Muhammadiyah karena dianggap sebagai pembaharu.
Namun di tahun 1930-an Muhammadiyah baru menyadari bahwa Ahmadiyah itu
bukan pembaharu, maka Muhammadiyah pun tidak lagi menjadikan
Ahmadiyah sebagai kawan.
Meskipun sudah sejak tahun 1930 pimpinan Muhammadiyah melalui pidato
resminya menyatakan bahwa Ahmadiyah yang selama ini dijadikan teman
ternyata bukan teman, namun sampai tahun 2000 masih ada petinggi
Muhammadiyah, yaitu Dawam Rahardjo, yang mengatas-namakan
Muhammadiyah mengundang Thahir Ahmad (Khalifah IV Ahmadiyah di
London) untuk hadir ke Indonesia di masa Presiden Abdurrahman Wahid.
Kedatangan penerus nabi palsu yang diundang oleh orang yang juga
memalsu atas nama Muhammadiyah itu disambut pula oleh bekas Ketua
Muhammadiyah yang saat itu sedang menjabat sebagai Ketua MPR, Amien
Rais. Bahkan, Thahir Ahmad dan Amien Rais sempat berangkulan di Gedung
DPR/MPR. Sementara itu yang memalsu atas nama Muhammadiyah, Dawam
Rahardjo, mengalungkan bunga kepada penerus nabi palsu Thahir Ahmad di
Bandara Cengkareng. Semua itu kemudian disiarkan oleh media Ahmadiyah.
Peristiwa itu mengundang komentar seorang pakar dari Pakistan, Manzhur
Ahmad Chinioti Pakistani, penulis buku Keyakinan Al-Qadiani, yang dengan
sengaja hadir ke Indonesia dan berpidato di Masjid Al-Azhar Jakarta. Pakar
dari Pakistan ini memprotes keras, dan menuntut agar Dawam Rahardjo
diadukan ke pengadilan, karena telah mengatas-namakan Muhammadiyah,
mengundang penerus nabi palsu ke Indonesia.
Dalam hal membela aliran sesat Ahmadiyah ini, kalangan muda
Muhammadiyah pun tak mau ketinggalan kereta. Mereka tergopoh-gopoh
mengadakan konperensi pers di kantor Pusat Muhammadiyah untuk membela
Ahmadiyah. Sukidi, yang memang kadernya Dawam Rahardjo dan aktivis
JIMM (Jaringan Intelektual Muda Muhammadiyah), mengambil kesempatan
untuk membela Ahmadiyah.
Kematian yang Menjijikkan
Hartono Ahmad jaiz pernah bertanya kepada Dr. Hasan bin Mahmud Audah,
mantan orang kepercayaan Khalifah Ahmadiyah ke-4 Thahir Ahmad, yang
sudah kembali ke Islam. ?Apakah benar, nabinya orang Ahmadiyah, Mirza
Ghulam Ahmad yang lahir di India 15 Februari 1835 dan mati pada 26 Mei
1906, itu matinya di kakus (WC)??
Kemudian Dr. Hasan bin Mahmud Audah pun menjawab,?Ha?, ha?, haa?
itu tidak benar. Mirza Ghulam Ahmad tidak bisa ke WC. Dia meninggal di
tempat tidur. Tetapi berminggu-minggu sebelum matinya dia berak dan
kencing di situ. Jadi tempat tidurnya sangat kotor seperti WC. Karena
sakitnya itu, sampai-sampai dalam sehari dia kencing seratus kali. Makanya,
tanyakanlah kepada orang Ahmadiyah, maukah kamu mati seperti nabimu??
Dr Hasan bin Mahmud Audah adalah mantan Muballigh Ahmadiyah dulunya
dekat dengan Thahir Ahmad (Khalifah Ahmadiyah) yang mukim di London.
Pertanyaan di atas diajukan Hartono Ahmad Jaiz seusai berlangsungnya
Seminar Nasional tentang Kesesatan Ahmadiyah dan Bahayanya yang
diselenggarakan LPPI di Masjid Istiqlal Jakarta, Ahad 11 Agustus 2002.
Selain masalah kematiannya yang menjijikkan, Mirza Ghulam Ahmad menurut
Audah punya dua penyakit: jasmani dan akal. Sakit jasmaninya sudah jelas,
berminggu-minggu menjelang matinya tak bisa beranjak dari tempat tidur,
hingga kencing dan berak di tempat tidurnya.
Adapun sakit akalnya, Mirza Ghulam Ahmad mengaku menjadi Maryam, lalu
karena Allah meniupkan ruh kepadanya, maka lahirlah Nabi Isa. Dan yang
dimaksud dengan Nabi Isa itu tak lain adalah diri Mirza Ghulam Ahmad itu
sendiri. ?Apakah tidak sakit akal itu namanya,? ujar Dr Hasan Audah yang
dulunya mempercayai Mirza Ghulam Ahmad, sehingga sempat membeli
sertifikatkuburan surga di Rabwa.
Ahmadiyah Jago Berbohong
Tentang propaganda bohong, Ahmadiyah adalah jagonya. Hartono Ahmad
Jaiz menyampaikan pengalamannya: ?Propagandis Ahmadiyah di depan saya
dan 1200 hadirin di Masjid Al-Irsyad Purwokerto, April 2002, masih bisa
ngibul (berbohong) dengan mengatakan bahwa banyak raja-raja di Afrika
yang masuk ?Islam?, yaitu masuk Jemaat Ahmadiyah. Hingga seakan-akan
orang Ahmadiyah bangga dan berjasa kepada Islam karena bisa
?mengislamkan? raja-raja di Afrika.?
Ketika hal itu dikemukakan Hartono kepada Dr Hasan Audah, kontan mantan
petinggi Ahmadiyah ini kembali tertawa dan berkata: ?Itu bohong besar. Di
Afrika, kepala-kepala dusun (desa) memang disebut raja. Jadi hanya tingkat
kepala dusun, bukan berarti raja yang sebenarnya. Nah itulah yang dijadikan
propaganda. Ahmadiyah memang penuh kebohongan dan propaganda,?
tegasnya.
Kalau disimak, keterangan Dr Hasan Audah itu bisa dicocokkan dengan
aneka ajaran Ahmadiyah, bahkan slogan-slogannya. Kebohongan memang
ada di mana-mana. Di kitab sucinya, Tadzkirah, di sertifikat kuburan surga,
bahkan di spanduk-spanduknya pun penuh kebohongan.
Satu contoh kecil, spanduk yang dipasang di berbagai tempat dalam
lingkungan Al-Mubarok, sarang Ahmadiyah di Parung Bogor Jawa Barat,
waktu kedatangan Khalifah Ahmadiyah Thahir Ahmad, Juni-Juli 2000, masa
pemerintahan Gus Dur, adalah slogan Semua Dicintai, Tiada yang Dibenci.
Tetapi itu slogan bohong. Buktinya, ketika Ahmad Haryadi mantan
propagandis Ahmadiyah bersama Hartono Ahmad Jaiz, Farid Okbah da?i Al-
Irsyad, dan Abu Yazid pemuda Persis(Persatuan Islam) dari Bekasi Jawa
Barat masuk ke sarang Ahmadiyah di Parung saat ada upacara besar-
besaran mendatangkan Khalifah Ahmadiyah IV Thahir Ahmad dari London
itu, tiba-tiba seorang tua bekas teman Haryadi membentaknya, ?Bagaimana
kamu bisa masuk ke sini?!?
Ahmad Haryadi menjawab, ?Itu kan ada spanduk, Semua Dicintai, Tiada yang
Dibenci.?
?Tidak bisa! Dicintai itu kalau kamu cinta kami. Kamu kan tidak cinta kami!?
Ujar lelaki Ahmadiyah keras-keras.
Belum berlanjut perdebatan antara mantan dan aktivis Ahmadiyah itu tahu-
tahu Ahmad Haryadi dan kawan-kawan ditangkap oleh kepala keamanan
Ahmadiyahyang membawa 25 pemuda keamanan Ahmadiyah malam itu.
Slogan Semua Dicintai, Tiada yang Dibenci itu menurut Dr Hasan Audah,
pertama kali diucapkan oleh khalifah sebelum Thahir Ahmad.
Kata-kata itu adalah perkataan yang bertentangan dengan Islam. Karena
Islam bersikap Asyidaau ?alal kuffar ruhamaau bainahum (bersikap keras
terhadap orang-orang kafir dan saling berkasih sayang sesama Muslim).
Bohong dan bertentangan dengan Islam itulah inti ajaran Ahmadiyah.
Karenanabinya, Mirza Ghulam Ahmad, adalah seorang pembohong dan
pembuat ajaran yang bertentangan dengan Islam.
Pengakuan Palsu Bertahap
Mirza Ghulam Ahmad menyampaikan beberapa pengakuan palsu secara
bertahap.
Pertama, ia mengaku sebagai mujaddid (pembaru).
Kemudian ia mengaku sebagai nabi yang tidak membawa syari?at.
Kemudian ia mengaku sebagai nabi dan rasul membawa syari?at, menerima
wahyu seperti Al-Qur?an dan menerapkannya kepada dirinya.
Setelah itu ia mengikuti cara-cara kebatinan dan zindiq (kufur) dalam
ungkapan-ungkapannya. Ia mengikuti cara-cara Baha?i dalam mengaburkan
ucapannya.
Kemudian ia mulai meniru mu?jizat penutup para nabi, Nabi Muhammad saw.
Lalu menjadikan masjidnya sebagai Masjid Al-Aqsha, dan desanya sebagai
Makkah Al-Masih.
Ia jadikan Lahore sebagai Madinah, dan menara masjidnya diberi nama
menara Al-Masih.
Ia membangun pemakaman yang diberi nama pemakaman al-jannah, semua
yang dimakamkan di sana adalah ahli syurga. (Syaikh Muhammad Yusuf Al-
Banuri, ahli Hadits di Karachi Pakistan, dalam kata pengantar buku Manzhur
Ahmad Chinioti Pakistani, Keyakinan Al-Qadiani, LPPI, 2002, hal xxii).
Cukuplah jelas apa yang ditegaskan Nabi Muhammadsaw: ?Kiamat tidak akan
tiba sebelum dibangkikannyat para Dajjal pendusta yang jumlahnya hampir
tiga puluh orang. Setiap mereka mendakwakan bahwa dirinya adalah Rasul
Allah.? (HR Al-Bukhari dan Muslim).
Ahmadiyah Mengkafirkan Muslimin
Seorang Muslim yang tidak percaya akan da?wah pengakuan Ghulam Ahmad
sebagai ?nabi? dan ?rasul?, maka orang Muslim itu dikafirkan oleh Mirza
Ghulam Ahmad dengan aneka ucapannya dan ucapan pengikutnya. Bahkan
ucapan yang dinisbatkan kepada Allah swt dalam Kitab Tadzkirah Wahyu
Muqoddas, wahyu suci yang dianggap dari Allah kepada Mirza Ghulam
Ahmad:
1.Sayaquulul ?aduwwulasta mursalan. Musuh akan berkata, kamu bukanlah
(orang yang) diutus (oleh Allah). (Tadzkirah, halaman 402). Lalu perkataan
Mirza Ghulam Ahmad:
Seseorang yang tidak beriman kepadaku, ia tidak beriman kepada Allah dan
Rasul-Nya. (Haqiqat ul-Wahyi, hal. 163).
?Sikap orang yang sampai da?wahku kepadanya tapi ia tak mau beriman
kepadaku, maka ia kafir. (S.k. al-Fazal, 15 Januari 1935).
Basyiruddin, adik Mirza Ghulam Ahmad, berkisah: ?Di Lucknow, seseorang
menemuiku dan bertanya: ?Seperti tersiar di kalangan orang ramai, betulkah
anda mengafirkan kaum Muslimin yang tidak menganut agama Ahmadiyah??
Kujawab: ?Tak syak lagi, kami memang telah mengafirkan kalian!?
Mendengar jawabanku, orang tadi terkejut dan tercengang keheranan.?
(Anwar Khilafat, h. 92).
Ucapannya lagi: ?Barangsiapa mengingkari Ghulam Ahmad sebagai ?nabi?
dan ?rasul? Allah, sesungguhnya ia telah kufur kepada nash Quran. Kami
mengafirkan kaum Muslimin karena mereka membeda-bedakan para rasul,
mempercayai sebagian dan mengingkari sebagian lainnya. Jadi, mereka itu
kuffar!? (S.k. al-Fazal, 26 Juni 1922).
Katanya lagi: ?Setiap orang yang tidak beriman kepada Ghulam Ahmad,
maka dia kafir, keluar dari agama walaupun dia Muslim, walaupun ia sama
sekali belum mendengar nama Ghulam Ahmad?. (Ainah Shadaqat, h. 35).
Dan Basyir Ahmad meningkahi ucapan abang kandungnya: ??.. Setiap orang
yang beriman kepada Muhammad tapi tidak beriman kepada Ghulam Ahmad,
dia kafir, kafir, tak diragukan lagi kekafirannya?. (Review of Religions,No.
35; Vol. XIV, h. 110).
Lebih Berbahaya dari Bandar Narkoba
Mirza Ghulan Ahmad, selain mengaku nabi, di samping bohong, ia menulis
buku dan selebaran untuk mendukung Penjajah Inggris, dan menghapus jihad
sampai sebanyak 50 lemari.
Pantaslah kalau Rabithah Alam Islami (Liga Dunia Islam) yang berpusat di
Makkah tahun 1394 H menghukumi aliran Ahmadiyah itu kafir, bukan Islam,
dan tak boleh berhaji ke Makkah. Karena memang syarat-syarat sebagai
dajjal pendusta dalam diri Mirza pendiri Ahmadiyah ini telah nyata. Tinggal
penguasa di negeri-negeri Islam menghadapinya, dengan mencontoh Abu
Bakar ra yang telah mengerahkan 10.000 tentara untuk memerangi nabi
palsu, Musailamah Al-Kadzdzab, hingga tewas.
Karena nabi palsunya, Mirza Ghulam Ahmad, telah mati dengan dihinakan
oleh Allah Swt, maka penguasa kini tinggal melarang ajarannya,
membekukan asset-asset pendukungnya, dan membubarkan aktivitasnya.
Penguasa adalah pelindung, sebagaimana berkewajiban melindungi
masyarakat dari perusakan jasmani misalnya narkoba, perusakan mental
misalnya judi, maka perusakan aqidah, penodaan, dan pemalsuan yang
dilakukan Ahmadiyah mesti dihentikan, dilarang dan diberantas tuntas.
Membiarkannya, berarti membiarkan kriminalitas meruyak di masyarakat,
bahkan bisa diartikan mendukung rusaknya masyarakat. Padahal sudah ada
contohnya, negeri jiran, Malaysia telah melarang Ahmadiyah sejak 1975.
Sedang MUI (Majelis Ulama Indonesai) pun telah memfatwakan sesatnya
Ahmadiyah sejak 1980. Forum Ukhuwah Islamiyah terdiri dari sejumlah
Ormas Islam telah mengajukan suratke kejaksaan Agung untuk dilarangnya
aliran sesat Ahmadiyah, September 1994.Permohonan yang sama juga
dilakukan oleh LPPI pada tahun 1994. Larangan Ahmadiyah oleh beberapa
Kejaksaan Negeri (Subang 1976, Selong Lombok Timur 1983, Sungai Penuh
1989, dan Tarakan 1989) serta larangan Ahmadiyah oleh Kejaksaan Tinggi
Sumatera Utara 1984. Jaksa Agung masih menunggu apa lagi? (Abu Qori)
Â
Sumber : http://www.opensubscriber.com/message/urangsunda@yahoogroups.com/1798786.html
Â
Renungan ….
Desember 15th, 2008 by pecintarasulullah ISTRI YANG KAMU NIKAHI TIDAKLAH SEMULIA KHADIJAH
TIDAKLAH SETAQWA AISYAH DAN SETABAH FATIMAH
TIDAKLAH SECANTIK TAMARA DAN SETENAR DESY RATNASARI
ISTRIMU HANYA WANITA AKHIR ZAMAN
YANG PUNYA CITA-CITA MENJADI SHALEHAH
PERNIKAHAN MENGAJARKAN KITA KEWAJIBAN BERSAMA
ISTRI MENJADI TANAH, KAMU LANGIT PENAUNGNYA
ISTRI LADANG TANAMAN, KAMU PEMAGARNYA
ISTRI BAGAIKAN LADANG/SAWAH, SUAMI YANG MENCANGKULNYA
ISTRI BAGAIKAN ANAK KECIL, KAMU TEMPAT BERMANJANYA
SEANDAINYA ISTRI TULANG YANG BENGKOK
BERHATI-HATILAH MELURUSKANNYA
SUAMI YANG MENIKAHIMU TIDAKLAH SEMULIA MUHAMMAD SAW
TIDAK SETAQWA IBRAHIM, PUN TIDAK STABAH AYUB
TIDAKLAH SEGANTENG PRIMUS DAN SEKAYA TOMMY SOEHARTO
SUAMIMU HANYALAH PRIA AKHIR ZAMAN YANG PUNYA CITA-CITA
MEMBANGUN KELUARGA SAKIINAH DAN KETURUNAN YANG SALEH
PERNIKAHAN MENGAJARKAN KITA KEWAJIBAN BERSAMA
SUAMI ADALAH NAKHODA KAPAL KAMU NAVIGATORNYA
SUAMI MENJADI RUMAH KAMU PENGHUNINYA
SUAMI SEBAGAI GURU KAMU MURIDNYA
SEANDAINYA SUAMI LUPA, BERSABARLAH MEMPERINGATINYA
PERNIKAHAN MENGINSAFKAN KITA, PERLUNYA IMAN DAN TAQWA
UNTUK MENITI MENCARI RIDHO ALLAH SWT
Sumber Website Habib Achmad AL Jufri http://achmad.info
Teganya mengatakan sholawat nariyah sesat, syirik !
Desember 15th, 2008 by pecintarasulullahBanyak sekali artikel-artikel yang ditulis oleh segolongan kaum yang mengatakan sholawat nariyah itu sesat, syirik.
Padahal sholawat ini ditujukan untuk Rasulullah, tidak ada yang lain.Â
Berikut ini jawaban Habib Munzir Al Musawwa mengenai sholawat nariyah
Alaikumsalam warahmatullah wabarakatuh,
Rahmat dan Cahaya keridhoan Nya swt semoga selalu mengiringi hari hari anda,
saudaraku yg kumuliakan,
mengenai shalawat nariyah, tidak ada dari isinya yg bertentangan dg syariah, makna kalimat : yang dengan beliau terurai segala ikatan, hilang segala kesedihan, dipenuhi segala kebutuhan, dicapai segala keinginan dan kesudahan yang baik, sertaâ, adalah kiasan, bahwa beliau saw pembawa Alqurâan, pembawa hidayah, pembawa risalah, yg dg itu semualah terurai segala ikatan dosa dan sihir, hilang segala kesedihan yaitu dengan sakinah, khusyu dan selamat dari siksa neraka, dipenuhi segala kebutuhan oleh Allah swt, dicapai segala keinginan dan kesudahan yang baik yaitu husnul khatimah dan sorga,
ini adalah kiasan saja dari sastra balaghah arab dari cinta, sebagaimana pujian Abbas bin Abdulmuttalib ra kepada Nabi saw dihadapan beliau saw : â⦠dan engkau (wahai nabi saw) saat hari kelahiranmu maka terbitlah cahaya dibumi hingga terang benderang, dan langit bercahaya dengan cahayamu, dan kami kini dalam naungan cahaya itu dan dalam tuntunan kemuliaan (Al Qurâan) kami terus mendalaminyaâ (Mustadrak âala shahihain hadits no.5417), tentunya bumi dan langit tidak bercahaya terang yg terlihat mata, namun kiasan tentang kebangkitan risalah.
Sebagaimana ucapan Abu Hurairah ra : âWahai Rasulullah, bila kami dihadapanmu maka jiwa kami khusyuâ (shahih Ibn Hibban hadits no.7387), âWahai Rasulullah, bila kami melihat wajahmu maka jiwa kami khusyuâ (Musnad Ahmad hadits no.8030)
semua orang yg mengerti bahasa arab memahami ini, Cuma kalau mereka tak faham bahasa maka langsung memvonis musyrik, tentunya dari dangkalnya pemahaman atas tauhid,
mengenai kalimat diminta hujan dengan wajahnya yang mulia, adalah cermin dari bertawassul pada beliau saw para sahabat sebagaimana riwayat shahih Bukhari.
mengenai anda ingin membacanya 11X, atau berapa kali demi tercapainya hajat, maka tak ada dalil yg melarangnya,
demikian saudaraku yg kumuliakan, semoga dalam kebahagiaan selalu,
wallahu a’lam
Hukum Maulid Nabi Menurut Habib Munzir Al Musawwa
Desember 15th, 2008 by pecintarasulullahArtikel dibawah ini sengaja saya tampilkan karena saya sendiri sangat geram ketika ada yang mengatakan haram mengadakan maulid Rasulullah.
Saya sendiri secara pribadi tidak masalah jika suatu saat masuk neraka hanya karena memuliakan orang yang saya cintai , yang saya sebut namanya sehari ribuan kali, orang yang jadi penolong saya, orang yang saya cintai walau belum pernah bertemu….
 Berikut ini jawaban dari Habib Munzir Al Musawwa perihal maulid…
Alaikumsalam warahmatullah wabarakatuh,
Keridhoan dan kelembutan Nya semoga selalu membuka jalan kemudahan pada hari hari anda,
Saudaraku yg kumuliakan,
mengenai hukum maulid telah saya jawab dengan gamblang, dan saya juga telah menjawab banyak masalah masalah bid;ah, tawassul, tahlil dll pada buku karangan saya : “Kenalilah Aqidahmu” yg bisa dipesan di web ini melalui sekertariat kami,
mengenai maulid berikut saya lampirkan artikel saya yg di buku tsb :
PERINGATAN MAULID NABI SAW
ketika kita membaca kalimat diatas maka didalam hati kita sudah tersirat bahwa kalimat ini akan langsung membuat alergi bagi sebagian kelompok muslimin, saya akan meringkas penjelasannya secara âAqlan wa syarâan, (logika dan syariah).
Sifat manusia cenderung merayakan sesuatu yg membuat mereka gembira, apakah keberhasilan, kemenangan, kekayaan atau lainnya, mereka merayakannya dengan pesta, mabuk mabukan, berjoget bersama, wayang, lenong atau bentuk pelampiasan kegembiraan lainnya, demikian adat istiadat diseluruh dunia.
Sampai disini saya jelaskan dulu bagaimana kegembiraan atas kelahiran Rasul saw.
Allah merayakan hari kelahiran para Nabi Nya
⢠Firman Allah : â(Isa berkata dari dalam perut ibunya) Salam sejahtera atasku, di hari kelahiranku, dan hari aku wafat, dan hari aku dibangkitkanâ (QS Maryam 33)
⢠Firman Allah : âSalam Sejahtera dari kami (untuk Yahya as) dihari kelahirannya, dan hari wafatnya dan hari ia dibangkitkanâ (QS Maryam 15)
⢠Rasul saw lahir dengan keadaan sudah dikhitan (Almustadrak ala shahihain hadits no.4177)
⢠Berkata Utsman bin Abil Ash Asstaqafiy dari ibunya yg menjadi pembantunya Aminah ra bunda Nabi saw, ketika Bunda Nabi saw mulai saat saat melahirkan, ia (ibu utsman) melihat bintang bintang mendekat hingga ia takut berjatuhan diatas kepalanya, lalu ia melihat cahaya terang benderang keluar dari Bunda Nabi saw hingga membuat terang benderangnya kamar dan rumah (Fathul Bari Almasyhur juz 6 hal 583)
⢠Ketika Rasul saw lahir kemuka bumi beliau langsung bersujud (Sirah Ibn Hisyam)
⢠Riwayat shahih oleh Ibn Hibban dan Hakim bahwa Ibunda Nabi saw saat melahirkan Nabi saw melihat cahaya yg terang benderang hingga pandangannya menembus dan melihat Istana Istana Romawi (Fathul Bari Almasyhur juz 6 hal 583)
⢠Malam kelahiran Rasul saw itu runtuh singgasana Kaisar Kisra, dan runtuh pula 14 buah jendela besar di Istana Kisra, dan Padamnya Api di Kekaisaran Persia yg 1000 tahun tak pernah padam. (Fathul Bari Almasyhur juz 6 hal 583)
Kenapa kejadian kejadian ini dimunculkan oleh Allah swt?, kejadian kejadian besar ini muncul menandakan kelahiran Nabi saw, dan Allah swt telah merayakan kelahiran Muhammad Rasulullah saw di Alam ini, sebagaimana Dia swt telah pula membuat salam sejahtera pada kelahiran Nabi nabi sebelumnya.
Rasulullah saw memuliakan hari kelahiran beliau saw
Ketika beliau saw ditanya mengenai puasa di hari senin, beliau saw menjawab : âItu adalah hari kelahiranku, dan hari aku dibangkitkanâ (Shahih Muslim hadits no.1162). dari hadits ini sebagian saudara2 kita mengatakan boleh merayakan maulid Nabi saw asal dg puasa.
Rasul saw jelas jelas memberi pemahaman bahwa hari senin itu berbeda dihadapan beliau saw daripada hari lainnya, dan hari senin itu adalah hari kelahiran beliau saw. Karena beliau saw tak menjawab misalnya : âoh puasa hari senin itu mulia dan boleh boleh saja..â, namun beliau bersabda : âitu adalah hari kelahirankuâ, menunjukkan bagi beliau saw hari kelahiran beliau saw ada nilai tambah dari hari hari lainnya, contoh mudah misalnya zeyd bertanya pada amir : âbagaimana kalau kita berangkat umroh pada 1 Januari?â, maka amir menjawab : âoh itu hari kelahiran sayaâ. Nah.. bukankah jelas jelas bahwa zeyd memahami bahwa 1 januari adalah hari yg berbeda dari hari hari lainnya bagi amir?, dan amir menyatakan dengan jelas bahwa 1 januari itu adalah hari kelahirannya, dan berarti amir ini termasuk orang yg perhatian pada hari kelahirannya, kalau amir tak acuh dg hari kelahirannya maka pastilah ia tak perlu menyebut nyebut bahwa 1 januari adalah hari kelahirannya,
dan Nabi saw tak memerintahkan puasa hari senin untuk merayakan kelahirannya, pertanyaan sahabat ini berbeda maksud dengan jawaban beliau saw yg lebih luas dari sekedar pertanyaannya, sebagaimana contoh diatas, Amir tak mmerintahkan umroh pada 1 januari karena itu adalah hari kelahirannya, maka mereka yg berpendapat bahwa boleh merayakan maulid hanya dg puasa saja maka tentunya dari dangkalnya pemahaman terhadap ilmu bahasa.
Orang itu bertanya tentang puasa senin, maksudnya boleh atau tidak?, Rasul saw menjawab : hari itu hari kelahiranku, menunjukkan hari kelahiran beliau saw ada nilai tambah pada pribadi beliau saw, sekaligus diperbolehkannya puasa dihari itu.
Maka jelaslah sudah bahwa Nabi saw termasuk yg perhatian pada hari kelahiran beliau saw, karena memang merupakan bermulanya sejarah bangkitnya islam.
Sahabat memuliakan hari kelahiran Nabi saw
Berkata Abbas bin Abdulmuttalib ra : âIzinkan aku memujimu wahai Rasulullah..â maka Rasul saw menjawab: âsilahkan..,maka Allah akan membuat bibirmu terjagaâ, maka Abbas ra memuji dg syair yg panjang, diantaranya : â⦠dan engkau (wahai nabi saw) saat hari kelahiranmu maka terbitlah cahaya dibumi hingga terang benderang, dan langit bercahaya dengan cahayamu, dan kami kini dalam naungan cahaya itu dan dalam tuntunan kemuliaan (Al Qurâan) kami terus mendalaminyaâ (Mustadrak âala shahihain hadits no.5417)
Kasih sayang Allah atas kafir yg gembira atas kelahiran Nabi saw
Diriwayatkan bahwa Abbas bin Abdulmuttalib melihat Abu Lahab dalam mimpinya, dan Abbas bertanya padanya : âbagaimana keadaanmu?â, abu lahab menjawab : âdi neraka, Cuma diringankan siksaku setiap senin karena aku membebaskan budakku Tsuwaibah karena gembiraku atas kelahiran Rasul sawâ (Shahih Bukhari hadits no.4813, Sunan Imam Baihaqi Alkubra hadits no.13701, syiâbul iman no.281, fathul baari Almasyhur juz 11 hal 431). Walaupun kafir terjahat ini dibantai di alam barzakh, namun tentunya Allah berhak menambah siksanya atau menguranginya menurut kehendak Allah swt, maka Allah menguranginya setiap hari senin karena telah gembira dg kelahiran Rasul saw dengan membebaskan budaknya.
Walaupun mimpi tak dapat dijadikan hujjah untuk memecahkan hukum syariah, namun mimpi dapat dijadikan hujjah sebagai manakib, sejarah dan lainnya, misalnya mimpi orang kafir atas kebangkitan Nabi saw, maka tentunya hal itu dijadikan hujjah atas kebangkitan Nabi saw maka Imam imam diatas yg meriwayatkan hal itu tentunya menjadi hujjah bagi kita bahwa hal itu benar adanya, karena diakui oleh imam imam dan mereka tak mengingkarinya.
Rasulullah saw memperbolehkan Syair pujian di masjid
Hassan bin Tsabit ra membaca syair di Masjid Nabawiy yg lalu ditegur oleh Umar ra, lalu Hassan berkata : âaku sudah baca syair nasyidah disini dihadapan orang yg lebih mulia dari engkau wahai Umar (yaitu Nabi saw), lalu Hassan berpaling pada Abu Hurairah ra dan berkata : âbukankah kau dengar Rasul saw menjawab syairku dg doa : wahai Allah bantulah ia dengan ruhulqudus?, maka Abu Hurairah ra berkata : âbetulâ (shahih Bukhari hadits no.3040, Shahih Muslim hadits no.2485)
Ini menunjukkan bahwa pembacaan Syair di masjid tidak semuanya haram, sebagaimana beberapa hadits shahih yg menjelaskan larangan syair di masjid, namun jelaslah bahwa yg dilarang adalah syair syair yg membawa pada Ghaflah, pada keduniawian, namun syair syair yg memuji Allah dan Rasul Nya maka hal itu diperbolehkan oleh Rasul saw bahkan dipuji dan didoakan oleh beliau saw sebagaimana riwayat diatas, dan masih banyak riwayat lain sebagaimana dijelaskan bahwa Rasul saw mendirikan mimbar khusus untuk hassan bin tsabit di masjid agar ia berdiri untuk melantunkan syair syairnya (Mustadrak ala shahihain hadits no.6058, sunan Attirmidzi hadits no.2846) oleh Aisyah ra bahwa ketika ada beberapa sahabat yg mengecam Hassan bin Tsabit ra maka Aisyah ra berkata : âJangan kalian caci hassan, sungguh ia itu selalu membanggakan Rasulullah sawâ(Musnad Abu Yaâla Juz 8 hal 337).
Pendapat Para Imam dan Muhaddits atas perayaan Maulid
sebelumnya perlu saya jelaskan bahwa yg dimaksud Al Hafidh adalah mereka yg telah hafal lebih dari 100.000 hadits dengan sanad dan hukum matannya, dan yg disebut Hujjatul Islam adalah yg telah hafal 300.000 hadits dengan sanad dan hukum matannya.
1. Berkata Imam Al Hafidh Ibn Hajar Al Asqalaniy rahimahullah :
Telah jelas dan kuat riwayat yg sampai padaku dari shahihain bahwa Nabi saw datang ke Madinah dan bertemu dengan Yahudi yg berpuasa hari asyura (10 Muharram), maka Rasul saw bertanya maka mereka berkata : âhari ini hari ditenggelamkannya Firâaun dan Allah menyelamatkan Musa, maka kami berpuasa sebagai tanda syukur pada Allah swt, maka bersabda Rasul saw : âkita lebih berhak atas Musa as dari kalianâ, maka diambillah darinya perbuatan bersyukur atas anugerah yg diberikan pada suatu hari tertentu setiap tahunnya, dan syukur kepada Allah bisa didapatkan dg pelbagai cara, seperti sujud syukur, puasa, shadaqah, membaca Alqurâan, maka nikmat apalagi yg melebihi kebangkitan Nabi ini?, telah berfirman Allah swt âSUNGGUH ALLAH TELAH MEMBERIKAN ANUGERAH PADA ORANG ORANG MUKMININ KETIKA DIBANGKITKANNYA RASUL DARI MEREKAâ (QS Al Imran 164)
2. Pendapat Imam Al Hafidh Jalaluddin Assuyuthi rahimahullah :
Telah jelas padaku bahwa telah muncul riwayat Baihaqi bahwa Rasul saw ber akikah untuk dirinya setelah beliau saw menjadi Nabi (Ahaditsulmukhtarah hadis no.1832 dg sanad shahih dan Sunan Imam Baihaqi Alkubra Juz 9 hal.300), dan telah diriwayatkan bahwa telah ber Akikah untuknya kakeknya Abdulmuttalib saat usia beliau saw 7 tahun, dan akikah tak mungkin diperbuat dua kali, maka jelaslah bahwa akikah beliau saw yg kedua atas dirinya adalah sebagai tanda syukur beliau saw kepada Allah swt yg telah membangkitkan beliau saw sebagai Rahmatan lilâaalamiin dan membawa Syariah utk ummatnya, maka sebaiknya bagi kita juga untuk menunjukkan tasyakkuran dengan Maulid beliau saw dengan mengumpulkan teman teman dan saudara saudara, menjamu dg makanan makanan dan yg serupa itu untuk mendekatkan diri kepada Allah dan kebahagiaan. bahkan Imam Assuyuthiy mengarang sebuah buku khusus mengenai perayaan maulid dengan nama : âHusnulmaqshad fii âamalilmaulidâ.
3. Pendapat Imam Al hafidh Abu Syaamah rahimahullah (Guru imam Nawawi) :
Merupakan Bidâah hasanah yg mulia dizaman kita ini adalah perbuatan yg diperbuat setiap tahunnya di hari kelahiran Rasul saw dengan banyak bersedekah, dan kegembiraan, menjamu para fuqara, seraya menjadikan hal itu memuliakan Rasul saw dan membangkitkan rasa cinta pada beliau saw, dan bersyukur kepada Allah dg kelahiran Nabi saw.
4. Pendapat Imamul Qurraâ Alhafidh Syamsuddin Aljazriy rahimahullah dalam kitabnya âUrif bittaârif Maulidissyariif :
Telah diriwayatkan Abu Lahab diperlihatkan dalam mimpi dan ditanya apa keadaanmu?, ia menjawab : âdi neraka, tapi aku mendapat keringanan setiap malam senin, itu semua sebab aku membebaskan budakku Tsuwaibah demi kegembiraanku atas kelahiran Nabi (saw) dan karena Tsuwaibah menyusuinya (saw)â (shahih Bukhari). maka apabila Abu Lahab Kafir yg Alqurâan turun mengatakannya di neraka mendapat keringanan sebab ia gembira dengan kelahiran Nabi saw, maka bagaimana dg muslim ummat Muhammad saw yg gembira atas kelahiran Nabi saw?, maka demi usiaku, sungguh balasan dari Tuhan Yang Maha Pemurah sungguh sungguh ia akan dimasukkan ke sorga kenikmatan Nya dengan sebab anugerah Nya.
5. Pendapat Imam Al Hafidh Syamsuddin bin Nashiruddin Addimasyqiy dalam kitabnya Mauridusshaadiy fii maulidil Haadiy :
Serupa dg ucapan Imamul Qurraâ Alhafidh Syamsuddin Aljuzri, yaitu menukil hadits Abu Lahab
6. Pendapat Imam Al Hafidh Assakhawiy dalam kitab Sirah Al Halabiyah
berkata âtidak dilaksanakan maulid oleh salaf hingga abad ke tiga, tapi dilaksanakan setelahnya, dan tetap melaksanakannya umat islam di seluruh pelosok dunia dan bersedekah pd malamnya dg berbagai macam sedekah dan memperhatikan pembacaan maulid, dan berlimpah terhadap mereka keberkahan yg sangat besarâ.
7. Imam Al hafidh Ibn Abidin rahimahullah
dalam syarahnya maulid ibn hajar berkata : âketahuilah salah satu bidâah hasanah adalah pelaksanaan maulid di bulan kelahiran nabi sawâ
8. Imam Al Hafidh Ibnul Jauzi rahimahullah
dengan karangan maulidnya yg terkenal âal aruusâ juga beliau berkata tentang pembacaan maulid, âSesungguhnya membawa keselamatan tahun itu, dan berita gembira dg tercapai semua maksud dan keinginan bagi siapa yg membacanya serta merayakannyaâ.
9. Imam Al Hafidh Al Qasthalaniy rahimahullah
dalam kitabnya Al Mawahibulladunniyyah juz 1 hal 148 cetakan al maktab al islami berkata: âMaka Allah akan menurukan rahmat Nya kpd orang yg menjadikan hari kelahiran Nabi saw sebagai hari besarâ.
10. Imam Al hafidh Al Muhaddis Abulkhattab Umar bin Ali bin Muhammad yg terkenal dg Ibn Dihyah alkalbi
dg karangan maulidnya yg bernama âAttanwir fi maulid basyir an nadzirâ
11. Imam Al Hafidh Al Muhaddits Syamsuddin Muhammad bin Abdullah Aljuzri
dg maulidnya âurfu at taârif bi maulid assyarifâ
12. Imam al Hafidh Ibn Katsir
yg karangan kitab maulidnya dikenal dg nama : âmaulid ibn katsirâ
13. Imam Al Hafidh Al âIraqy
dg maulidnya âmaurid al hana fi maulid assanaâ
14. Imam Al Hafidh Nasruddin Addimasyqiy
telah mengarang beberapa maulid : Jaamiâ al astar fi maulid nabi al mukhtar 3 jilid, Al lafad arraâiq fi maulid khair al khalaiq, Maurud asshadi fi maulid al hadi.
15. Imam assyakhawiy
dg maulidnya al fajr al ulwi fi maulid an nabawi
16. Al allamah al faqih Ali zainal Abidin As syamhudi
dg maulidnya al mawarid al haniah fi maulid khairil bariyyah
17. Al Imam Hafidz Wajihuddin Abdurrahman bin Ali bin Muhammad As syaibaniy yg terkenal dg ibn dibaâ
dg maulidnya addibaâi
18. Imam ibn hajar al haitsami
dg maulidnya itmam anniâmah alal alam bi maulid syayidi waladu adam
19. Imam Ibrahim Baajuri
mengarang hasiah atas maulid ibn hajar dg nama tuhfa al basyar ala maulid ibn hajar
20. Al Allamah Ali Al Qariâ
dg maulidnya maurud arrowi fi maulid nabawi
21. Al Allamah al Muhaddits Jaâfar bin Hasan Al barzanji
dg maulidnya yg terkenal maulid barzanji
23. Al Imam Al Muhaddis Muhammad bin Jakfar al Kattani
dg maulid Al yaman wal isâad bi maulid khair al ibad
24. Al Allamah Syeikh Yusuf bin ismail An Nabhaniy
dg maulid jawahir an nadmu al badiâ fi maulid as syafiâ
25. Imam Ibrahim Assyaibaniy
dg maulid al maulid mustofa adnaani
26. Imam Abdulghaniy Annanablisiy
dg maulid Al Alam Al Ahmadi fi maulid muhammadiâ
27. Syihabuddin Al Halwani
dg maulid fath al latif fi syarah maulid assyarif
28. Imam Ahmad bin Muhammad Addimyati
dg maulid Al Kaukab al azhar alal âiqdu al jauhar fi maulid nadi al azhar
29. Asyeikh Ali Attanthowiy
dg maulid nur as shofaâ fi maulid al mustofa
30. As syeikh Muhammad Al maghribi
dg maulid at tajaliat al khifiah fi maulid khoir al bariah.
Tiada satupun para Muhadditsin dan para Imam yg menentang dan melarang hal ini, mengenai beberapa pernyataan pada Imam dan Muhadditsin yg menentang maulid sebagaimana disampaikan oleh kalangan anti maulid, maka mereka ternyata hanya menggunting dan memotong ucapan para Imam itu, dengan kelicikan yg jelas jelas meniru kelicikan para misionaris dalam menghancurkan Islam.
Berdiri saat Mahal Qiyam dalam pembacaan Maulid
Mengenai berdiri saat maulid ini, merupakan Qiyas dari kerinduan pada Rasul saw, dan menunjukkan semangat atas kedatangan sang pembawa risalah pada kehidupan kita, hal ini lumrah saja, sebagaimana penghormatan yg dianjurkan oleh Rasul saw adalah berdiri, sebagaimana diriwayatkan ketika saâad bin Muâadz ra datang maka Rasul saw berkata kepada kaum anshar : âBerdirilah untuk tuan kalianâ (shahih Bukhari hadits no.2878, Shahih Muslim hadits no.1768), demikian pula berdirinya Thalhah ra untuk Kaâb bin Malik ra.
Memang mengenai berdiri penghormatan ini ada ikhtilaf ulama, sebagaimana yg dijelaskan bahwa berkata Imam Alkhattabiy bahwa berdirinya bawahan untuk majikannya, juga berdirinya murid untuk kedatangan gurunya, dan berdiri untuk kedatangan Imam yg adil dan yg semacamnya merupakan hal yg baik, dan berkata Imam Bukhari bahwa yg dilarang adalah berdiri untuk pemimpin yg duduk, dan Imam Nawawi yg berpendapat bila berdiri untuk penghargaan maka taka apa, sebagaimana Nabi saw berdiri untuk kedatangan putrinya Fathimah ra saat ia datang, namun adapula pendapat lain yg melarang berdiri untuk penghormatan.(Rujuk Fathul Baari Almasyhur Juz 11 dan Syarh Imam Nawawi ala shahih muslim juz 12 hal 93)
Namun sehebat apapun pendapat para Imam yg melarang berdiri untuk menghormati orang lain, bisa dipastikan mereka akan berdiri bila Rasulullah saw datang pada mereka, mustahil seorang muslim beriman bila sedang duduk lalu tiba tiba Rasulullah saw datang padanya dan ia tetap duduk dg santai..
Namun dari semua pendapat itu, tentulah berdiri saat mahal qiyam dalam membaca maulid itu tak ada hubungan apa apa dengan semua perselisihan itu, karena Rasul saw tidak dhohir dalam pembacaan maulid itu, lepas dari anggapan ruh Rasul saw hadir saat pembacaan maulid, itu bukan pembahasan kita, masalah seperti itu adalah masalah ghaib yg tak bisa disyarahkan dengan hukum dhohir,
semua ucapan diatas adalah perbedaan pendapat mengenai berdiri penghormatan yg Rasul saw pernah melarang agar sahabat tak berdiri untuk memuliakan beliau saw.
Jauh berbeda bila kita yg berdiri penghormatan mengingat jasa beliau saw, tak terikat dengan beliau hadir atau tidak, bahwa berdiri kita adalah bentuk kerinduan kita pada nabi saw, sebagaimana kita bersalam pada Nabi saw setiap kita shalat pun kita tak melihat beliau saw.
Diriwayatkan bahwa Imam Al hafidh Taqiyuddin Assubkiy rahimahullah, seorang Imam Besar dan terkemuka dizamannya bahwa ia berkumpul bersama para Muhaddits dan Imam Imam besar dizamannya dalam perkumpulan yg padanya dibacakan puji pujian untuk nabi saw, lalu diantara syair syair itu merekapun seraya berdiri termasuk Imam Assubkiy dan seluruh Imam imam yg hadir bersamanya, dan didapatkan kesejukan yg luhur dan cukuplah perbuatan mereka itu sebagai panutan,
dan berkata Imam Ibn Hajar Alhaitsamiy rahimahullah bahwa Bidâah hasanah sudah menjadi kesepakatan para imam bahwa itu merupakan hal yg sunnah, (berlandaskan hadist shahih muslim no.1017 yg terncantum pd Bab Bidâah) yaitu bila dilakukan mendapat pahala dan bila ditinggalkan tidak mendapat dosa, dan mengadakan maulid itu adalah salah satu Bidâah hasanah,
Dan berkata pula Imam Assakhawiy rahimahullah bahwa mulai abad ketiga hijriyah mulailah hal ini dirayakan dengan banyak sedekah dan perayaan agung ini diseluruh dunia dan membawa keberkahan bagi mereka yg mengadakannya. (Sirah Al Halabiyah Juz 1 hal 137)
Pada hakekatnya, perayaan maulid ini bertujuan mengumpulkan muslimin untuk Medan Tablig dan bersilaturahmi sekaligus mendengarkan ceramah islami yg diselingi bershalawat dan salam pada Rasul saw, dan puji pujian pada Allah dan Rasul saw yg sudah diperbolehkan oleh Rasul saw, dan untuk mengembalikan kecintaan mereka pada Rasul saw, maka semua maksud ini tujuannya adalah kebangkitan risalah pada ummat yg dalam ghaflah, maka Imam dan Fuqaha manapun tak akan ada yg mengingkarinya karena jelas jelas merupakan salah satu cara membangkitkan keimanan muslimin, hal semacam ini tak pantas dimungkiri oleh setiap muslimin aqlan wa syarâan (secara logika dan hukum syariah), karena hal ini merupakan hal yg mustahab (yg dicintai), sebagaiman kaidah syariah bahwa âMaa Yatimmul waajib illa bihi fahuwa wajibâ, semua yg menjadi penyebab kewajiban dengannya maka hukumnya wajib.
