Efek

Sunday, June 14, 2009

Ahlus Sunnah Wal Jama'ah

Ahlus Sunnah Wal Jama'ah



Muhammad bin Abdullah Al-Wuhaibi As-Sunnah dalam istilah mempunyai beberapa makna (lihat : Mawaqif Ibnu Taimiyah Minal Asy'ariyah I : 3804 oleh Syaikh Abdur-Rahman Al-Mahmud dan Mafhum Ahlis Sunnah Wal Jama'ah Inda Ahlis Sunnah Wal Jama'ah oleh Syaikh Nasyir Al-Aql). Dalam tulisan ringkas ini tidak hendak dibahas makna-makna itu. Tetapi hendak menjelaskan istilah "As-Sunnah" atau "Ahlus Sunnah" menurut petunjuk yang sesuai dengan i'tiqad Al-Imam Ibnu Rajab rahimahullah mengatakan : "..... Dari Abu Sufyan Ats-Tsauri ia berkata : "Berbuat baiklah terhadap ahlus-sunnah karena mereka itu ghuraba" (Diriwayatkan oleh Al-Lalika'i dalam "Syarhus-Sunnah" No. 49) Yang dimaksud "As-Sunnah" menurut para Imam yaitu : "Thariqah (jalan hidup) Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam dimana beliau shallallahu 'alaihi wa sallam dan para shahabat berada di atasnya. Yang selamat dari syubhat dan syahwat", oleh karena itu Al-Fudhail bin Iyadh mengatakan : "Ahlus Sunnah itu orang yang mengetahui apa yang masuk ke dalam perutnya dari (makanan) yang halal". ( lihat : Al-Lalika'i Syarhus Sunnah No. 51 dan Abu Nu'aim dalam Al-Hilyah 8:1034). Karena tanpa memakan yang haram termasuk salah satu perkara sunnah yang besar yang pernah dilakukan oleh Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam dan para shahabat radhiyallahu 'anhum. Kemudian dalam pemahaman kebanyakan Ulama Muta'akhirin dari kalangan Ahli Hadits dan lainnya. As-Sunnah itu ungkapan tentang apa yang selamat dari syubhat-syubhat dalam i'tiqad khususnya dalam masalah-masalah iman kepada Allah, para Malaikat-Nya, Kitab-kitab-Nya, para Rasul-Nya, Hari Akhir, begitu juga dalam masalah-masalah Qadar dan Fadhailush-Shahabah (keutamaan shahabat). Para Ulama itu menyusun beberapa kitab dalam masalah ini dan mereka menamakan karya-karya mereka itu sebagai "As-Sunnah". Menamakan masalah ini dengan "As-Sunnah" karena pentingnya masalah ini dan orang yang menyalahi dalam hal ini berada di tepi kehancuran. Adapun Sunnah yang sempurna adalah thariqah yang selamat dari syubhat dan syahwat. (Kasyful Karriyyah 19-20). Ahlus Sunnah adalah mereka yang mengikuti sunnah Nabi shallallahu 'alahi wa sallam dan sunnah shahabatnya radhiyallahu 'anhum. Al-Imam Ibnul Jauzi mengatakan : "..... Tidak diragukan bahwa Ahli Naqli dan Atsar pengikut atsar Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam dan atsar para shahabatnya, mereka itu Ahlus Sunnah". (Talbisul Iblis oleh Ibnul Jauzi hal.16 dan lihat Al-Fashlu oleh Ibnu Hazm 2:107). Kata "Ahlus-Sunnah" mempunyai dua makna : Mengikuti sunnah-sunnah dan atsar-atsar yang datangnya dari Rasulullah shallallu 'alaihi wa sallam dan para shahabat radhiyallahu 'anhum, menekuninya, memisahkan yang shahih dari yang cacat dan melaksanakan apa yang diwajibkan dari perkataan dan perbuatan dalam masalah aqidah dan ahkam. Lebih khusus dari makna pertama, yaitu yang dijelaskan oleh sebagian ulama dimana mereka menamakan kitab mereka dengan nama As-Sunnah, seperti Abu Ashim, Al-Imam Ahmad bin Hanbal, Al-Imam Abdullah bin Ahmad bin Hanbal, Al-Khalal dan lain-lain. Mereka maksudkan (As-Sunnah) itu i'tiqad shahih yang ditetapkan dengan nash dan ijma'. Kedua makna itu menjelaskan kepada kita bahwa madzhab Ahlus Sunnah itu kelanjutan dari apa yang pernah dilakukan Rasulullah shallallahu 'alaih wa sallam dan para shahabat radhiyallahu 'anhum. Adapun penamaan Ahlus Sunnah adalah sesudah terjadinya fitnah ketika awal munculnya firqah-firqah. Ibnu Sirin rahimahullah mengatakan : "Mereka (pada mulanya) tidak pernah menanyakan tentang sanad. Ketika terjadi fitnah (para ulama) mengatakan : Tunjukkan (nama-nama) perawimu kepada kami. Kemudian ia melihat kepada Ahlus Sunnah sehingga hadits mereka diambil. Dan melihat kepada Ahlul Bi'dah dan hadits mereka tidak diambil". (Diriwayatkan oleh Muslim dalam Muqaddimah kitab shahihnya hal.15). Al-Imam Malik rahimahullah pernah ditanya : "Siapakah Ahlus Sunnah itu ? Ia menjawab : Ahlus Sunnah itu mereka yang tidak mempunyai laqab (julukan) yang sudah terkenal yakni bukan Jahmi, Qadari, dan bukan pula Rafidli". (Al-Intiqa fi Fadlailits Tsalatsatil Aimmatil Fuqaha. hal.35 oleh Ibnu Abdil Barr). Kemudian ketika Jahmiyah mempunyai kekuasaan dan negara, mereka menjadi sumber bencana bagi manusia, mereka mengajak untuk masuk ke aliran Jahmiyah dengan anjuran dan paksaan. Mereka menggangu, menyiksa dan bahkan membunuh orang yang tidak sependapat dengan mereka. Kemudian Allah Subhanahu wa Ta'ala menciptakan Al-Imam Ahmad bin Hanbal untuk membela Ahlus Sunnah. Dimana beliau bersabar atas ujian dan bencana yang ditimpakan mereka. Beliau membantah dan patahkan hujjah-hujjah mereka, kemudian beliau umumkan serta munculkan As-Sunnah dan beliau menghadang di hadapan Ahlul Bid'ah dan Ahlul Kalam. Sehingga, beliau diberi gelar Imam Ahlus Sunnah. Dari keterangan di atas dapat kita simpulkan bahwa istilah Ahlus Sunnah terkenal di kalangan Ulama Mutaqaddimin (terdahulu) dengan istilah yang berlawanan dengan istilah Ahlul Ahwa' wal Bida' dari kelompok Rafidlah, Jahmiyah, Khawarij, Murji'ah dan lain-lain. Sedangkan Ahlus Sunnah tetap berpegang pada ushul (pokok) yang pernah diajarkan Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam dan shahabat radhiyallahu 'anhum. AHLUS SUNNAH WAL-JAMA'AH Istilah yang digunakan untuk menamakan pengikut madzhab As-Salafus Shalih dalam i'tiqad ialah Ahlus Sunnah wal Jama'ah. Banyak hadits yang memerintahkan untuk berjama'ah dan melarang berfirqah-firqah dan keluar dari jama'ah. (lihat : Wujubu Luzuumil Jama'ah wa Dzamit Tafarruq. hal. 115-117 oleh Jamal bin Ahmad Badi). Para ulama berselisih tentang perintah berjama'ah ini dalam beberapa pendapat. (Al-I'tisham 2:260-265). Jama'ah itu adalah As-Sawadul A'dzam (sekelompok manusia atau kelompok terbesar-pen) dari pemeluk Islam. Para Imam Mujtahid Para Shahabat Nabi radhiyallahu 'anhum. Jama'ahnya kaum muslimin jika bersepakat atas sesuatu perkara. Jama'ah kaum muslimin jika mengangkat seorang amir. Pendapat-pendapat di atas kembali kepada dua makna : Bahwa jama'ah adalah mereka yang bersepakat mengangkat seseorang amir (pemimpin) menurut tuntunan syara', maka wajib melazimi jama'ah ini dan haram menentang jama'ah ini dan amirnya. Bahwa jama'ah yang Ahlus Sunnah melakukan i'tiba' dan meninggalkan ibtida' (bid'ah) adalah madzhab yang haq yang wajib diikuti dan dijalani menurut manhajnya. Ini adalah makna penafsiran jama'ah dengan Shahabat Ahlul Ilmi wal Hadits, Ijma' atau As-Sawadul A'dzam. (Mauqif Ibni Taimiyah Minal Asya'irah 1 : 17). Syaikhul Islam mengatakan : "Mereka (para ulama) menamakan Ahlul Jama'ah karena jama'ah itu adalah ijtima' (berkumpul) dan lawannya firqah. Meskipun lafadz jama'ah telah menjadi satu nama untuk orang-orang yang berkelompok. Sedangkan ijma' merupakan pokok ketiga yang menjadi sandaran ilmu dan dien. Dan mereka (para ulama) mengukur semua perkataan dan pebuatan manusia zhahir maupun bathin yang ada hubungannya dengan dien dengan ketiga pokok ini (Al-Qur'an, Sunnah dan Ijma'). (Majmu al-Fatawa 3:175). Istilah Ahlus Sunnah wal Jama'ah mempunyai istilah yang sama dengan Ahlus Sunnah. Dan secara umum para ulama menggunakan istilah ini sebagai pembanding Ahlul Ahwa' wal Bida'. Contohnya : Ibnu Abbas radhiyallahu 'anhum mengatakan tentang tafsir firman Allah Ta'ala : "Pada hari yang di waktu itu ada muka yang putih berseri dan adapula muka yang muram". (Ali-Imran : 105). "Adapun orang-orang yang mukanya putih berseri adalah Ahlus Sunnah wal Jama'ah sedangkan orang-orang yang mukanya hitam muram adalah Ahlul Ahwa' wa Dhalalah". (Diriwayatkan oleh Al-Lalika'i 1:72 dan Ibnu Baththah dalam Asy-Syarah wal Ibanah 137. As-Suyuthi menisbahkan kepada Al-Khatib dalam tarikhnya dan Ibni Abi Hatim dalam Ad-Durrul Mantsur 2:63). Sufyan Ats-Tsauri mengatakan : "Jika sampai (khabar) kepadamu tentang seseorang di arah timur ada pendukung sunnah dan yang lainnya di arah barat maka kirimkanlah salam kepadanya dan do'akanlah mereka. Alangkah sedikitnya Ahlus Sunnah wal Jama'ah". (Diriwayatkan oleh Al-Lalika'i dalam Syarhus Sunnah 1:64 dan Ibnul Jauzi dalam Talbisul Iblis hal.9). Jadi kita dapat menyimpulkan bahwa Ahlus Sunnah wal Jama'ah adalah firqah yang berada diantara firqah-firqah yang ada, seperti juga kaum muslimin berada di tengah-tengah milah-milah lain. Penisbatan kepadanya, penamaan dengannya dan penggunaan nama ini menunjukkan atas luasnya i'tiqad dan manhaj. Nama Ahlus Sunnah merupakan perkara yang baik dan boleh serta telah digunakan oleh para Ulama Salaf. Diantara yang paling banyak menggunakan istilah ini ialah Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah rahimahullah. ASY'ARIYAH, MATURIDIYAH DAN ISTILAH AHLUS SUNNAH Asy'ariyah dan Maturidhiyah banyak menggunakan istilah Ahlus Sunnah wal Jama'ah ini, dan di kalangan mereka kebanyakan mengatakan bahwa madzhab salaf "Ahlus Sunnah wa Jama'ah" adalah apa yang dikatakan oleh Abul Hasan Al-Asy'ari dan Abu Manshur Al-Maturidi. Sebagian dari mereka mengatakan Ahlus Sunnah wal Jama'ah itu As'ariyah, Maturidiyah dan Madzhab Salaf. Az-Zubaidi mengatakan : "Jika dikatakan Ahlus Sunnah, maka yang dimaksud dengan mereka itu adalah Asy'ariyah dan Maturidiyah". (Ittihafus Sadatil Muttaqin 2:6). Penulis Ar-Raudhatul Bahiyyah mengatakan : "Ketahuilah bahwa pokok semua aqaid Ahlus Sunnah wal Jama'ah atas dasar ucapan dua kutub, yakni Abul Hasan Al-Asy'ari dan Imam Abu Manshur Al-Maturidi". ( Ar-Raudlatul Bahiyyah oleh Abi Udibah hal.3). Al-Ayji mengatakan : "Adapun Al-Firqotun Najiyah yang terpilih adalah orang-orang yang Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam berkata tentang mereka : "Mereka itu adalah orang-orang yang berada di atas apa yang Aku dan para shahabatku berada diatasnya". Mereka itu adalah Asy'ariyah dan Salaf dari kalangan Ahli Hadits dan Ahlus Sunnah wal Jama'ah". (Al-Mawaqif hal. 429). Hasan Ayyub mengatakan : "Ahlus Sunnah adalah Abu Hasan Al-Asy'ari dan Abu Mansyur Al-Maturidi dan orang-orang yang mengikuti jalan mereka berdua. Mereka berjalan di atas petunjuk Salafus Shalih dalam memahami aqaid". (lihat : Tabsithul Aqaidil Islamiyah, hal. 299 At-Tabshut fi Ushulid Din, hal. 153, At-Tamhid oleh An-nasafi hal.2, Al-Farqu Bainal Firaq, hal. 323, I'tiqadat Firaqil Muslimin idal Musyrikin, hal. 150). Pada umumnya mereka mengatakan aqidah Asy'ariyah dan Maturidiyah berdasarkan madzhab Ahlus Sunnah wal Jama'ah. Disini tidak bermaksud mempermasalahkan pengakuan bathil ini. Tetapi hendak menyebutkan dua kesimpulan dalam masalah ini. Bahwa pemakaian istilah ini oleh pengikut Asy'ariyah dan Maturidiyah dan orang-orang yang terpengaruh oleh mereka sedikitpun tidak dapat merubah hakikat kebid'ahan dan kesesatan mereka dari Manhaj Salafus Shalih dalam banyak sebab. Bahwa penggunaan mereka terhadap istilah ini tidak menghalangi kita untuk menggunakan dan menamakan diri dengan istilah ini menurut syar'i dan yang digunakan oleh para Ulama Salaf. Tidak ada aib dan cercaan bagi yang menggunakan istilah ini. Sedangkan yang diaibkan adalah jika bertentangan dengan i'tiqad dan madzhab Salafus Shalih dalam pokok (ushul) apapun. Diterjemahkan dari majalah Al-Bayan, no. 78 Shafar 1415H oleh Ibrahim Sa'id [Majalah As-sunnah edisi 10/Th.1 ]

Saturday, March 14, 2009

Love the Prophet SAW

Love the Prophet SAW A contemplation Love of the Prophet Muhammad SAW
Written in Morals by abihasan in / on September 27th, 2007
masjid-nabawi.jpg
If we like and love the things, surely we will often call it something. In fact, we will strive to maintain the state of things that we love it well. Whatever we akan persembahkan for these things. When we made the household furniture as one of the things that we like and love, we will always merawatnya, acapkali cleared, menatanya with tidy and always make it as one of the main concerns. Something to talk and writing about the nuances of the furniture will be very interesting and so our main concern. True is not it? again if we are like a man who loves and hygiene. To the point of view of any of us go, certainly the first thing that our attention is a matter of kebersihannya. If a corner in which we view the situation we encountered in the dirty, we certainly thought to be disrupted and wish to immediately create a situation that looks clean again. others if we have someone too and make the idol. We will often mention his name, either in front of many people in a way to recount all the benefits even dreamed of the bed. sadarkah But we, Muslims in particular, that figure is someone who we have been almost forget. The best being that Allah SWT hadirkan to the world. Indeed, the figure must be the example and idol. Figures that as always hoped in each draw breath, every movement in gerik and daily doings. Figures that diimpi-impikan to diteladani akhlaknya. Figure that was born with the perfection and to improve the morals. No, except that he take a warning-a warning to honor the way of goodness and truth to a true love that, that is, the love of Allah SWT and to his esakan. brother, he Messenger of Allah, Prophet Muhammad SAW, the cover prophet, bearer of the message of divine truth. At this time, is the extent to which the feeling of love we really menghunjam dihati against his SAW? Speech is out of our mouth when the man he called by someone? The glory as if we want? Glory in the human eye, or the glory in the sight of Allah SWT? Surely, the good speech out of the lips when the name of our Prophet Muhammad SAW is called a form of greeting sholawat and prayers that we submit to him. And not the person who was only called stingy people who do not want to give the surplus wealth, but in the words of Rasulullah SAW haditsnya, that "People griping (parsimonious) that is when the person who called my name (Muhammad SAW), but he does not want to bersholawat" . Alas, where will we face this akan With. Shame it's at this time we are far from what is felt to the friend of the Prophet SAW. The friend of the blue when haru with Rasulullah SAW. It's a crying when he called the name of man, want to remain together and he always accompany the man, even one of the Companions of Rasulullah SAW who are concerned can not meet his man - though he has guaranteed the Garden - when considering the death akan mendatanginya and the Prophet's death SAW. Indeed, for the prophet Muhammad SAW is required, beyond our love of ourselves, parents, children, family, property, and even all mankind. And one sign of someone who loves Rasulullah SAW is hoped that very akan meeting with him and he SAW. And both of them is lost is more serious for him to lose any of this in the world.

Ya Allah Ya Rabbiy,
Kurniakanlah our mind sparker
Akan Cinta Rasul-Mu terkasih
With the real true love
Which is not only recognition but the form of verification
Which makes the meeting with her as a favorite ...

***

 Creative Commons License
A contemplation by
Posts is licensed under a Creative Commons Attribution-Noncommercial-No Derivative Works 3.0 Unported License .
Based on a work at
zidaburika.wordpress.com . < div class = "tags"> Marked as

Nur Muhammad

Nur Muhammad, Being and the Between Khaliq


class="createdate"
Written by Publisher Team Al Kissah
Tuesday, 03 March 2009 13:41

src="http://majalah-alkisah.com/images/stories/duniaislam/leadok.jpg"

relationship existing between nur Muhammad and Allah SWT is vertical. Nur Muhammad, is on the side that was created, while Allah SWT is on the other hand, as the Creator of it.

Nur is light. Meanwhile, An-Nur is the Light, one of Asmaul Husna, the names of Allah a beautiful. Nur is the creation of light radiate from the light of God. Nur Muhammad, Muhammad is the light. Sometimes it was also mentioned as Haqiqah Muhammadiyah, Muhammad is a reality or reality kemuhammadan created before the creation of nature. Nur Muhammad, this is the first time that God created. Nur Muhammad and this is from Allah Ta'ala then created the universe and its contents.
Al-Habib Ali bin Muhammad Al-Ethiopia, in his book Maulid, Simthud Durar, write down the subject nur Muhammad, "we have been up to in the hadith-hadith that transpire that the beginning of the first things God created light SWT is stored in private noble (Muhammad SAW) is. So light the human being this is the first to appear in penciptaann him. All derived from this natural form of new or previously come.
As diriwayatkan by Abdurrazaq with sanadnya that continued until the friend of Jabir bin Abdullah Al-ennaq, he never said, 'For my father and mother, O Messenger of Allah, show to me about something that God created before the other creatures.'
He said, 'O Jabir, Allah SWT has created light from light nabimu him before creating the other.' And has been told that by Abu Hurairah that the Prophet Muhammad SAW had said: I was the first among the prophets in the creation, but the last in the apostolic '. " The First created
The concept of nur Muhammad, when you consider the hadith quoted by Habib Ali bin Muhammad Al-Ethiopia above, has been known since the times of Prophet Muhammad SAW is still alive. In another narration, he also said to Jabir associated with it, "Nur nabimu, O Jabir, Allah SWT and then create all the goodness of nurku."
Nur Muhammad, that is the part that makes a man perfect man. However, the perfect man who appears in every era since the time of Prophet Adam to the end of time later, can not exceed the superiority of the Prophet Muhammad SAW. As revealed in Surah Al-QALAM verse 4, "Verily, you (Muhammad) is a magnificent time." Meanwhile, a hadith mentioning. "I was a child penghulu-grandson of Adam." And in another hadith redaction mentioned, "I have become a prophet and Adam was between water and land, and the ruh Jasad."
Editors at the top of the second hadith shows that the relationship existing between nur Muhammad and Allah SWT is vertical, that is between being braided with its Khalik. Nur Muhammad, is on the side that was created, while Allah SWT is on the other hand, as the creator.
Nur both Muhammad and the Prophet Muhammad SAW, is the creation of both Allah SWT. However, connecting the two is not that integral. Nur Muhammad, as the beginning of creation can not be separated from the Prophet Muhammad SAW, ie, Muhammad, which have nur. God created so nur Muhammad's being there and being a natural zhahir.
The material, nur Muhammad is God's light, in the sense that Muhammad nur synonymous with perfection, virtue, and the glory of the Prophet Muhammad SAW as the servant of Allah Ta'ala. As a private, personal time is the Prophet SAW that can give an example to establish the nature, name, and af'al (deeds) of Allah SWT.
As for the bathiniah, high position of the Prophet Muhammad, or Muhammad SAW nur implied from a hadith of the Prophet SAW that means, "Light of God is first created cahayaku." Also a another hadith, "Verily, Allah SWT, when it created the Throne, the writing is no god Illallah He Muhammadur with the light. "
Description of the lines from the hadith shows, nur nur Muhammad is described as being from God, the Prophet Muhammad SAW comes from "nur dzat" only. Both are baharu, the creation of Allah SWT. meaning of the phrase Back
When nur depicted Muhammad as the form tajalli (penampakan) Allah and Muhammad as God's creation, visible from here that Allah SWT Nabi Muhammad SAW placed on the dignity, as the apostle of treatise, as a torch for the universe, obtain knowledge akan the supernatural, and have a nature perfection.
Sheikh Yusuf Al-Nabhani, said a number of names intended to nur Muhammad actually means one, depending on which side we memandangnya.
Nur relationship with Muhammad, the Prophet Muhammad SAW in the expression of a different but meaningful one, seems to violate common rules. Because based on some theory and nash, Muhammad SAW was appointed by Allah SWT to be prophets and apostles in the age of 40 years, as the last prophet, and who was born through the mother and father. While Muhammad was nur nur of Allah SWT who first created by Him. This view was agreed by the scholars of mysticism signaling via Al-Quran and hadith.
This difference seems difficult dipertemukan, because nur Muhammad is God's creation and the beginning of the Prophet Muhammad SAW is the last prophet. In this case, the An-Nabhani argued that the term pengucapanlah that differentiate, in principle, but a means. As analoginya, this can be observed when the Prophet Muhammad SAW received a revelation, the Angel Gabriel nur-shaped and sometimes shaped according to the situation.
In addition, if syari'at Prophet Muhammad came together early arrival nur Muhammad, Prophet Adam syari'at U.S. syari'at and the other apostles and prophets will not be meaningful and useful as it should, because of course with perfection tergeser akan syari'at brought by Prophet Muhammad SAW. Therefore, one of the wisdom of the Prophet Adam didahulukannya syari'at U.S. and other prophets, and ending with Prophet Muhammad SAW syari'at is to syari'at that God sent down to mankind to walk in accordance with the conditions and time of the hold in accordance berproses sunnatullah.
Similarly diutusnya Prophet Muhammad SAW as the last prophet and the human form as the form of other people. This is because the target object and dakwahnya is also a human, the same shape, so that the apostolic task of prophethood and achieve targets as are the same. If the words of the Prophet Muhammad SAW came in the form of nur Muhammad, task risalahnya will not be achieved, because the target dakwahnya different forms and nature.
It also disinggung as a verse in Al-Quran, "Verily, We have (Muhammad) to be witnesses and of glad tidings and a warner, and for it to be in God by His permission, and so to illuminate the light."
In regard to the paragraph above, Sheikh Yusuf Al-Nabhani said that Rasulullah SAW is a light shining covers the whole of the universe. Like when he goes on the road, then semerbaklah redolence from it, so that the aroma is found on every street that has been dilewatinya.
Problems nur Muhammad is the fact. Abstract problems. He is in the scope of faith. In this case, the An-Nabhani and then refer to some story that enshrined in the Qur'an, such as Mary, Prophet Yahya AS, Prophet Isa AS. They are the servants of God who have it (the situation) and the maqam (the) special, so that the circumstances of their natural (acquired) can not be understood only when disimak through the intellect or mind through pancaindra. Stories such as Mary, the birth without a husband, and Jesus who can turn the U.S. people who are dead, the incident is very unusual, and can only be understood through the eyes of faith and heart. perfection The nature of Rasulullah SAW
Habib Ali bin Muhammad Al-Ethiopia Simthud Durar in the book-and then explain the process to its next trip of nur Muhammad that, "And when eternal happiness appeared pengamatannya hidden specialized human specificity with choosing the perfect, brilliant light dititipkannya this on various loin and glorified in the womb, between the highway and Jagat moved from the loin of Adam, Noah, and Abraham, so that in the end So he elected to receive his father's honor not countless, Abdullah bin Abdul Muthalib, a wise and authoritative, and Aminah ibundanya a noble, who always feel safe and serene even in the midst of what is disconcerting ...."
After a birth, noble Prophet SAW akhlaq invite click amazed that every eye and every ear memandangnya hear a good temperament. Not all of the others is a reflection of the nature of perfection that God has pantulkan attributes of His perfect.
However, the material, as explained by Sayyid Muhammad bin Alwi al-Maliki, a celebrated Muhaddits, perfection and superiority of the Prophet Muhammad SAW akhlaq because the heart is pure and clean too. Based on the description of al-Maliki, careful hygiene and purity of the Prophet Muhammad SAW through a four-operative process (cleaning).
First, when the Prophet Muhammad SAW is still small. Second, when the Prophet Muhammad SAW aged ten years. Wisdom of the Prophet Muhammad heart surgery at the age of this because at the age of ten years is approaching the age of adulthood.
Third, at the chest of Prophet Muhammad SAW be split when the Angel Gabriel brought revelation came when he was a prophet. Wisdom in this operation is to add the glory, and strength and prepare to receive and deliver, there will be a revelation to him, so he and the strong position in the perfect and holy.
The last, or the fourth, when the chest is the Prophet Muhammad SAW Isra be split on the night. Wisdom in this surgery is the degree of the glory of the Prophet Muhammad SAW and kesiapannya in the sight of Allah SWT.
Description Al-Maliki at the top of the line with the concept of nur Muhammad is synonymous with perfection, glory and majesty. Thus, the expression of nur Muhammad always associated with the personal of the Prophet Muhammad SAW, as the Prophet Muhammad that have the nature and circumstances are perfect, both physically and ruhaniah. iy

Last Updated on Thursday, 05 March 2009 13:52

> tukar

A contemplation

A contemplation

Life is a Struggle
Written in the Morals by abihasan in / on June 28th, 2007

Wednesday, January 7, 2009


Desember 15th, 2008 by pecintarasulullah

Makam Syekh Abdul Qadir Al Jailani

Marga Arab Hadramaut

Desember 15th, 2008 by pecintarasulullah

Secara umum penggolongan Marga Arab Hadramaut itu dikategorikan dalam 4 golongan:

  1. Alawiyin (golongan yang mengaku keturunan Rasulullah via keturunan Ahmad bin Isa (AlMuhajir))
  2. Qabili / Qabail / Qabayl (golongan yang memegang senjata)
  3. Masaikh / Dhaif (gologang pedagang / petani / rakyat kebanyakan)
  4. Abid (golongan pembantu / hamba sahaya)

Latar Belakang

Alkisah, golongan Alawiyin karena desakan politik di persia (iran) terpaksa hijrah mencari penghidupan yang lebih baik ke daerah Hadramaut. Disana mereka menyampaikan kepada beberapa muqaddam (kepada suku) mengenai maksud untuk tinggal di Hadramaut dan juga menerangkan jati diri mereka (sebagai turunan Rasulullah). Sebelum secara resmi mereka diterima, muqaddam disaat itu mengirim utusan ke Hejaz untuk mengecek mengenai keberadaan mereka (terutama status turunan Rasul). Namun, setelah beberapa waktu, ada satu keluarga di Hadramout tersebut yang langsung menerima golongan Alawiyin ini untuk tinggal tanpa menunggu kepulangan utusan yang dikirim dan penerimaan secara resmi. Selanjutnya keluarga ini dikenal dengan nama keluarga Bafadhal, yaitu “golongan yang menerima”

Di bawah ini adalah daftar nama marga orang Arab keturunan Yaman (suku Arab Hadramaut):

A

  • Abbad, Abdul Aziz, Abudan, Aglag, Al Abd Baqi, Al Aidid, Al Ali Al Hajj, Al Amri, Al Amudi, Al As, Al As-Safi, Al Ba Abud, Al Ba Faraj, Al Ba Harun, Al Ba Raqbah, Al Baar, Al Bagdadi, Al Baiti, Al Bakri, Al Bal Faqih, Al Barak, Al Bargi, Al Barhim, Al Batati, Al Bawahab, Al Bin Jindan, Al Bin Sahal, Al Bin Semit, Al Bin Yahya, Al Bukkar, Al Fad’aq, Al Falugah, Al Gadri, Al Hadi, Al Hadi, Al Halagi, Al Hasani, Al Hasyim, Al Hilabi, Al Hinduan, Al Huraibi, Al Aydrus, Al Jabri, Al Jaidi, Al Jailani, Al Junaid, Al Kalali, Al Kalilah, Al Katiri, Al Khamis, Al Khatib, Al Kherid, Al Madhir, Al Mahdali, Al Mahfuzh, Al Matrif, Al Maula Dawilah, Al Maula Khailah, Al Munawwar, Al Musawa, Al Mutahhar, Al Qadri, Al Qaiti, Al Qannas, Al Rubaki, Al Waini, Al Yafi’ie, Al Yamani, AlMathori, AlMukarom, Ambadar, Arfan, Argubi, Askar, Assa’di, Assaili, Asy Syarfi, Attamimi, Attuwi, Azzagladi,al Dames

B

  • Ba Abdullah, Ba Attiiyah, Ba Atwa, Ba Awath, Ba Dekuk, Ba’ Dib, Ba Faqih, Ba Sendit, Ba Siul, Ba Sya’ib Bin Ma’tuf Bin Suit, Ba Syaiban, Ba Tebah, Ba Zouw, Ba’asyir, Babadan, Babten, Badegel, Badeges, Ba’dokh, Bafana, Bafadual, Bagaramah, Bagarib, Bagges, Bagoats, Bahafdullah, Bahaj, Bahalwan, Bahanan, Baharmus, Baharthah, Bahfen, Bahmid, Bahroh, Bachrak, Bahsen, Bahwal, Bahweres, Baisa, Bajabir, Bajened, Bajerei, Bajrei, Bajruk, Bakarman, Baksir, Baktal, Baktir, Bal Afif, Baladraf, Balahjam, Balasga, Balaswad, Balfas, Baljun, Balweel, Bamakundu, Bamasri, Bamasak , Bamatraf, Bamatrus, Bamazro, Bamu’min, Banaemun, Banafe, Bana’mah, Banser, Baraba, Baraja, Barakwan, Barasy, Barawas, Bareyek, Baridwan, Barjib, Baruk, Basalamah, Basalim, Basalmah, Basgefan, Bashay, Ba’sin, Baslum, Basmeleh, Basofi, Basumbul, Baswel, Baswer, Basyarahil, Batarfi, Bathef, Bathog, Ba’Tuk, Bawazier, Baweel, Bayahayya, Bayasut, Bazandokh, Bazargan, Bazeid, Billahwal, Bin Abd Aziz, Bin Abd Samad, Bin Abdat, Bin Abri, Bin Addar, Bin Afif, Bin Ajaz, Bin Amri, Bin Amrun, Bin Anuz, Bin Bisir, Bin Bugri, Bin Coger, Bin Dawil, Bin Diab, Bin Duwais, Bin Faris, Bin Gannas, Bin Gasir, Bin Ghanim, Bin Ghozi, Bin Gozan, Bin Guddeh, Bin Guriyyib, Bin Hadzir, Bin Hafidz, Bin Halabi, Bin Hamid, Bin Hana, Bin Hatrash, Bin Hilabi,Bin Hizam, Bin Hud, Bin Humam, Bin Huwel, Bin Ibadi, Bin Isa, Bin Jaidi, Bin Jobah, Bin Juber, Bin Kartam, Bin Kartim, Bin Keleb, Bin Khalifa, Bin Khamis, Bin Khubran, Bin Mahri, Bin Mahfuzh, Bin Makki, Bin Maretan, Bin Marta, Bin Mattasy, Bin Mazham, Bin Muhammad, Bin Munif, Bin Mutahar, Bin Mutliq, Bin Nahdi, Bin Nahed, Bin Nub, Bin On, Bin Qarmus, Bin Sadi, Bin Said, Bin Sanad, Bin Seger, Bin Seif, Bin Syahbal, Bin Syaiban, Bin Syamil, Bin Syamlan, Bin Syirman, Bin Syuaib, Bin Tahar, Bin Ta’lab, Bin Sungkar, Bin Tebe, Bin Thahir, Bin Tsabit, Bin Ulus, Bin Usman, Bin Wizer, Bin Zagr, Bin Zaidan, Bin Zaidi, Bin Zimah, Bin Zoo, Bukkar,Badziher.

T

  • Thalib

G

  • Ghana’

H

  • Haidrah, Hamde, Hamadah, Harhara, Hatrash, Hubeisy,Hayaze, Hasni, Humaid

J

  • Jawas, Jibran, Jabli

K

  • Karamah, Kurbi

M

  • Magadh, Makarim, Marfadi, Martak, Mashabi, Mugezeh, Munabari, Mahdami,Machdan

N

  • Nabhan

S

  • Sallum, Shahabi, Shogun, Sungkar, Syaiban, Syammach, Syawik,Syagran.

U

  • Ugbah, Ummayyer

Z

  • Za’bal, Zaidan, jurhum, Zeban, Zubaidi

Marga-Marga Arab di Indonesia

Desember 15th, 2008 by pecintarasulullah

Dalam dunia islam, baik dari sunni mapun syiah, di arab maupun di luar arab, bertarikat ataupun tidak, dikenal dengan adanya golongan-golongan yang mengaku sebagai ahlul bayt, atau sebagai keturunan nabi. Dengan berbagai silsilah yang dinyatakan sebagai yang paling valid atau benar, mereka banyak yang diagung-agungkan oleh ummat. Dalam sejarah Hejaz, keturunan nabi ini hingga abad ke-20 memegang peranan penting dalam pemerintahan arab bahkan setelah keruntuhan Turki. Semenjak masa-masa sebelumnya mereka ini mendapat tempat khusus dimata penduduk Hejaz. Mereka dibaiat menjadi penguasa dan imam serta pelindung tanah suci,

Dalam tatanan Hejaz, mereka diberikan sebutan Syarif untuk laki-laki dan Syarifah untuk perempuan. Sedangkan diluar Hejaz, dari beberapa golongan ada yang memberikan title Sayyid dan Sayyidah, atau juga dengan sebutan Habaib, dan lain sebagainya untuk memberikan satu tanda bahwa mereka yang diberikan titlr ini dianggap masih memiliki kaitan darah dengan nabi Muhammad saw.

Rabithah Alawiyah :: dalam artikel onlinenya, menyatakan bahwa menurut Sayyid Muhammad Ahmad al-Syatri dalam bukunya Sirah al-Salaf Min Bani Alawi al-Husainiyyin, para salaf kaum ‘Alawi di Hadramaut dibagi menjadi empat tahap yang masing-masing tahap mempunyai gelar tersendiri. Gelar yang diberikan oleh masyarakat Hadramaut kepada tokoh-tokoh besar Alawiyin ialah :

IMAM (dari abad III H sampai abad VII H). Tahap ini ditandai perjuangan keras Ahmad al-Muhajir dan keluarganya untuk menghadapi kaum khariji. Menjelang akhir abad 12 keturunan Ahmad al-Muhajir tinggal beberapa orang saja. Pada tahap ini tokoh-tokohnya adalah Imam Ahmad al-Muhajir, Imam Ubaidillah, Imam Alwi bin Ubaidillah, Bashri, Jadid, Imam Salim bin Bashri.

SYAIKH (dari abad VII H sampai abad XI H). Tahapan ini dimulai dengan munculnya Muhammad al-Faqih al-Muqaddam yang ditandai dengan berkembangnya tasawuf, bidang perekonomian dan mulai berkembangnya jumlah keturunan al-Muhajir. Pada masa ini terdapat beberapa tokoh besar seperti Muhammad al-Faqih al-Muqaddam sendiri. Ia lahir, dibesarkan dan wafat di Tarim.

HABIB (dari pertengahan abad XI sampai abad XIV). Tahap ini ditandai dengan mulai membanjirnya hijrah kaum ‘Alawi keluar Hadramaut. Dan di antara mereka ada yang mendirikan kerajaan atau kesultanan yang peninggalannya masih dapat disaksikan hingga kini, di antaranya kerajaan Alaydrus di Surrat (India), kesultanan al-Qadri di kepulauan Komoro dan Pontianak, al-Syahab di Siak dan Bafaqih di Filipina. Tokoh utama ‘Alawi masa ini adalah Habib Abdullah bin Alwi al-Haddad yang mempunyai daya pikir, daya ingat dan kemampuan menghafalnya yang luar biasa, juga terdapat Habib Abdurahman bin Abdullah Bilfaqih, Habib Muhsin bin Alwi al-Saqqaf, Habib Husain bin syaikh Abu Bakar bin Salim, Habib Hasan bin Soleh al-Bahar, Habib Ahmad bin Zein al-Habsyi.

SAYYID (mulai dari awal abad XIV ). Tahap ini ditandai kemunduran kecermelangan kaum ‘Alawi. Di antara para tokoh tahap ini ialah Imam Ali bin Muhammad al-Habsyi, Imam Ahmad bin Hasan al-Attas, Allamah Abu Bakar bin Abdurahman Syahab, Habib Muhammad bin Thahir al-Haddad, Habib Husain bin Hamid al-Muhdhar. Sejarawan Hadramaut Muhammad Bamuthrif mengatakan bahwa Alawiyin atau qabilah Ba’alawi dianggap qabilah yang terbesar jumlahnya di Hadramaut dan yang paling banyak hijrah ke Asia dan Afrika. Qabilah Alawiyin di Hadramaut dianggap orang Yaman karena mereka tidak berkumpul kecuali di Yaman dan sebelumnya tidak terkenal di luar Yaman.

Jauh sebelum itu, yaitu pada abad-abad pertama hijriah julukan Alawi digunakan oleh setiap orang yang bernasab kepada Imam Ali bin Abi Thalib, baik nasab atau keturunan dalam arti yang sesungguhnya maupun dalam arti persahabatan akrab. Kemudian sebutan itu (Alawi) hanya khusus berlaku bagi anak cucu keturunan Imam al-Hasan dan Imam al-Husein. Dalam perjalanan waktu berabad-abad akhirnya sebutan Alawi hanya berlaku bagi anak cucu keturunan Imam Alwi bin Ubaidillah. Alwi adalah anak pertama dari cucu-cucu Imam Ahmad bin Isa yang lahir di Hadramaut. Keturunan Ahmad bin Isa yang menetap di Hadramaut ini dinamakan Alawiyin diambil dari nama cucu beliau Alwi bin Ubaidillah bin Ahmad bin Isa yang dimakamkan di kota Sumul.

Kaum Arab, terutama yang beragama islam telah sejak berabad lamanya melakukan perniagaan dengan berbagai negara didunia, yang selanjutnya menciptakan jalur-jalur perdagangan dan komunitas-komunitas Arab baru diberbagai negara. Dalam berbagai sejarah dinyatakan bahwa kaum Arab yang datang ke Indonesia merupakan koloni Arab dari daerah sekitar Yaman dan Persia. Namun, yang dinyatakan berperan paling penting dan ini diperlihatkan dengan jenis madhab yang ada di Indonesia, dimungkinkan adalah dari Hadramaut. Dan orang-orang Hadramaut ini diperkirakan telah sampai ke Indonesia semenjak abad pertengahan (abad ke-13) sesudah adanya huru-hara di Baghdad.

Secara umum, tujuan awal kedatangan mereka adalah untuk berdagang sekaligus berdakwah, dan kemudian berangsur-angsur mulai menetap dan berkeluarga dengan masyarakat setempat. Dari mereka inilah kemudian muncul banyak tokoh dakwah yang termaktub dalam team Walisongo dan banyak tokoh dakwah islam hingga masa sekarang. Walaupun masih ada pendapat lain seperti menyebut dari Samarkand (Asia Tengah), Champa atau tempat lainnya, tampaknya itu semua adalah jalur penyebaran para Mubaligh dari Hadramawt yang sebagian besarnya adalah kaum Sayyid (Syarif). Beberapa buktinya (no 1 dan 2) adalah sebagian dari yang telah dikumpulkan oleh penulis Muhammad Al Baqir dalam Thariqah Menuju Kebahagiaan:

  1. L.W.C Van Den Berg dalam bukunya Le Hadramawt et Les Colonies Arabes dans l’Archipel Indien (1886) mengatakan:”Adapun hasil nyata dalam penyiaran agama Islam (ke Indonesia) adalah dari orang-orang Sayyid Syarif. Dengan perantaraan mereka agama Islam tersiar diantara raja-raja Hindu di Jawa dan lainnya. Selain dari mereka ini, walaupun ada juga suku-suku lain Hadramawt (yang bukan golongan Sayyid Syarif), tetapi mereka ini tidak meninggalkan pengaruh sebesar itu. Hal ini disebabkan mereka (yakni kaum Sayyid Syarif Hadramaut) adalah keturunan dari tokoh pembawa Islam (Nabi Muhammad SAW).”
  2. Dalam buku yang sama hal 192-204, Van Den Berg menulis:”Pada abad XV, di Jawa sudah terdapat penduduk bangsa Arab atau keturunannya, yaitu sesudah masa kerajaan Majapahit yang kuat itu. Orang-orang Arab bercampul-gaul dengan penduduk, dan sebagian mereka mempuyai jabatan-jabatan tinggi. Mereka terikat dengan pergaulan dan kekeluargaan tingkat atasan. Rupanya pembesar-pembesar Hindu di kepulauan Hindia telah terpengaruh oleh sifat-sifat keahlian Arab, oleh karena sebagian besar mereka berketurunan pendiri Islam (Nabi Muhammad SAW). Orang-orang Arab Hadramawt membawa kepada orang-orang Hindu pikiran baru yang diteruskan oleh peranakan-peranakan Arab mengikuti jejak nenek moyangnya.” Perhatikanlah tulisan Van Den Berg ini yang spesifik menyebut abad XV, yang merupakan abad spesifik kedatangan dan / atau kelahiran sebagian besar Wali Songo di pulau Jawa. Abad XV ini jauh lebih awal dari abad XVIII yang merupakan kedatangan kaum Hadramawt gelombang berikutnya yaitu mereka yang sekarang kita kenal bermarga Assegaf, Al Habsyi, Al Hadad, Alaydrus, Alatas, Al Jufri, Syihab, Syahab dan banyak marga hadramawt lainnya.
  3. Hingga saat ini Umat Islam di Hadramawt bermadzhab Syafi’ie sama seperti mayoritas di Ceylon, pesisir India Barat (Gujarat dan Malabar), Malaysia dan Indonesia. Sedangkan Uzbekistan dan seluruh Asia Tengah, kemudian Pakistan dan India pedalaman (non-pesisir) mayoritasnya bermadzhab Hanafi.
  4. Bahasa para pedagang Muslim yang datang ke Asia Tenggara (utamanya Malaka dan Nusantara) dinamakan bahasa Malay (Melayu) karena para pedagang dan Mubaligh yang datang di abad 14-15 sebagian besar datang dari pesisir India Barat yaitu Gujarat dan Malabar, yang mana orang-orang Malabar (sekarang termasuk neg. bagian Kerala) mempunyai bahasa Malayalam, walaupun asal-usul mereka adalah keturunan dari Hadramawt mengingat kesamaan madzhab Syafi’ie yang sangat spesifik dengan pengamalan tasawuf dan penghormatan kepada Ahlul Bait. Satu kitab fiqh mazhab Syafi’ie yang sangat popular di Indonesia Fathul Muin pengarangnya bahkan Zainuddin Al Malabary (berasal dari tanah Malabar), satu kitab fiqh yang sangat unik karena juga memasukkan pendapat kaum Sufi, bukan hanya pendapat kaum Fuqaha.
  5. Satu bukti yang sangat akurat adalah kesamaan Madzhab Syafi’ie dengan corak tasawuf dan pengutamaan Ahlul Bait yang sangat kental seperti kewajiban mengadakan Mawlid, membaca Diba & Barzanji, membaca beragam Sholawat Nabi, membaca doa Nur Nubuwwah (yang juga berisi doa keutamaan tentang cucu Rasul, Hasan dan Husayn) dan banyak amalan lainnya hanya terdapat di Hadramawt, Mesir, Gujarat, Malabar, Ceylon, Sulu & Mindanao, Malaysia dan Indonesia. Pengecualian mungkin hanya terhadap kaum Kurdistan di segitiga perbatasan Iraq, Turki dan Iran, yang mana mereka juga bermadzhab Syafi’ie dengan corak Tasawuf yang sangat kuat dan mengutamakan ahlul bait (Kitab Mawlid Barzanji dan Manaqib Syekh Abdul Qadir Jilani adalah karya Ulama mereka Syekh Ja’far Barzanji) tapi tinggal di daerah pedalaman dan pegunungan, bukan pesisir seperti lainnya. Analisis sejarah diatas menandakan agama Islam dari madzhab dan corak ini sebagian besarnya disebarkan melalui jalur pelayaran dan perdagangan dan berasal dari satu sumber yaitu Hadramawt, karena Hadramawt adalah sumber pertama dalam sejarah Islam yang menggabungkan fiqh Syafi’ie dengan pengamalan tasawuf dan pengutamaan ahlul bait.
  6. Di abad 15 Raja-raja Jawa (yang berkerabat dengan Walisongo) seperti Raden Patah dan Pati Unus sama-sama menggunakan gelar Alam Akbar, yang mana di abad 14 di Gujarat sudah dikenal keluarga besar Jamaluddin Akbar cucu keluarga besar Datuk Azhimat Khan (Abdullah Khan) putra Abdul Malik putra Alwi putra Muhammad Shahib Mirbath Ulama besar Hadramawt Abad 13M. Keluarga besar ini sudah sangat terkenal sebagai Mubaligh Musafir yang berdakwah jauh hingga pelosok Asia Tenggara dan mempunyai putra-putra dan cucu-cucu yang banyak menggunakan nama Akbar, seperti Zainal Akbar, Ibrahim Akbar, Ali Akbar, Nuralam Akbar dan banyak lainnya.

Keturunan Arab Hadramawt di Indonesia, seperti negara asalnya Yaman, terdiri 2 kelompok besar yaitu kelompok Alawi (Sayyidi) keturunan Rasul SAW (terutama melalui jalur Husayn bin Ali) dan Qabili yaitu kelompok diluar kaum Sayyid.Nama-nama marga/keluarga keturunan Arab Hadramaut dan Arab lainnya yang terdapat di Indonesia, yang paling banyak diantaranya adalah:

  • Abud (Qabil) - AbdulAzis (Qabil) - Addibani (Qabil) - Afiff - Alatas (Sayyid) - Alaydrus (Sayyid) - Albar (Sayyid) - Algadrie (Sayyid) - Alhabsyi (Sayyid) - AlHamid - AlHadar - AlHadad (Sayyid) - AlJufri (Sayyid) - Alkatiri (Qabil) - Assegaff (Sayyid) - Attamimi -AlMuhazir
  • Ba’asyir (Qabil) - Baaqil (Sayyid) - Bachrak (Qabil) - Badjubier (Qabil) - Bafadhal - Bahasuan (Qabil) - Baraja (Syekh) - Basyaib (Qabil) - Basyeiban (Sayyid) - Baswedan (Qabil) - Baridwan - Bawazier (Sayyid) - BinSechbubakar (Sayyid)
  • Haneman
  • Jamalullail (Sayyid)
  • Kawileh (Qabil)
  • Maula Dawileh (Sayyid) - Maula Heleh/Maula Helah (Sayyid)
  • Nahdi (Qabil)
  • Shahab (Sayyid) - Shihab (Sayyid) - Sungkar (Qabil)
  • Thalib
  • Bahafdullah (Qabil)

Nama-nama marga/keluarga keturunan Arab Hadramaut dan Arab lainnya yang terdapat di Indonesia:







1 Al Baar 21 Al Aidid 41 Bin Hud


2 Al Jufri 22 Al Fad’aq 42 Ba’dokh


3 Al Jamalullail 23 Al Ba Faraj 43 Alhasni


4 Al Junaid 24 Ba Faqih 44 Barakwan


5 Al Bin Jindan 25 Al Bal Faqih 45 Al Mahdali


6 Al Jailani 26 Al Qadri 46 Al Hinduan


7 Al Hamid 27 Al- Kaff 47 Al Baiti


8 Al Hadad 28 Al- Muhdhar 48 Bin Syuaib


9 Al Kherid 29 Al Musawa 49 Basyaiban


10 Al Maula Khailah 30 Al Mutahhar



11 Al Maula Dawilah 31 Al Munawwar



12 Al Ba Raqbah 32 Al Hadi



13 Al Assegaf 33 Al Ba Harun



14 Al Bin Semit 34 Al Hasyim



15 Al Bin Sahal 35 Al Haddar



16 Al Syihabuddin 36 Al Bin Yahya



17 Al As- Safi 37 Bin Syekh Abubakar



18 Al Ba Abud 38 Bin Thahir



19 Al Ba Aqil 39 Bin Shihab



20 Al Idrus 40 Bin Hafidz















1 Abbad 41 Assa’di 81 Bakarman 121 Ba Sya’ib 161 Bin Hilabi 201 Bin Syirman
2 Abudan 42 Asy Syarfi 82 Baktir 122 Basyarahil 162 Bin Humam 202 Bin Tahar
3 Aglag 43 Attamimi 83 Baladraf 123 Batarfi 163 Bin Huwel 203 Bin Ta’lab
4 Al Abd Baqi 44 Attuwi 84 Bal Afif 124 Ba Tebah 164 Bin Ibadi 204 Bin Tebe
5 Al Ali Al Hajj 45 Azzagladi 85 Balahjam 125 Bathog 165 Bin Isa 205 Bin Tsabit
6 Al Amri 46 Ba Abdullah 86 Balasga 126 Ba’Tuk 166 Bin Jaidi 206 Bin Ulus
7 Al Amudi 47 Ba’asyir 87 Balaswad 127 Ba Syaiban 167 Bin Jobah 207 Bin Usman
8 Al As 48 Ba Attiiyah 88 Balfas 128 Baweel 168 Bin Juber 208 Bin Wizer
9 Al Bagdadi 49 Ba Awath 89 Baljun 129 Bayahayya 169 Bin Kartam 209 Bin Zaidi
10 Al Bakri 50 Ba Atwa 90 Balweel 130 Bayasut 170 Bin Kartim 210 Bin Zaidan
11 Al Barak 51 Babadan 91 Bamakundu 131 Bazandokh 171 Bin Keleb 211 Bin Zimah
12 Al Barhim 52 Babten 92 Bamasri 132 Bazargan 172 Bin Khalifa 212 Bin Zoo
13 Al Batati 53 Badegel 93 Bamatraf 133 Ba Zouw 173 Bin Khamis 213 Bajrei
14 Al Bawahab 54 Ba Dekuk 94 Bamatrus 134 Bazeid 174 Bin Kuwer 214 Bukra
15 Al Bargi 55 Ba’ Dib 95 Bamazro 135 Bin Abdat 175 Bin Mahri 215 Gahedan
16 Al Bukkar 56 Bafadal 96 Bamu’min 136 Bin Abd Aziz 176 Bin Makki 216 Haidrah
17 Al Falugah 57 Bafana 97 Bana’mah 137 BinAbdsamad 177 Bin Maretan 217 Hamde
18 Al Gadri 58 Bagarib 98 Banafe 138 Bin Abri 178 Bin Marta 218 Harhara
19 Al Hadi 59 Bagaramah 99 Banser 139 Bin Addar 179 Bin Mattasy 219 Hubeisy
20 Al Halagi 60 Bagges 100 Baraba 140 Bin Afif 180 Bin Makhfudz 220 Jawas
21 Al Hilabi 61 Bagoats 101 Baraja 141 Bin Ajaz 181 Bin Mazham 221 Jibran
22 Al Jabri 62 Ba 102 Barasy 142 Bin Amri 182 Bin Muhammad 222 Karamah
23 Al Kalali 63 Bahalwan 103 Barawas 143 Bin Amrun 183 Bin Munif 223 Kurbi
24 Al Kalilah 64 Baharmus 104 Bareyek 144 Bin Anus 184 Bin Mutahar 224 Magadh
25 Al Katiri 65 Bahanan 105 Baridwan 145 Bin Bisir 185 Bin Mutliq 225 Makarim
26 Al Khamis 66 Bahrok 106 Baruk 146 Bin Bugri 186 Bin Nahdi 226 Marfadi
27 Al Khatib 67 Bajruk 107 Basalamah 147 Bin Dawil 187 Bin Nahed 227 Mashabi
28 Al Matrif 68 Baksir 108 Basalmah 148 Bin Diab 188 Bin Nub 228 Mugezeh
29 AlMathori 69 Baktal 109 Basalim 149 Bin Faris 189 Bin On 229 Munabari
30 AlMukarom 70 Banaemun 110 Ba Sendit 150 Bin Gannas 190 Bin Qarmus 230 Nabhan
31 Al Qaiti 71 Baharthah 111 Basgefan 151 Bin Gasir 191 Bin Said 231 Sallum
32 Al Qannas 72 Bahfen 112 Bashay 152 Bin Ghanim 192 Bin Sadi 232 Shahabi
33 Al Rubaki 73 Bahmid 113 Ba’sin 153 Bin Ghozi 193 Bin Sanad 233 Shobun
34 Al Waini 74 Bahroh 114 Ba Siul 154 Bin Gozan 194 Bin Seger 234 Syawik
35 Al Yamani 75 Bahsen 115 Basmeleh 155 Bin Guddeh 195 Bin Seif 235 Ugbah
36 Ambadar 76 Bahweres 116 Basofi 156 Bin Guriyyib 196 Bin Sungkar 236 Ummayyer
37 Arfan 77 Baisa 117 Basumbul 157 Bin Hadzir 197 Bin Syahbal 237 Za’bal
38 Argubi 78 Bajabir 118 Baswedan 158 Bin Halabi 198 Bin Syaiban 238 Zarhum
39 Assaili 79 Bajened 119 Baswel 159 Bin Hamid 199 Bin Syamil 239 Zubaidi
40 Askar 80 Bajerei 120 Baswer 160 Bin Hana 200 Bin Syamlan 240






Bin Ma’tuf Bin Suit Bin Duwais amhar syamlan faluga Bin muhammad gasir dahdah syeban

Inilah kiranya ringkasan sejarah penyebaran kaum arab di dunia, terutama di Indonesia. Termasuk juga klasifikasi bebeapa gelar dari keturunan nabi yang dipakai oleh beberapa golongan, serta data beberapa ratus marga arab yang ada di Indonesia.Apabila ada kesalahan dan kekurangan, dimohon adanya koreksi dan informasi masukan tambahan dari para pembaca, sehingga wacana ini semakin valid dan komplit. Silahkan dianalisis secara objektif dan mendalam, semoga berguna. Amin. Terimakasih.

Tags: , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , ,

Pustaka

Desember 15th, 2008 by pecintarasulullah

Isi dari blog ini diambil dari

http://www.albayyinat.net
http://baalawi.simplyhaddad.com/
http://kisahwali.blogspot.com/
http://id.wikipedia.org

Alawiyyin

Desember 15th, 2008 by pecintarasulullah

Alawiyyin adalah sebutan bagi kaum atau sekelompok orang yang memiliki pertalian darah dengan Rasulullah SAW. Sebutan lain untuk alawiyyin adalah ba’alwi. Ba’Alawi ialah gelar yang diberi kepada mereka yang memiliki keturunan dari Alawi bin Ubaidullah bin Ahmad bin Isa Al-Muhajir.

Ahmad bin Isa Al-Muhajir telah meninggalkan Basrah di Iraq bersama keluarga dan pengikut-pengikutnya pada tahun 317H/929M untuk berhijrah ke Hadhramaut di Yaman Selatan. Cucu Ahmad bin Isa yang bernama Alawi, merupakan orang pertama yang dilahirkan di Hadramaut. Oleh itu anak-cucu Alawi digelar Ba ‘Alawi, yang bermakna Keturunan Alawi. Panggilan Ba ‘Alawi juga ialah bertujuan memisahkan kumpulan keluarga ini daripada cabang-cabang keluarga yang lain yang berketurunan daripada Nabi Muhammad. Ba ‘Alawi juga dikenali dengan kata-nama Saiyid (Sadah bagi bilangan lebih daripada seorang). Keluarga yang bermula di Hadhramaut ini, telah berkembang dan membiak, dan pada hari ini ramai di antara mereka menetap disegenap pelusuk Nusantara, India dan Afrika.

bukan saiyid tetapi adalah sayid yang bermakna tuan atau sejenisnya,dan juga banyak dikenal dengan sebutan HABIB. dan kalangan saiyid atau habib ini mempunyai nasab atau silsilah keturunan yang langsung sampai kepada datuknya rasul saw.karena banyak yang mengatas namakan sayid atau habib tetapi mereka tidak mempunyai nasab atau silsilah yang sampai kepada rasul saw. karena rasul sangat marah dan benci apabila ada yang mengaku-ngaku keturunan tetapi kenyataannya bukan.

Habib adalah panggilan khas kepada seorang sayyid dari Hadhramaut yang bernasab kepada Imam Ali Zainal Abidin bin Al-Husain bin Ali. Kesahihan nasab Alawi di pelihara oleh Rabithah Alawiyyin di Jakarta Selatan. Di kalangan saadah Alawiyyin ada yang telah berhijrah pada abad-abad 16 dan 17 Masehi umpamanya bahkan lebih awal lagi ke India dan Indonesia. Daftar nasab mereka mungkin tidak di catat bahkan mungkin hilang sama sekali.

Membongkar Kesesatan Ahmadiyah

Desember 15th, 2008 by pecintarasulullah

Â

Dawam Rahardjo Dibiayai Ahmadiyah?.

Kematian Mirza Ghulam Ahmad yang Menjijikkan.
Ahmadiyah Jago Berbohong.
Pengakuan Palsu Bertahap.
Ahmadiyah Mengkafirkan Muslimin.
Lebih Berbahaya dari Bandar Narkoba .

http://www.swaramuslim.net/more.php?id=1966_0_1_0_M

Sehari pasca penyerbuan terhadap Pusat Jemaat Ahmadiyah di Parung,
Bogor, 15 Juli lalu, Johan Effendi mantan petinggi Depag yang juga anggota
resmi Ahmadiyah, mengadakan jumpa pers di PBNU. Jumpa pers yang diliput
oleh sebagian besar media teve itu, antara lain dihadiri oleh Dawam
Rahardjo, Ulil, Musdah Mulia, dan sebagainya.

Dawam Rahardjo petinggi ormas Muhamamdiyah era Amien Rais dan Syafii
Maarif, tampil bak pahlawan kesiangan membela Ahmadiyah.

Kalimat-kalimat yang meluncur dari mulutnya, tidak saja menggelontorkan
pembelaan terhadap Ahmadiyah dengan alasan hak asasi manusia, tetapi
juga ia mengeluarkan pernyataan yang sangat kampungan, yaitu ?? kalau
ada gerakan anti Islam, maka saya akan ikut?,? sebagaimana bisa dilihat
dari berbagai tayangan media televisi yang menayangkan jumpa pers
tersebut.

Selama ini Dawam dijuluki sebagai tokoh Islam, petinggi Muhammadiyah, dan
petinggi ICMI (Ikatan Cendekiawan Muslim Indonesia).

Bagaimana mungkin seseorang yang berlabel sangat Islam itu bisa
menyatakan akan ikut gerakan anti Islam? Ini menunjukkan bahwa selama ini
ia cuma cari makan melalui Islam.

Mengapa Dawam begitu gigih tampil sebagai pembela Ahmadiyah.
Pengalaman Hartono Ahmad Jaiz penulis buku Aliran dan Paham Sesat di
Indonesia dapat menjelaskan hal ini.

Ketika saya bersama Haryadi (mantan anggota Jemaat Ahmadiyah), Farid
Okbah (Dai dari Al-Irsyad), dan Abu Yazid (dari Persis) masuk ke kampus
Mubarok Parung Bogor saat Thahir Ahmad ada di sana, dengan maksud ingin
bertamu mengunjungi salah seorang teman Ahmad Haryadi, kami justru
ditangkap. Ketika pihak keamanan Ahmadiyah sedang mengusut teman-
teman saya yang bertamu tapi ditangkap ini, saya
berbincang-bincang dengan sebagian dari mereka. Ketika itu, saya tanyakan,
kenapa Dawam Rahardjo datang ke London mengundang Thahir Ahmad ke
Indonesia?

Dijawab, karena Ahmadiyah membiayai Dawam Rahardjo.?

Pantaslah, di saat ada desakan dari umat Islam sekitar kampus Mubarok
Pusat Ahmadiyah agar Ahmadiyah dan kampusnya dibubarkan, maka Dawam
Rahardjo menjadi pahlawan? kesiangan. Dawam mengecam MUI, FPI, dan
LPPI. Masih kurang puas, Dawam pun menulis di Koran Indo Pos, berjudul
Teror Terhadap Ahmadiyah.Dawam tampak gusar, dengan dalih HAM (Hak
asasi manusia) maka dia tudingkan telunjuknya yang sudah menua renta itu
dengan berteriak bahwa FPI (Front Pembela Islam) dan LPPI (Lembaga
Penelitian dan Pengkajian Islam) berada di balik teror itu.

Sebagaimana diketahui, setelah terjadi pengepungan massa umat Islam
terhadap Pusat Ahmadiyah di Kampus Mubarok di Parung Bogor Jawa Barat
ba?da Jum?at 15 Juli 2005 (8 Jumadil Akhir 1426 H), berakhir dengan
keputusan Pemda Bogor untuk menutup pusat aliran sesat Ahmadiyah itu,
dan orang-orang Ahmadiyah di dalamnya dievakuasi dengan 4 bus dan 4
truk polisi.

Munas ke-2 MUI tahun 1980 memfatwakan bahwa Ahmadiyah adalah di luar
Islam, sesat menyesatkan. Diperkuat pula oleh adanya surat edaran Dirjen
Bimas Islam dan Urusan haji Departemen Agama, agar ulama menjelaskan
sesatnya Ahmadiyah.

Ahmadiyah Qadian menyusup dan datang ke Indonesia sejak 1925 ?
sedangkan Ahmadiyah Lahore hadir empat tahun kemudian (1929) ?
semula digandeng oleh Muhammadiyah karena dianggap sebagai pembaharu.
Namun di tahun 1930-an Muhammadiyah baru menyadari bahwa Ahmadiyah itu
bukan pembaharu, maka Muhammadiyah pun tidak lagi menjadikan
Ahmadiyah sebagai kawan.

Meskipun sudah sejak tahun 1930 pimpinan Muhammadiyah melalui pidato
resminya menyatakan bahwa Ahmadiyah yang selama ini dijadikan teman
ternyata bukan teman, namun sampai tahun 2000 masih ada petinggi
Muhammadiyah, yaitu Dawam Rahardjo, yang mengatas-namakan
Muhammadiyah mengundang Thahir Ahmad (Khalifah IV Ahmadiyah di
London) untuk hadir ke Indonesia di masa Presiden Abdurrahman Wahid.

Kedatangan penerus nabi palsu yang diundang oleh orang yang juga
memalsu atas nama Muhammadiyah itu disambut pula oleh bekas Ketua
Muhammadiyah yang saat itu sedang menjabat sebagai Ketua MPR, Amien
Rais. Bahkan, Thahir Ahmad dan Amien Rais sempat berangkulan di Gedung
DPR/MPR. Sementara itu yang memalsu atas nama Muhammadiyah, Dawam
Rahardjo, mengalungkan bunga kepada penerus nabi palsu Thahir Ahmad di
Bandara Cengkareng. Semua itu kemudian disiarkan oleh media Ahmadiyah.

Peristiwa itu mengundang komentar seorang pakar dari Pakistan, Manzhur
Ahmad Chinioti Pakistani, penulis buku Keyakinan Al-Qadiani, yang dengan
sengaja hadir ke Indonesia dan berpidato di Masjid Al-Azhar Jakarta. Pakar
dari Pakistan ini memprotes keras, dan menuntut agar Dawam Rahardjo
diadukan ke pengadilan, karena telah mengatas-namakan Muhammadiyah,
mengundang penerus nabi palsu ke Indonesia.

Dalam hal membela aliran sesat Ahmadiyah ini, kalangan muda
Muhammadiyah pun tak mau ketinggalan kereta. Mereka tergopoh-gopoh
mengadakan konperensi pers di kantor Pusat Muhammadiyah untuk membela
Ahmadiyah. Sukidi, yang memang kadernya Dawam Rahardjo dan aktivis
JIMM (Jaringan Intelektual Muda Muhammadiyah), mengambil kesempatan
untuk membela Ahmadiyah.

Kematian yang Menjijikkan

Hartono Ahmad jaiz pernah bertanya kepada Dr. Hasan bin Mahmud Audah,
mantan orang kepercayaan Khalifah Ahmadiyah ke-4 Thahir Ahmad, yang
sudah kembali ke Islam. ?Apakah benar, nabinya orang Ahmadiyah, Mirza
Ghulam Ahmad yang lahir di India 15 Februari 1835 dan mati pada 26 Mei
1906, itu matinya di kakus (WC)??

Kemudian Dr. Hasan bin Mahmud Audah pun menjawab,?Ha?, ha?, haa?
itu tidak benar. Mirza Ghulam Ahmad tidak bisa ke WC. Dia meninggal di
tempat tidur. Tetapi berminggu-minggu sebelum matinya dia berak dan
kencing di situ. Jadi tempat tidurnya sangat kotor seperti WC. Karena
sakitnya itu, sampai-sampai dalam sehari dia kencing seratus kali. Makanya,
tanyakanlah kepada orang Ahmadiyah, maukah kamu mati seperti nabimu??

Dr Hasan bin Mahmud Audah adalah mantan Muballigh Ahmadiyah dulunya
dekat dengan Thahir Ahmad (Khalifah Ahmadiyah) yang mukim di London.
Pertanyaan di atas diajukan Hartono Ahmad Jaiz seusai berlangsungnya
Seminar Nasional tentang Kesesatan Ahmadiyah dan Bahayanya yang
diselenggarakan LPPI di Masjid Istiqlal Jakarta, Ahad 11 Agustus 2002.

Selain masalah kematiannya yang menjijikkan, Mirza Ghulam Ahmad menurut
Audah punya dua penyakit: jasmani dan akal. Sakit jasmaninya sudah jelas,
berminggu-minggu menjelang matinya tak bisa beranjak dari tempat tidur,
hingga kencing dan berak di tempat tidurnya.

Adapun sakit akalnya, Mirza Ghulam Ahmad mengaku menjadi Maryam, lalu
karena Allah meniupkan ruh kepadanya, maka lahirlah Nabi Isa. Dan yang
dimaksud dengan Nabi Isa itu tak lain adalah diri Mirza Ghulam Ahmad itu
sendiri. ?Apakah tidak sakit akal itu namanya,? ujar Dr Hasan Audah yang
dulunya mempercayai Mirza Ghulam Ahmad, sehingga sempat membeli
sertifikatkuburan surga di Rabwa.

Ahmadiyah Jago Berbohong

Tentang propaganda bohong, Ahmadiyah adalah jagonya. Hartono Ahmad
Jaiz menyampaikan pengalamannya: ?Propagandis Ahmadiyah di depan saya
dan 1200 hadirin di Masjid Al-Irsyad Purwokerto, April 2002, masih bisa
ngibul (berbohong) dengan mengatakan bahwa banyak raja-raja di Afrika
yang masuk ?Islam?, yaitu masuk Jemaat Ahmadiyah. Hingga seakan-akan
orang Ahmadiyah bangga dan berjasa kepada Islam karena bisa
?mengislamkan? raja-raja di Afrika.?

Ketika hal itu dikemukakan Hartono kepada Dr Hasan Audah, kontan mantan
petinggi Ahmadiyah ini kembali tertawa dan berkata: ?Itu bohong besar. Di
Afrika, kepala-kepala dusun (desa) memang disebut raja. Jadi hanya tingkat
kepala dusun, bukan berarti raja yang sebenarnya. Nah itulah yang dijadikan
propaganda. Ahmadiyah memang penuh kebohongan dan propaganda,?
tegasnya.

Kalau disimak, keterangan Dr Hasan Audah itu bisa dicocokkan dengan
aneka ajaran Ahmadiyah, bahkan slogan-slogannya. Kebohongan memang
ada di mana-mana. Di kitab sucinya, Tadzkirah, di sertifikat kuburan surga,
bahkan di spanduk-spanduknya pun penuh kebohongan.

Satu contoh kecil, spanduk yang dipasang di berbagai tempat dalam
lingkungan Al-Mubarok, sarang Ahmadiyah di Parung Bogor Jawa Barat,
waktu kedatangan Khalifah Ahmadiyah Thahir Ahmad, Juni-Juli 2000, masa
pemerintahan Gus Dur, adalah slogan Semua Dicintai, Tiada yang Dibenci.
Tetapi itu slogan bohong. Buktinya, ketika Ahmad Haryadi mantan
propagandis Ahmadiyah bersama Hartono Ahmad Jaiz, Farid Okbah da?i Al-
Irsyad, dan Abu Yazid pemuda Persis(Persatuan Islam) dari Bekasi Jawa
Barat masuk ke sarang Ahmadiyah di Parung saat ada upacara besar-
besaran mendatangkan Khalifah Ahmadiyah IV Thahir Ahmad dari London
itu, tiba-tiba seorang tua bekas teman Haryadi membentaknya, ?Bagaimana
kamu bisa masuk ke sini?!?

Ahmad Haryadi menjawab, ?Itu kan ada spanduk, Semua Dicintai, Tiada yang
Dibenci.?

?Tidak bisa! Dicintai itu kalau kamu cinta kami. Kamu kan tidak cinta kami!?

Ujar lelaki Ahmadiyah keras-keras.

Belum berlanjut perdebatan antara mantan dan aktivis Ahmadiyah itu tahu-
tahu Ahmad Haryadi dan kawan-kawan ditangkap oleh kepala keamanan
Ahmadiyahyang membawa 25 pemuda keamanan Ahmadiyah malam itu.

Slogan Semua Dicintai, Tiada yang Dibenci itu menurut Dr Hasan Audah,
pertama kali diucapkan oleh khalifah sebelum Thahir Ahmad.
Kata-kata itu adalah perkataan yang bertentangan dengan Islam. Karena
Islam bersikap Asyidaau ?alal kuffar ruhamaau bainahum (bersikap keras
terhadap orang-orang kafir dan saling berkasih sayang sesama Muslim).

Bohong dan bertentangan dengan Islam itulah inti ajaran Ahmadiyah.
Karenanabinya, Mirza Ghulam Ahmad, adalah seorang pembohong dan
pembuat ajaran yang bertentangan dengan Islam.

Pengakuan Palsu Bertahap

Mirza Ghulam Ahmad menyampaikan beberapa pengakuan palsu secara
bertahap.

Pertama, ia mengaku sebagai mujaddid (pembaru).

Kemudian ia mengaku sebagai nabi yang tidak membawa syari?at.

Kemudian ia mengaku sebagai nabi dan rasul membawa syari?at, menerima
wahyu seperti Al-Qur?an dan menerapkannya kepada dirinya.

Setelah itu ia mengikuti cara-cara kebatinan dan zindiq (kufur) dalam
ungkapan-ungkapannya. Ia mengikuti cara-cara Baha?i dalam mengaburkan
ucapannya.

Kemudian ia mulai meniru mu?jizat penutup para nabi, Nabi Muhammad saw.

Lalu menjadikan masjidnya sebagai Masjid Al-Aqsha, dan desanya sebagai
Makkah Al-Masih.

Ia jadikan Lahore sebagai Madinah, dan menara masjidnya diberi nama
menara Al-Masih.

Ia membangun pemakaman yang diberi nama pemakaman al-jannah, semua
yang dimakamkan di sana adalah ahli syurga. (Syaikh Muhammad Yusuf Al-
Banuri, ahli Hadits di Karachi Pakistan, dalam kata pengantar buku Manzhur
Ahmad Chinioti Pakistani, Keyakinan Al-Qadiani, LPPI, 2002, hal xxii).

Cukuplah jelas apa yang ditegaskan Nabi Muhammadsaw: ?Kiamat tidak akan
tiba sebelum dibangkikannyat para Dajjal pendusta yang jumlahnya hampir
tiga puluh orang. Setiap mereka mendakwakan bahwa dirinya adalah Rasul
Allah.? (HR Al-Bukhari dan Muslim).

Ahmadiyah Mengkafirkan Muslimin

Seorang Muslim yang tidak percaya akan da?wah pengakuan Ghulam Ahmad
sebagai ?nabi? dan ?rasul?, maka orang Muslim itu dikafirkan oleh Mirza
Ghulam Ahmad dengan aneka ucapannya dan ucapan pengikutnya. Bahkan
ucapan yang dinisbatkan kepada Allah swt dalam Kitab Tadzkirah Wahyu
Muqoddas, wahyu suci yang dianggap dari Allah kepada Mirza Ghulam
Ahmad:

1.Sayaquulul ?aduwwulasta mursalan. Musuh akan berkata, kamu bukanlah
(orang yang) diutus (oleh Allah). (Tadzkirah, halaman 402). Lalu perkataan
Mirza Ghulam Ahmad:
Seseorang yang tidak beriman kepadaku, ia tidak beriman kepada Allah dan
Rasul-Nya. (Haqiqat ul-Wahyi, hal. 163).

?Sikap orang yang sampai da?wahku kepadanya tapi ia tak mau beriman
kepadaku, maka ia kafir. (S.k. al-Fazal, 15 Januari 1935).

Basyiruddin, adik Mirza Ghulam Ahmad, berkisah: ?Di Lucknow, seseorang
menemuiku dan bertanya: ?Seperti tersiar di kalangan orang ramai, betulkah
anda mengafirkan kaum Muslimin yang tidak menganut agama Ahmadiyah??
Kujawab: ?Tak syak lagi, kami memang telah mengafirkan kalian!?
Mendengar jawabanku, orang tadi terkejut dan tercengang keheranan.?
(Anwar Khilafat, h. 92).

Ucapannya lagi: ?Barangsiapa mengingkari Ghulam Ahmad sebagai ?nabi?
dan ?rasul? Allah, sesungguhnya ia telah kufur kepada nash Quran. Kami
mengafirkan kaum Muslimin karena mereka membeda-bedakan para rasul,
mempercayai sebagian dan mengingkari sebagian lainnya. Jadi, mereka itu
kuffar!? (S.k. al-Fazal, 26 Juni 1922).

Katanya lagi: ?Setiap orang yang tidak beriman kepada Ghulam Ahmad,
maka dia kafir, keluar dari agama walaupun dia Muslim, walaupun ia sama
sekali belum mendengar nama Ghulam Ahmad?. (Ainah Shadaqat, h. 35).

Dan Basyir Ahmad meningkahi ucapan abang kandungnya: ??.. Setiap orang
yang beriman kepada Muhammad tapi tidak beriman kepada Ghulam Ahmad,
dia kafir, kafir, tak diragukan lagi kekafirannya?. (Review of Religions,No.

35; Vol. XIV, h. 110).

Lebih Berbahaya dari Bandar Narkoba

Mirza Ghulan Ahmad, selain mengaku nabi, di samping bohong, ia menulis
buku dan selebaran untuk mendukung Penjajah Inggris, dan menghapus jihad
sampai sebanyak 50 lemari.

Pantaslah kalau Rabithah Alam Islami (Liga Dunia Islam) yang berpusat di
Makkah tahun 1394 H menghukumi aliran Ahmadiyah itu kafir, bukan Islam,
dan tak boleh berhaji ke Makkah. Karena memang syarat-syarat sebagai
dajjal pendusta dalam diri Mirza pendiri Ahmadiyah ini telah nyata. Tinggal
penguasa di negeri-negeri Islam menghadapinya, dengan mencontoh Abu
Bakar ra yang telah mengerahkan 10.000 tentara untuk memerangi nabi
palsu, Musailamah Al-Kadzdzab, hingga tewas.

Karena nabi palsunya, Mirza Ghulam Ahmad, telah mati dengan dihinakan
oleh Allah Swt, maka penguasa kini tinggal melarang ajarannya,
membekukan asset-asset pendukungnya, dan membubarkan aktivitasnya.
Penguasa adalah pelindung, sebagaimana berkewajiban melindungi
masyarakat dari perusakan jasmani misalnya narkoba, perusakan mental
misalnya judi, maka perusakan aqidah, penodaan, dan pemalsuan yang
dilakukan Ahmadiyah mesti dihentikan, dilarang dan diberantas tuntas.

Membiarkannya, berarti membiarkan kriminalitas meruyak di masyarakat,
bahkan bisa diartikan mendukung rusaknya masyarakat. Padahal sudah ada
contohnya, negeri jiran, Malaysia telah melarang Ahmadiyah sejak 1975.
Sedang MUI (Majelis Ulama Indonesai) pun telah memfatwakan sesatnya
Ahmadiyah sejak 1980. Forum Ukhuwah Islamiyah terdiri dari sejumlah
Ormas Islam telah mengajukan suratke kejaksaan Agung untuk dilarangnya
aliran sesat Ahmadiyah, September 1994.Permohonan yang sama juga
dilakukan oleh LPPI pada tahun 1994. Larangan Ahmadiyah oleh beberapa
Kejaksaan Negeri (Subang 1976, Selong Lombok Timur 1983, Sungai Penuh
1989, dan Tarakan 1989) serta larangan Ahmadiyah oleh Kejaksaan Tinggi
Sumatera Utara 1984. Jaksa Agung masih menunggu apa lagi? (Abu Qori)

Â

Sumber : http://www.opensubscriber.com/message/urangsunda@yahoogroups.com/1798786.html

Â

Renungan ….

Desember 15th, 2008 by pecintarasulullah

ISTRI YANG KAMU NIKAHI TIDAKLAH SEMULIA KHADIJAH
TIDAKLAH SETAQWA AISYAH DAN SETABAH FATIMAH
TIDAKLAH SECANTIK TAMARA DAN SETENAR DESY RATNASARI
ISTRIMU HANYA WANITA AKHIR ZAMAN
YANG PUNYA CITA-CITA MENJADI SHALEHAH

PERNIKAHAN MENGAJARKAN KITA KEWAJIBAN BERSAMA
ISTRI MENJADI TANAH, KAMU LANGIT PENAUNGNYA
ISTRI LADANG TANAMAN, KAMU PEMAGARNYA
ISTRI BAGAIKAN LADANG/SAWAH, SUAMI YANG MENCANGKULNYA
ISTRI BAGAIKAN ANAK KECIL, KAMU TEMPAT BERMANJANYA
SEANDAINYA ISTRI TULANG YANG BENGKOK
BERHATI-HATILAH MELURUSKANNYA

SUAMI YANG MENIKAHIMU TIDAKLAH SEMULIA MUHAMMAD SAW
TIDAK SETAQWA IBRAHIM, PUN TIDAK STABAH AYUB
TIDAKLAH SEGANTENG PRIMUS DAN SEKAYA TOMMY SOEHARTO
SUAMIMU HANYALAH PRIA AKHIR ZAMAN YANG PUNYA CITA-CITA
MEMBANGUN KELUARGA SAKIINAH DAN KETURUNAN YANG SALEH

PERNIKAHAN MENGAJARKAN KITA KEWAJIBAN BERSAMA
SUAMI ADALAH NAKHODA KAPAL KAMU NAVIGATORNYA
SUAMI MENJADI RUMAH KAMU PENGHUNINYA
SUAMI SEBAGAI GURU KAMU MURIDNYA
SEANDAINYA SUAMI LUPA, BERSABARLAH MEMPERINGATINYA

PERNIKAHAN MENGINSAFKAN KITA, PERLUNYA IMAN DAN TAQWA
UNTUK MENITI MENCARI RIDHO ALLAH SWT

Sumber Website Habib Achmad AL Jufri http://achmad.info

Teganya mengatakan sholawat nariyah sesat, syirik !

Desember 15th, 2008 by pecintarasulullah

Banyak sekali artikel-artikel yang ditulis oleh segolongan kaum yang mengatakan sholawat nariyah itu sesat, syirik.

Padahal sholawat ini ditujukan untuk Rasulullah, tidak ada yang lain.Â

Berikut ini jawaban Habib Munzir Al Musawwa mengenai sholawat nariyah

Alaikumsalam warahmatullah wabarakatuh,

Rahmat dan Cahaya keridhoan Nya swt semoga selalu mengiringi hari hari anda,

saudaraku yg kumuliakan,
mengenai shalawat nariyah, tidak ada dari isinya yg bertentangan dg syariah, makna kalimat : yang dengan beliau terurai segala ikatan, hilang segala kesedihan, dipenuhi segala kebutuhan, dicapai segala keinginan dan kesudahan yang baik, serta”, adalah kiasan, bahwa beliau saw pembawa Alqur’an, pembawa hidayah, pembawa risalah, yg dg itu semualah terurai segala ikatan dosa dan sihir, hilang segala kesedihan yaitu dengan sakinah, khusyu dan selamat dari siksa neraka, dipenuhi segala kebutuhan oleh Allah swt, dicapai segala keinginan dan kesudahan yang baik yaitu husnul khatimah dan sorga,

ini adalah kiasan saja dari sastra balaghah arab dari cinta, sebagaimana pujian Abbas bin Abdulmuttalib ra kepada Nabi saw dihadapan beliau saw : “… dan engkau (wahai nabi saw) saat hari kelahiranmu maka terbitlah cahaya dibumi hingga terang benderang, dan langit bercahaya dengan cahayamu, dan kami kini dalam naungan cahaya itu dan dalam tuntunan kemuliaan (Al Qur’an) kami terus mendalaminya” (Mustadrak ‘ala shahihain hadits no.5417), tentunya bumi dan langit tidak bercahaya terang yg terlihat mata, namun kiasan tentang kebangkitan risalah.

Sebagaimana ucapan Abu Hurairah ra : “Wahai Rasulullah, bila kami dihadapanmu maka jiwa kami khusyu” (shahih Ibn Hibban hadits no.7387), “Wahai Rasulullah, bila kami melihat wajahmu maka jiwa kami khusyu” (Musnad Ahmad hadits no.8030)

semua orang yg mengerti bahasa arab memahami ini, Cuma kalau mereka tak faham bahasa maka langsung memvonis musyrik, tentunya dari dangkalnya pemahaman atas tauhid,

mengenai kalimat diminta hujan dengan wajahnya yang mulia, adalah cermin dari bertawassul pada beliau saw para sahabat sebagaimana riwayat shahih Bukhari.

mengenai anda ingin membacanya 11X, atau berapa kali demi tercapainya hajat, maka tak ada dalil yg melarangnya,

demikian saudaraku yg kumuliakan, semoga dalam kebahagiaan selalu,

wallahu a’lam

Hukum Maulid Nabi Menurut Habib Munzir Al Musawwa

Desember 15th, 2008 by pecintarasulullah

Artikel dibawah ini sengaja saya tampilkan karena saya sendiri sangat geram ketika ada yang mengatakan haram mengadakan maulid Rasulullah.

Saya sendiri secara pribadi tidak masalah jika suatu saat masuk neraka hanya karena memuliakan orang yang saya cintai , yang saya sebut namanya sehari ribuan kali, orang yang jadi penolong saya, orang yang saya cintai walau belum pernah bertemu….

 Berikut ini jawaban dari Habib Munzir Al Musawwa perihal maulid…

Alaikumsalam warahmatullah wabarakatuh,

Keridhoan dan kelembutan Nya semoga selalu membuka jalan kemudahan pada hari hari anda,

Saudaraku yg kumuliakan,
mengenai hukum maulid telah saya jawab dengan gamblang, dan saya juga telah menjawab banyak masalah masalah bid;ah, tawassul, tahlil dll pada buku karangan saya : “Kenalilah Aqidahmu” yg bisa dipesan di web ini melalui sekertariat kami,

mengenai maulid berikut saya lampirkan artikel saya yg di buku tsb :

PERINGATAN MAULID NABI SAW

ketika kita membaca kalimat diatas maka didalam hati kita sudah tersirat bahwa kalimat ini akan langsung membuat alergi bagi sebagian kelompok muslimin, saya akan meringkas penjelasannya secara ‘Aqlan wa syar’an, (logika dan syariah).

Sifat manusia cenderung merayakan sesuatu yg membuat mereka gembira, apakah keberhasilan, kemenangan, kekayaan atau lainnya, mereka merayakannya dengan pesta, mabuk mabukan, berjoget bersama, wayang, lenong atau bentuk pelampiasan kegembiraan lainnya, demikian adat istiadat diseluruh dunia.

Sampai disini saya jelaskan dulu bagaimana kegembiraan atas kelahiran Rasul saw.

Allah merayakan hari kelahiran para Nabi Nya
• Firman Allah : “(Isa berkata dari dalam perut ibunya) Salam sejahtera atasku, di hari kelahiranku, dan hari aku wafat, dan hari aku dibangkitkan” (QS Maryam 33)
• Firman Allah : “Salam Sejahtera dari kami (untuk Yahya as) dihari kelahirannya, dan hari wafatnya dan hari ia dibangkitkan” (QS Maryam 15)
• Rasul saw lahir dengan keadaan sudah dikhitan (Almustadrak ala shahihain hadits no.4177)
• Berkata Utsman bin Abil Ash Asstaqafiy dari ibunya yg menjadi pembantunya Aminah ra bunda Nabi saw, ketika Bunda Nabi saw mulai saat saat melahirkan, ia (ibu utsman) melihat bintang bintang mendekat hingga ia takut berjatuhan diatas kepalanya, lalu ia melihat cahaya terang benderang keluar dari Bunda Nabi saw hingga membuat terang benderangnya kamar dan rumah (Fathul Bari Almasyhur juz 6 hal 583)
• Ketika Rasul saw lahir kemuka bumi beliau langsung bersujud (Sirah Ibn Hisyam)
• Riwayat shahih oleh Ibn Hibban dan Hakim bahwa Ibunda Nabi saw saat melahirkan Nabi saw melihat cahaya yg terang benderang hingga pandangannya menembus dan melihat Istana Istana Romawi (Fathul Bari Almasyhur juz 6 hal 583)
• Malam kelahiran Rasul saw itu runtuh singgasana Kaisar Kisra, dan runtuh pula 14 buah jendela besar di Istana Kisra, dan Padamnya Api di Kekaisaran Persia yg 1000 tahun tak pernah padam. (Fathul Bari Almasyhur juz 6 hal 583)

Kenapa kejadian kejadian ini dimunculkan oleh Allah swt?, kejadian kejadian besar ini muncul menandakan kelahiran Nabi saw, dan Allah swt telah merayakan kelahiran Muhammad Rasulullah saw di Alam ini, sebagaimana Dia swt telah pula membuat salam sejahtera pada kelahiran Nabi nabi sebelumnya.

Rasulullah saw memuliakan hari kelahiran beliau saw
Ketika beliau saw ditanya mengenai puasa di hari senin, beliau saw menjawab : “Itu adalah hari kelahiranku, dan hari aku dibangkitkan” (Shahih Muslim hadits no.1162). dari hadits ini sebagian saudara2 kita mengatakan boleh merayakan maulid Nabi saw asal dg puasa.

Rasul saw jelas jelas memberi pemahaman bahwa hari senin itu berbeda dihadapan beliau saw daripada hari lainnya, dan hari senin itu adalah hari kelahiran beliau saw. Karena beliau saw tak menjawab misalnya : “oh puasa hari senin itu mulia dan boleh boleh saja..”, namun beliau bersabda : “itu adalah hari kelahiranku”, menunjukkan bagi beliau saw hari kelahiran beliau saw ada nilai tambah dari hari hari lainnya, contoh mudah misalnya zeyd bertanya pada amir : “bagaimana kalau kita berangkat umroh pada 1 Januari?”, maka amir menjawab : “oh itu hari kelahiran saya”. Nah.. bukankah jelas jelas bahwa zeyd memahami bahwa 1 januari adalah hari yg berbeda dari hari hari lainnya bagi amir?, dan amir menyatakan dengan jelas bahwa 1 januari itu adalah hari kelahirannya, dan berarti amir ini termasuk orang yg perhatian pada hari kelahirannya, kalau amir tak acuh dg hari kelahirannya maka pastilah ia tak perlu menyebut nyebut bahwa 1 januari adalah hari kelahirannya,

dan Nabi saw tak memerintahkan puasa hari senin untuk merayakan kelahirannya, pertanyaan sahabat ini berbeda maksud dengan jawaban beliau saw yg lebih luas dari sekedar pertanyaannya, sebagaimana contoh diatas, Amir tak mmerintahkan umroh pada 1 januari karena itu adalah hari kelahirannya, maka mereka yg berpendapat bahwa boleh merayakan maulid hanya dg puasa saja maka tentunya dari dangkalnya pemahaman terhadap ilmu bahasa.

Orang itu bertanya tentang puasa senin, maksudnya boleh atau tidak?, Rasul saw menjawab : hari itu hari kelahiranku, menunjukkan hari kelahiran beliau saw ada nilai tambah pada pribadi beliau saw, sekaligus diperbolehkannya puasa dihari itu.
Maka jelaslah sudah bahwa Nabi saw termasuk yg perhatian pada hari kelahiran beliau saw, karena memang merupakan bermulanya sejarah bangkitnya islam.

Sahabat memuliakan hari kelahiran Nabi saw
Berkata Abbas bin Abdulmuttalib ra : “Izinkan aku memujimu wahai Rasulullah..” maka Rasul saw menjawab: “silahkan..,maka Allah akan membuat bibirmu terjaga”, maka Abbas ra memuji dg syair yg panjang, diantaranya : “… dan engkau (wahai nabi saw) saat hari kelahiranmu maka terbitlah cahaya dibumi hingga terang benderang, dan langit bercahaya dengan cahayamu, dan kami kini dalam naungan cahaya itu dan dalam tuntunan kemuliaan (Al Qur’an) kami terus mendalaminya” (Mustadrak ‘ala shahihain hadits no.5417)

Kasih sayang Allah atas kafir yg gembira atas kelahiran Nabi saw
Diriwayatkan bahwa Abbas bin Abdulmuttalib melihat Abu Lahab dalam mimpinya, dan Abbas bertanya padanya : “bagaimana keadaanmu?”, abu lahab menjawab : “di neraka, Cuma diringankan siksaku setiap senin karena aku membebaskan budakku Tsuwaibah karena gembiraku atas kelahiran Rasul saw” (Shahih Bukhari hadits no.4813, Sunan Imam Baihaqi Alkubra hadits no.13701, syi’bul iman no.281, fathul baari Almasyhur juz 11 hal 431). Walaupun kafir terjahat ini dibantai di alam barzakh, namun tentunya Allah berhak menambah siksanya atau menguranginya menurut kehendak Allah swt, maka Allah menguranginya setiap hari senin karena telah gembira dg kelahiran Rasul saw dengan membebaskan budaknya.

Walaupun mimpi tak dapat dijadikan hujjah untuk memecahkan hukum syariah, namun mimpi dapat dijadikan hujjah sebagai manakib, sejarah dan lainnya, misalnya mimpi orang kafir atas kebangkitan Nabi saw, maka tentunya hal itu dijadikan hujjah atas kebangkitan Nabi saw maka Imam imam diatas yg meriwayatkan hal itu tentunya menjadi hujjah bagi kita bahwa hal itu benar adanya, karena diakui oleh imam imam dan mereka tak mengingkarinya.

Rasulullah saw memperbolehkan Syair pujian di masjid
Hassan bin Tsabit ra membaca syair di Masjid Nabawiy yg lalu ditegur oleh Umar ra, lalu Hassan berkata : “aku sudah baca syair nasyidah disini dihadapan orang yg lebih mulia dari engkau wahai Umar (yaitu Nabi saw), lalu Hassan berpaling pada Abu Hurairah ra dan berkata : “bukankah kau dengar Rasul saw menjawab syairku dg doa : wahai Allah bantulah ia dengan ruhulqudus?, maka Abu Hurairah ra berkata : “betul” (shahih Bukhari hadits no.3040, Shahih Muslim hadits no.2485)

Ini menunjukkan bahwa pembacaan Syair di masjid tidak semuanya haram, sebagaimana beberapa hadits shahih yg menjelaskan larangan syair di masjid, namun jelaslah bahwa yg dilarang adalah syair syair yg membawa pada Ghaflah, pada keduniawian, namun syair syair yg memuji Allah dan Rasul Nya maka hal itu diperbolehkan oleh Rasul saw bahkan dipuji dan didoakan oleh beliau saw sebagaimana riwayat diatas, dan masih banyak riwayat lain sebagaimana dijelaskan bahwa Rasul saw mendirikan mimbar khusus untuk hassan bin tsabit di masjid agar ia berdiri untuk melantunkan syair syairnya (Mustadrak ala shahihain hadits no.6058, sunan Attirmidzi hadits no.2846) oleh Aisyah ra bahwa ketika ada beberapa sahabat yg mengecam Hassan bin Tsabit ra maka Aisyah ra berkata : “Jangan kalian caci hassan, sungguh ia itu selalu membanggakan Rasulullah saw”(Musnad Abu Ya’la Juz 8 hal 337).

Pendapat Para Imam dan Muhaddits atas perayaan Maulid
sebelumnya perlu saya jelaskan bahwa yg dimaksud Al Hafidh adalah mereka yg telah hafal lebih dari 100.000 hadits dengan sanad dan hukum matannya, dan yg disebut Hujjatul Islam adalah yg telah hafal 300.000 hadits dengan sanad dan hukum matannya.

1. Berkata Imam Al Hafidh Ibn Hajar Al Asqalaniy rahimahullah :
Telah jelas dan kuat riwayat yg sampai padaku dari shahihain bahwa Nabi saw datang ke Madinah dan bertemu dengan Yahudi yg berpuasa hari asyura (10 Muharram), maka Rasul saw bertanya maka mereka berkata : “hari ini hari ditenggelamkannya Fir’aun dan Allah menyelamatkan Musa, maka kami berpuasa sebagai tanda syukur pada Allah swt, maka bersabda Rasul saw : “kita lebih berhak atas Musa as dari kalian”, maka diambillah darinya perbuatan bersyukur atas anugerah yg diberikan pada suatu hari tertentu setiap tahunnya, dan syukur kepada Allah bisa didapatkan dg pelbagai cara, seperti sujud syukur, puasa, shadaqah, membaca Alqur’an, maka nikmat apalagi yg melebihi kebangkitan Nabi ini?, telah berfirman Allah swt “SUNGGUH ALLAH TELAH MEMBERIKAN ANUGERAH PADA ORANG ORANG MUKMININ KETIKA DIBANGKITKANNYA RASUL DARI MEREKA” (QS Al Imran 164)

2. Pendapat Imam Al Hafidh Jalaluddin Assuyuthi rahimahullah :
Telah jelas padaku bahwa telah muncul riwayat Baihaqi bahwa Rasul saw ber akikah untuk dirinya setelah beliau saw menjadi Nabi (Ahaditsulmukhtarah hadis no.1832 dg sanad shahih dan Sunan Imam Baihaqi Alkubra Juz 9 hal.300), dan telah diriwayatkan bahwa telah ber Akikah untuknya kakeknya Abdulmuttalib saat usia beliau saw 7 tahun, dan akikah tak mungkin diperbuat dua kali, maka jelaslah bahwa akikah beliau saw yg kedua atas dirinya adalah sebagai tanda syukur beliau saw kepada Allah swt yg telah membangkitkan beliau saw sebagai Rahmatan lil’aalamiin dan membawa Syariah utk ummatnya, maka sebaiknya bagi kita juga untuk menunjukkan tasyakkuran dengan Maulid beliau saw dengan mengumpulkan teman teman dan saudara saudara, menjamu dg makanan makanan dan yg serupa itu untuk mendekatkan diri kepada Allah dan kebahagiaan. bahkan Imam Assuyuthiy mengarang sebuah buku khusus mengenai perayaan maulid dengan nama : “Husnulmaqshad fii ‘amalilmaulid”.

3. Pendapat Imam Al hafidh Abu Syaamah rahimahullah (Guru imam Nawawi) :
Merupakan Bid’ah hasanah yg mulia dizaman kita ini adalah perbuatan yg diperbuat setiap tahunnya di hari kelahiran Rasul saw dengan banyak bersedekah, dan kegembiraan, menjamu para fuqara, seraya menjadikan hal itu memuliakan Rasul saw dan membangkitkan rasa cinta pada beliau saw, dan bersyukur kepada Allah dg kelahiran Nabi saw.

4. Pendapat Imamul Qurra’ Alhafidh Syamsuddin Aljazriy rahimahullah dalam kitabnya ‘Urif bitta’rif Maulidissyariif :
Telah diriwayatkan Abu Lahab diperlihatkan dalam mimpi dan ditanya apa keadaanmu?, ia menjawab : “di neraka, tapi aku mendapat keringanan setiap malam senin, itu semua sebab aku membebaskan budakku Tsuwaibah demi kegembiraanku atas kelahiran Nabi (saw) dan karena Tsuwaibah menyusuinya (saw)” (shahih Bukhari). maka apabila Abu Lahab Kafir yg Alqur’an turun mengatakannya di neraka mendapat keringanan sebab ia gembira dengan kelahiran Nabi saw, maka bagaimana dg muslim ummat Muhammad saw yg gembira atas kelahiran Nabi saw?, maka demi usiaku, sungguh balasan dari Tuhan Yang Maha Pemurah sungguh sungguh ia akan dimasukkan ke sorga kenikmatan Nya dengan sebab anugerah Nya.

5. Pendapat Imam Al Hafidh Syamsuddin bin Nashiruddin Addimasyqiy dalam kitabnya Mauridusshaadiy fii maulidil Haadiy :
Serupa dg ucapan Imamul Qurra’ Alhafidh Syamsuddin Aljuzri, yaitu menukil hadits Abu Lahab

6. Pendapat Imam Al Hafidh Assakhawiy dalam kitab Sirah Al Halabiyah
berkata ”tidak dilaksanakan maulid oleh salaf hingga abad ke tiga, tapi dilaksanakan setelahnya, dan tetap melaksanakannya umat islam di seluruh pelosok dunia dan bersedekah pd malamnya dg berbagai macam sedekah dan memperhatikan pembacaan maulid, dan berlimpah terhadap mereka keberkahan yg sangat besar”.

7. Imam Al hafidh Ibn Abidin rahimahullah
dalam syarahnya maulid ibn hajar berkata : ”ketahuilah salah satu bid’ah hasanah adalah pelaksanaan maulid di bulan kelahiran nabi saw”

8. Imam Al Hafidh Ibnul Jauzi rahimahullah
dengan karangan maulidnya yg terkenal ”al aruus” juga beliau berkata tentang pembacaan maulid, ”Sesungguhnya membawa keselamatan tahun itu, dan berita gembira dg tercapai semua maksud dan keinginan bagi siapa yg membacanya serta merayakannya”.

9. Imam Al Hafidh Al Qasthalaniy rahimahullah
dalam kitabnya Al Mawahibulladunniyyah juz 1 hal 148 cetakan al maktab al islami berkata: ”Maka Allah akan menurukan rahmat Nya kpd orang yg menjadikan hari kelahiran Nabi saw sebagai hari besar”.

10. Imam Al hafidh Al Muhaddis Abulkhattab Umar bin Ali bin Muhammad yg terkenal dg Ibn Dihyah alkalbi
dg karangan maulidnya yg bernama ”Attanwir fi maulid basyir an nadzir”

11. Imam Al Hafidh Al Muhaddits Syamsuddin Muhammad bin Abdullah Aljuzri
dg maulidnya ”urfu at ta’rif bi maulid assyarif”

12. Imam al Hafidh Ibn Katsir
yg karangan kitab maulidnya dikenal dg nama : ”maulid ibn katsir”

13. Imam Al Hafidh Al ’Iraqy
dg maulidnya ”maurid al hana fi maulid assana”

14. Imam Al Hafidh Nasruddin Addimasyqiy
telah mengarang beberapa maulid : Jaami’ al astar fi maulid nabi al mukhtar 3 jilid, Al lafad arra’iq fi maulid khair al khalaiq, Maurud asshadi fi maulid al hadi.

15. Imam assyakhawiy
dg maulidnya al fajr al ulwi fi maulid an nabawi

16. Al allamah al faqih Ali zainal Abidin As syamhudi
dg maulidnya al mawarid al haniah fi maulid khairil bariyyah

17. Al Imam Hafidz Wajihuddin Abdurrahman bin Ali bin Muhammad As syaibaniy yg terkenal dg ibn diba’
dg maulidnya addiba’i

18. Imam ibn hajar al haitsami
dg maulidnya itmam anni’mah alal alam bi maulid syayidi waladu adam

19. Imam Ibrahim Baajuri
mengarang hasiah atas maulid ibn hajar dg nama tuhfa al basyar ala maulid ibn hajar

20. Al Allamah Ali Al Qari’
dg maulidnya maurud arrowi fi maulid nabawi

21. Al Allamah al Muhaddits Ja’far bin Hasan Al barzanji
dg maulidnya yg terkenal maulid barzanji

23. Al Imam Al Muhaddis Muhammad bin Jakfar al Kattani
dg maulid Al yaman wal is’ad bi maulid khair al ibad

24. Al Allamah Syeikh Yusuf bin ismail An Nabhaniy
dg maulid jawahir an nadmu al badi’ fi maulid as syafi’

25. Imam Ibrahim Assyaibaniy
dg maulid al maulid mustofa adnaani

26. Imam Abdulghaniy Annanablisiy
dg maulid Al Alam Al Ahmadi fi maulid muhammadi”

27. Syihabuddin Al Halwani
dg maulid fath al latif fi syarah maulid assyarif

28. Imam Ahmad bin Muhammad Addimyati
dg maulid Al Kaukab al azhar alal ‘iqdu al jauhar fi maulid nadi al azhar

29. Asyeikh Ali Attanthowiy
dg maulid nur as shofa’ fi maulid al mustofa

30. As syeikh Muhammad Al maghribi
dg maulid at tajaliat al khifiah fi maulid khoir al bariah.

Tiada satupun para Muhadditsin dan para Imam yg menentang dan melarang hal ini, mengenai beberapa pernyataan pada Imam dan Muhadditsin yg menentang maulid sebagaimana disampaikan oleh kalangan anti maulid, maka mereka ternyata hanya menggunting dan memotong ucapan para Imam itu, dengan kelicikan yg jelas jelas meniru kelicikan para misionaris dalam menghancurkan Islam.

Berdiri saat Mahal Qiyam dalam pembacaan Maulid
Mengenai berdiri saat maulid ini, merupakan Qiyas dari kerinduan pada Rasul saw, dan menunjukkan semangat atas kedatangan sang pembawa risalah pada kehidupan kita, hal ini lumrah saja, sebagaimana penghormatan yg dianjurkan oleh Rasul saw adalah berdiri, sebagaimana diriwayatkan ketika sa’ad bin Mu’adz ra datang maka Rasul saw berkata kepada kaum anshar : “Berdirilah untuk tuan kalian” (shahih Bukhari hadits no.2878, Shahih Muslim hadits no.1768), demikian pula berdirinya Thalhah ra untuk Ka’b bin Malik ra.

Memang mengenai berdiri penghormatan ini ada ikhtilaf ulama, sebagaimana yg dijelaskan bahwa berkata Imam Alkhattabiy bahwa berdirinya bawahan untuk majikannya, juga berdirinya murid untuk kedatangan gurunya, dan berdiri untuk kedatangan Imam yg adil dan yg semacamnya merupakan hal yg baik, dan berkata Imam Bukhari bahwa yg dilarang adalah berdiri untuk pemimpin yg duduk, dan Imam Nawawi yg berpendapat bila berdiri untuk penghargaan maka taka apa, sebagaimana Nabi saw berdiri untuk kedatangan putrinya Fathimah ra saat ia datang, namun adapula pendapat lain yg melarang berdiri untuk penghormatan.(Rujuk Fathul Baari Almasyhur Juz 11 dan Syarh Imam Nawawi ala shahih muslim juz 12 hal 93)

Namun sehebat apapun pendapat para Imam yg melarang berdiri untuk menghormati orang lain, bisa dipastikan mereka akan berdiri bila Rasulullah saw datang pada mereka, mustahil seorang muslim beriman bila sedang duduk lalu tiba tiba Rasulullah saw datang padanya dan ia tetap duduk dg santai..

Namun dari semua pendapat itu, tentulah berdiri saat mahal qiyam dalam membaca maulid itu tak ada hubungan apa apa dengan semua perselisihan itu, karena Rasul saw tidak dhohir dalam pembacaan maulid itu, lepas dari anggapan ruh Rasul saw hadir saat pembacaan maulid, itu bukan pembahasan kita, masalah seperti itu adalah masalah ghaib yg tak bisa disyarahkan dengan hukum dhohir,
semua ucapan diatas adalah perbedaan pendapat mengenai berdiri penghormatan yg Rasul saw pernah melarang agar sahabat tak berdiri untuk memuliakan beliau saw.

Jauh berbeda bila kita yg berdiri penghormatan mengingat jasa beliau saw, tak terikat dengan beliau hadir atau tidak, bahwa berdiri kita adalah bentuk kerinduan kita pada nabi saw, sebagaimana kita bersalam pada Nabi saw setiap kita shalat pun kita tak melihat beliau saw.

Diriwayatkan bahwa Imam Al hafidh Taqiyuddin Assubkiy rahimahullah, seorang Imam Besar dan terkemuka dizamannya bahwa ia berkumpul bersama para Muhaddits dan Imam Imam besar dizamannya dalam perkumpulan yg padanya dibacakan puji pujian untuk nabi saw, lalu diantara syair syair itu merekapun seraya berdiri termasuk Imam Assubkiy dan seluruh Imam imam yg hadir bersamanya, dan didapatkan kesejukan yg luhur dan cukuplah perbuatan mereka itu sebagai panutan,
dan berkata Imam Ibn Hajar Alhaitsamiy rahimahullah bahwa Bid’ah hasanah sudah menjadi kesepakatan para imam bahwa itu merupakan hal yg sunnah, (berlandaskan hadist shahih muslim no.1017 yg terncantum pd Bab Bid’ah) yaitu bila dilakukan mendapat pahala dan bila ditinggalkan tidak mendapat dosa, dan mengadakan maulid itu adalah salah satu Bid’ah hasanah,

Dan berkata pula Imam Assakhawiy rahimahullah bahwa mulai abad ketiga hijriyah mulailah hal ini dirayakan dengan banyak sedekah dan perayaan agung ini diseluruh dunia dan membawa keberkahan bagi mereka yg mengadakannya. (Sirah Al Halabiyah Juz 1 hal 137)

Pada hakekatnya, perayaan maulid ini bertujuan mengumpulkan muslimin untuk Medan Tablig dan bersilaturahmi sekaligus mendengarkan ceramah islami yg diselingi bershalawat dan salam pada Rasul saw, dan puji pujian pada Allah dan Rasul saw yg sudah diperbolehkan oleh Rasul saw, dan untuk mengembalikan kecintaan mereka pada Rasul saw, maka semua maksud ini tujuannya adalah kebangkitan risalah pada ummat yg dalam ghaflah, maka Imam dan Fuqaha manapun tak akan ada yg mengingkarinya karena jelas jelas merupakan salah satu cara membangkitkan keimanan muslimin, hal semacam ini tak pantas dimungkiri oleh setiap muslimin aqlan wa syar’an (secara logika dan hukum syariah), karena hal ini merupakan hal yg mustahab (yg dicintai), sebagaiman kaidah syariah bahwa “Maa Yatimmul waajib illa bihi fahuwa wajib”, semua yg menjadi penyebab kewajiban dengannya maka hukumnya wajib.

contohnya saja bila sebagaimana kita ketahui bahwa menutup aurat dalam shalat hukumnya wajib, dan membeli baju hukumnya mubah, namun suatu waktu saat kita akan melakukan shalat kebetulan kita tak punya baju penutup aurat kecuali harus membeli dulu, maka membeli baju hukumnya berubah menjadi wajib, karena perlu dipakai untuk melaksanakan shalat yg wajib .

contoh lain misalnya sunnah menggunakan siwak, dan membuat kantong baju hukumnya mubah saja, lalu saat akan bepergian kita akan membawa siwak dan baju kita tak berkantong, maka perlulah bagi kita membuat kantong baju untuk menaruh siwak, maka membuat kantong baju di pakaian kita menjadi sunnah hukumnya, karena diperlukan untuk menaruh siwak yg hukumnya sunnah.

Maka perayaan Maulid Nabi saw diadakan untuk Medan Tablig dan Dakwah, dan dakwah merupakan hal yg wajib pada suatu kaum bila dalam kemungkaran, dan ummat sudah tak perduli dg Nabinya saw, tak pula perduli apalagi mencintai sang Nabi saw dan rindu pada sunnah beliau saw, dan untuk mencapai tablig ini adalah dengan perayaan Maulid Nabi saw, maka perayaan maulid ini menjadi wajib, karena menjadi perantara Tablig dan Dakwah serta pengenalan sejarah sang Nabi saw serta silaturahmi.

Sebagaimana penulisan Alqur’an yg merupakan hal yg tak perlu dizaman nabi saw, namun menjadi sunnah hukumnya di masa para sahabat karena sahabat mulai banyak yg membutuhkan penjelasan Alqur’an, dan menjadi wajib hukumnya setelah banyaknya para sahabat yg wafat, karena ditakutkan sirnanya Alqur’an dari ummat, walaupun Allah telah menjelaskan bahwa Alqur’an telah dijaga oleh Allah.

Hal semacam in telah difahami dan dijelaskan oleh para khulafa’urrasyidin, sahabat radhiyallahu’anhum, Imam dan Muhadditsin, para ulama, fuqaha dan bahkan orang muslimin yg awam, namun hanya sebagian saudara saudara kita muslimin yg masih bersikeras untuk menentangnya, semoga Allah memberi mereka keluasan hati dan kejernihan, amiin.

Walillahittaufiq

mengenai kejelasan hukum Bid’ah dll telah saya jelaskan dg rinci pada buku saya : “Kenalilah Akidahmu”.

Demikian saudaraku yg kumuliakan, semoga dalam kebahagiaan selalu, semoga sukses dg segala cita cita,

Wallahu a’lam

Sumber http://majelisrasulullah.org/index.php?option=com_simpleboard&Itemid=&func=view&catid=8&id=13145&lang=id#13145

Profil Ustad Ahmad Al Habsyi

Desember 15th, 2008 by pecintarasulullah

Ustadz Ahmad Al HabsyiAssalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh

Sekolah:
Pondok Pesantren Ar Riyadh Palembang

Pekerjaan:
Hamba Allah, Pendakwah, Mubaligh

Pengajar:
Pengajian Palembang Darussalam

Hobby:
Mengaji, membaca buku-buku Agama Islam

Buku Favorit:
Al QUran dan Hadist

Film Favorit:
Film yang tidak mengandung pornografi ataupun sara

Musik Favorit:
Lagu Arabic, Sholawat, Nasyid

TV Favorit:
Terima Kasih TUHAN (SCTV), Cerita Sore (TRANSTV), Kisahku (Lativi)

=============================================== ==================Â

Habib Ahmad Al Habsyi lahir dari 5 bersaudara.

Abi nya bernama Ustadz Abu Bakar Al Habsyi, beliau juga seorang Ustadz di kota kelahirannya di kota Palembang. Awal kiprah dakwah Ustadz Ahmad Al Habsyi sejak tahun 2003 ketika beliau duduk di kelas 3 SMP.

Dan pada tahun 1995 beliau mulai berdakwah keliling Malaysia serta Singapura, Beliau pun dikenal sebagai Mubaligh Cilik. Sepuluh tahun kemudian tepatnya bulan Suci Ramadhan tahun 2005, stasiun televisi SCTV mengundang Beliau untuk berduet ceramah dengan Ustadz Jefri Al Buchori.

Itulah start awal Beliau berdakwah di stasiun televisi, kemudian beberapa televisi swasta menawarkan kontrak untuk mengisi acara bulan Suci Ramadhan dan sentuhan rohani Agama Islam.

 Lewat penampilannya yang low profile dan isi ceramahnya yang mudah di cerna tersebut melahirkan pecinta-pecinta dakwahnya yang kini sudah menyebar diseluruh penjuru Indonesia.

Jamaahnya berasal dari berbagai kalangan, mulai dari anak kecil hingga orang dewasa, dari kalangan Santri sampai Selebriti. Kini Beliau tidak lagi sendiri, Habib Ahmad Al Habsyi telah menikahi seorang wanita cantik bernama Putri Aisyah Aminah pada Agustus 2006.

Bagi seluruh umat pecinta ALLAH SWT dan pecinta RASULLAH SAW, jamaah Habib Ahmad Al Habsyi yang di Rahmati ALLAH SWT semoga situs ini bisa menjadi wadah silahturahmi dan diskusi Agama dengan Habib Ahmad Al Habsyi dan jamaahnya, Insya Allah.

Serta diharapkan kritik dan sarannya dari para seluruh Jamaah Indonesia untuk Habib.

Syukron Katsiron Barokallohufik Wa Baroka A’la AhlikÂ

Sumber http://www.al-habsyi.com./tentangkami.html