Efek

Friday, July 20, 2012

Manakib Ulama Banjar (Datu Abulung)


posted by Berkat Guru
Datu Abdul Hamid Abulung



Datu Abulung


SEORANG  ulama yang pernah menggemparkan Kalimantan dengan paham wihdatul wujud-nya. Beliau memang tak banyak yang mengetahui karena beliau tidak meninggalkan kitab karangan seperti ulama-ulama lainnya.  Keilmuan beliau cuma dapat kita ketahui secara lisan dari mulut ke mulut atau dari pewaris para murid beliau.  Banyak pendapat yang berbeda tentang kisah beliau, ada yang menyatakan bahwa ilmu beliau salah atau manyalah (bahasa banjar) tapi sebagian masyarakat banjar bahkan hampir seluruhnya menyatakan bahwa Datu Abulung adalah seorang wali Allah, terlepas dari segala kontroversi yang ada riwayat beliau sangat dicari oleh sebagian masyarakat banjar.


Dalam sejarah pemikiran keagamaan di Kalimantan pada abad ke 18, setidaknya ada tiga tokoh ternama di kerajaan Banjar selain Datu Suban dan para muridnya yang sakti mandraguna, pada masa itu para ulama banjar memang sangat terkenal dengan segala karamah dan kesaktiannya, di antara tiga orang tokoh ternama dan terkenal tersebut adalah:

1.Syekh Muhammad Arsyad Al-Banjari atau Datu Kalampayan 2.Syekh Muhammad Nafis Al-Banjari atau Datu Nafis
3.Syekh Abdul Hamid Abulung atau Datu abulung

Dan sosok Datu Abulung inilah yang penuh misteri hingga saat ini.  Pada masa itu, pemerintahan kerajaan diperintah oleh sultan Tahlilullah.  Saat itulah Syekh Muhammad Arsyad Al-Banjari dan Syekh Abdul Hamid muda diberangkatkan oleh kerajaan Banjar untuk menuntut ilmu dengan biaya kerajaan dengan harapan nantinya bisa membawa sinar terang bagi kerajaan Banjar.

Mereka diberangkatkan keTanah Suci Makkah Al-Mukarramah, tercatat Datu Kalampayan belajar kepada beberapa orang guru (baca riwayat Datu Syekh Muhammad Arsyad al-Banjari).  Sedangkan Datu Abulung juga belajar kepada beberapa orang guru yang sayangnya tidak tercatat karena tidak adanya karangan beliau yang biasanya merujuk kepada guru guru pengarang.  Sepulangnya dari menuntut ilmu di tanah suci,  Datu Syekh Abdul Hamid mulai mengajarkan ilmu yang didapatnya  kepada masyarakat sekitarnya. Di antara yang beliau ajarkan adalah ilmu Tasawuf, namun ilmu tasawuf yang beliau ajarkan kepada orang awam ini sangat berlainan dengan pelajaran tasawuf yang selama ini dikenal masyarakat. Datu Abulung mengajarkan bahwa;

Tiada yang maujud hanya Dia
Tiada maujud lain-Nya
Tiada aku melainkan Dia
Dia adalah aku
aku adalah Dia
Dalam pelajaran Syekh Abdul Hamid Abulung juga diajarkan bahwa Syariat yang diajarkan selama ini adalah kulit belum sampai kepada isi (hakikat). Sedangkan pelajaran yang selama ini diyakini masyarakat umum adalah "Tiada yang berhak dan patut disembah selain Allah, Allah adalah Khalik dan selainnya adalah makhluk, tiada sekutu bagi-Nya."

Ajaran Datu Abulung ini kurang lebih seperti ajaran Abu Yazid Al-Bustami,husein bin Mansyur Al-Hallaj yang kemudian memasuki Indonesia melalui Hamzah Fansuri dan Syamsuddin disumatera dan Syekh Siti Jenar di pulau Jawa.

Mendengar fatwa Datu Abulung yang berbeda dari kebanyakan paham masyarakat pada waktu itu,maka gemparlah masyarakat yang menerima ajaran tersebut,bahkan ajaran yang beliau sampaikan menjadi pembicaraan masyarakat umum yang mana akhirnya sampai ke telinga Sultan.

Sebelum Datu Abulung dipanggil sultan terlebih dahulu minta pendapat syekh Muhammad Arsyad Al-Banjari (satu riwayat mengatakan tanpa diketahui Syekh Muhammad Arsyad) tentang ajaran Datu Abulung tersebut. Setelah menelaah beberapa kitab kemudian diambil kesimpulan bahwa ajaran yang dibawa Datu Abulung yang diajarkan kepada orang awam tersebut bisa menyesatkan masyarakat dan bisa merusak kehidupan beragama.

Adalah kewajiban Ulama dan Umara melindungi keagamaan rakyatnya dari unsur-unsur yang membahayakan, jika tidak dapat dengan jalan damai maka lebih baik menyingkirkannya.  Menolak mafsadah (keburukan) lebih didahulukan dari pada mengambil manfaat. Melenyapkan seseorang untuk menyelamatkan orang banyak dibolehkan menurut hukum malah terkadang wajib (Zafri Zam Zam,Syekh Muhammad Arsyad Al-Banjari,1979,hal 13).