contohnya saja bila sebagaimana kita ketahui bahwa menutup aurat dalam shalat hukumnya wajib, dan membeli baju hukumnya mubah, namun suatu waktu saat kita akan melakukan shalat kebetulan kita tak punya baju penutup aurat kecuali harus membeli dulu, maka membeli baju hukumnya berubah menjadi wajib, karena perlu dipakai untuk melaksanakan shalat yg wajib .
contoh lain misalnya sunnah menggunakan siwak, dan membuat kantong baju hukumnya mubah saja, lalu saat akan bepergian kita akan membawa siwak dan baju kita tak berkantong, maka perlulah bagi kita membuat kantong baju untuk menaruh siwak, maka membuat kantong baju di pakaian kita menjadi sunnah hukumnya, karena diperlukan untuk menaruh siwak yg hukumnya sunnah.
Maka perayaan Maulid Nabi saw diadakan untuk Medan Tablig dan Dakwah, dan dakwah merupakan hal yg wajib pada suatu kaum bila dalam kemungkaran, dan ummat sudah tak perduli dg Nabinya saw, tak pula perduli apalagi mencintai sang Nabi saw dan rindu pada sunnah beliau saw, dan untuk mencapai tablig ini adalah dengan perayaan Maulid Nabi saw, maka perayaan maulid ini menjadi wajib, karena menjadi perantara Tablig dan Dakwah serta pengenalan sejarah sang Nabi saw serta silaturahmi.
Sebagaimana penulisan Alqurâan yg merupakan hal yg tak perlu dizaman nabi saw, namun menjadi sunnah hukumnya di masa para sahabat karena sahabat mulai banyak yg membutuhkan penjelasan Alqurâan, dan menjadi wajib hukumnya setelah banyaknya para sahabat yg wafat, karena ditakutkan sirnanya Alqurâan dari ummat, walaupun Allah telah menjelaskan bahwa Alqurâan telah dijaga oleh Allah.
Hal semacam in telah difahami dan dijelaskan oleh para khulafaâurrasyidin, sahabat radhiyallahuâanhum, Imam dan Muhadditsin, para ulama, fuqaha dan bahkan orang muslimin yg awam, namun hanya sebagian saudara saudara kita muslimin yg masih bersikeras untuk menentangnya, semoga Allah memberi mereka keluasan hati dan kejernihan, amiin.
Walillahittaufiq
mengenai kejelasan hukum Bid’ah dll telah saya jelaskan dg rinci pada buku saya : “Kenalilah Akidahmu”.
Demikian saudaraku yg kumuliakan, semoga dalam kebahagiaan selalu, semoga sukses dg segala cita cita,
Wallahu a’lam
Profil Ustad Ahmad Al Habsyi
Desember 15th, 2008 by pecintarasulullahAssalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh
Sekolah:
Pondok Pesantren Ar Riyadh Palembang
Pekerjaan:
Hamba Allah, Pendakwah, Mubaligh
Pengajar:
Pengajian Palembang Darussalam
Hobby:
Mengaji, membaca buku-buku Agama Islam
Buku Favorit:
Al QUran dan Hadist
Film Favorit:
Film yang tidak mengandung pornografi ataupun sara
Musik Favorit:
Lagu Arabic, Sholawat, Nasyid
TV Favorit:
Terima Kasih TUHAN (SCTV), Cerita Sore (TRANSTV), Kisahku (Lativi)
=============================================== ==================Â
Habib Ahmad Al Habsyi lahir dari 5 bersaudara.
Abi nya bernama Ustadz Abu Bakar Al Habsyi, beliau juga seorang Ustadz di kota kelahirannya di kota Palembang. Awal kiprah dakwah Ustadz Ahmad Al Habsyi sejak tahun 2003 ketika beliau duduk di kelas 3 SMP.
Dan pada tahun 1995 beliau mulai berdakwah keliling Malaysia serta Singapura, Beliau pun dikenal sebagai Mubaligh Cilik. Sepuluh tahun kemudian tepatnya bulan Suci Ramadhan tahun 2005, stasiun televisi SCTV mengundang Beliau untuk berduet ceramah dengan Ustadz Jefri Al Buchori.
Itulah start awal Beliau berdakwah di stasiun televisi, kemudian beberapa televisi swasta menawarkan kontrak untuk mengisi acara bulan Suci Ramadhan dan sentuhan rohani Agama Islam.
 Lewat penampilannya yang low profile dan isi ceramahnya yang mudah di cerna tersebut melahirkan pecinta-pecinta dakwahnya yang kini sudah menyebar diseluruh penjuru Indonesia.
Jamaahnya berasal dari berbagai kalangan, mulai dari anak kecil hingga orang dewasa, dari kalangan Santri sampai Selebriti. Kini Beliau tidak lagi sendiri, Habib Ahmad Al Habsyi telah menikahi seorang wanita cantik bernama Putri Aisyah Aminah pada Agustus 2006.
Bagi seluruh umat pecinta ALLAH SWT dan pecinta RASULLAH SAW, jamaah Habib Ahmad Al Habsyi yang di Rahmati ALLAH SWT semoga situs ini bisa menjadi wadah silahturahmi dan diskusi Agama dengan Habib Ahmad Al Habsyi dan jamaahnya, Insya Allah.
Serta diharapkan kritik dan sarannya dari para seluruh Jamaah Indonesia untuk Habib.
Syukron Katsiron Barokallohufik Wa Baroka A’la AhlikÂ
No comments:
Post a Comment