Berdasarkan keputusan tersebut maka dipanggillah Datu Abulung. Salah seorang prajurit kerajaan disuruh untuk mendatanginya. Sesampai di tempat Datu Abulung lalu dipanggillah beliau, satu riwayat menceritakan pemanggilan tersebut,prajurit itu berkata, "Haai Syekh Abdul Hamid ..Anda dipanggil baginda Sultan," kemudian dijawab oleh Datu Abulung,  “Syekh Abdul Hamid tidak ada yang ada hanya Allah…"  Mendengar hal tersebut prajurit mengadukan kepada Sultan, kemudian Sultan menyuruh kembali dan memanggil “Allah “ tersebut.  Setelah sampai di tempat Datu Abulung prajurit itu kembali berkata,  “Hai Allah Anda dipanggil baginda Sultan.”  Yang kemudian dijawab kembali oleh Datu Abulung,  “Allah tidak ada yang ada hanya Nur Muhammad.”  Mendengar hal itu prajurit kembali ke kerajaan dan mengatakan hal tersebut kepada Baginda Sultan.. kemudian Sultan berkata panggil ketiganya, Syekh Abdul Hamid, Allah dan Nur Muhammad, setelah prajurit tersebut memanggil seperti dipesankan Sultan barulah Datu Abulung berkunjung ke istana.

Di tengah perjalanan menuju istana dipasanglah perangkap yang apabila terpijak maka melesatlah sebilah tombak tajam yang akan menghujam ke tubuh orang yang menginjaknya.  Saat itu terbukti kebenaran ajaran Syekh Abdul Hamid Abulung, ketika beliau menginjak perangkap tersebut tombak tajam itu memang melesat dengan cepatnya di udara dan berhenti tepat di belakang Datu Abulung dan jatuh ke tanah tanpa beliau mengetahuinya.

Setelah sampai di istana dan terjadi tanya jawab, Sultan ingin bukti kebenaran ajaran Datu Abulung, kemudian beliau berucap "Ashadu alla ilahaillallah"  tiba-tiba tubuh beliau menghilang, kemudian terdengar lagi suara “wa ashadu anna muhammadarrasulullah” timbullah kembali badan beliau.  Semua orang kagum melihat hal tersebut, tapi dengan menimbang untuk keselamatan orang awam yang lebih banyak maka dihukumlah Syekh Abdul Hamid Abulung dengan dimasukkan ke dalam kerangkeng yang ukurannya hanya muat tubuh beliau dan hanya cukup untuk berdiri. Dengan kurungan seperti itu akhirnya beliau ditenggelamkan di sungai Lok Buntar, maka akhirnya tenggelamlah sampai ke dasar.

Tanpa diketahui oleh semua orang suatu keanehan terjadi, apabila tiba waktu sholat fardhu maka kerangkeng tersebut akan muncul ke permukaan, dan beliau kemudian keluar dari kerangkeng tersebut untuk melakukan sholat.  Selesai sholat secara perlahan kerangkeng tersebut tenggelam kembali ke dasar sungai.

Pada suatu malam menjelang subuh, sepuluh orang pencari ikan melakukan aktivitasnya di sekitar tenggelamnya Syekh Abdul Hamid.  Lamat-lamat mereka mendengar suara adzan.  Perlahan lahan mereka dekati sumber suara adzan tersebut, dari kejauhan mereka melihat dan mengamati keganjilan dan keanehan Datu Abulung tersebut.  Sejak saat itu mereka mengangkat beliau menjadi guru mereka, dari beliau mereka belajar berbagai ilmu agama Islam.  Karena jumlah mereka sepuluh maka dinamakan Orang Sepuluh atau sekarang orang menyebutnya "Datu Sepuluh".  Selesai belajar Datu Sepuluh ini menjadi pegawai kerajaan.

Setelah direndam dalam air Datu Abulung tidak juga mati. Peristiwa itu akhirnya diketahui pihak kerajaan.  Datu Abulung pun dikeluarkan dari kerangkeng dan kembali dibawa ke kerajaan. Di hadapan Sultan akhirnya Datu Abulung megatakan bahwa beliau tidak bisa dibinasakan dengan alat apapun kecuali dengan senjata yang ada di dinding rumah beliau dan menancapkannya di dalam lingkaran yang beliau tunjukkan di belikat beliau.

Setelah sholat dua rakaat, senjata tersebut ditancapkan di belikat yang sudah ditandai tersebut maka memancarlah darah segar dan anehnya darah tersebut membentuk kalimat ”LAA ILAAHA ILLALLAH MUHAMMADUR RASULULLAH”‘ innaa Lillaahi wa Innaa ILaihi Rajiuun.

Setelah sekian lama, kubur beliau akhirnya ditemukan oleh masyarakat atas petunjuk dari Alm.Tuan Guru H.Muhammad nor Tangkisung yang juga diyakini adalah seorang Kekasih Allah. Letaknya sebelah hilir dari Kampung Dalam Pagar, dan sekarang dipelihara makamnya oleh warga setempat.  Selain itu keanehan makam yang terletak di pinggir sungai itu beberapa kali tergerus air sungai dan turun ke bawah, tetapi anehnya makam itu naik dengan sendirinya dan tanah di bawahnya juga mengikuti makam tersebut….walllahu a’lam. 
Sumber:
 http://www.facebook.com/groups/76786446576/doc/10150360239256577/

No comments: